Advertisement here

Ngaji Diri


"Dan dia lebih dekat dari urat nadi"

Di tahun 2017 aku memutuskan berhenti bekerja disebuah perusahaan swasta yang berlokasi di juluki kawasan segitiga emasnya kota jakarta, keputusan tersebut cukup menimbulkan banyak komentar,argumen dan sebagainya. Ia tidak berbeda jauh dengan media sosial saat ini he.....!!!.
"Bukan tanpa sebab keputusan untuk keluar atau berhenti dari perusaan itu".
Saat itu aku diperusahaan tersebut memberikan kontribusi sebagai salah satu Specialist dibidang teknikal.Ia saat itu bisa dikatakan aku cukup untuk membeli stock susu kedua putriku untuk satu bulan dan masih bisa berlibur kecil kaum kusam dan yang terpenting kesehatan keluargaku ada yang cover walaupun kami sakit saat dinegri orang.

Usia kedua putriku saat itu baru empat tahun,begitu banyak inputan dan argumen saat orang-orang  terdekatku mendengar keputusan itu terutama istriku, kelurgaku, teman-teman atau team kerjaku hingga atasanku, mereka semua sempat heran mengapa aku mengabil keputusan tersebut. Yang masih aku ingat sampai saat ini hampir semua orang yang dekat denganku memberikan inputan yang sama mungkin tepatnya perkataan mereka yang harus aku pertimbangkan  apakah aku bener-benar yakin dengan keputusan ku itu, "Kalau Lo keluar dari sini gimana anak dan istri lo?".

Pada saat itu aku bukan takut saat mendengar perkataan itu malah sebaliknya, saat mendengar kata-kata itu didalam hatiku berucap "Mengapa aku harus takut karena rezeki bukanya Allah SWT yang mengaturnya". Seakan - akan apabila aku takut keluar dari perusahaan tersebut aku merasa menghina sang pemberi rezeki, yang jelas-jelas ia sudah menjaminnya.

Tepat dibulan Desember 2017 aku keluar dari perusahaan tersebut, saat itulah aku seakan-akan merasakan hidupku baru aku mulai dan sangat merasakan Bel kehidupan baru dibunyikan, tak ada jabatan, jaminan kesehatan dan yang lainnya.Entah setelah beberapa minggu lamanya aku lewati dengan gelar baru ku sang penganguran aku mulai merasakan kekacauan didalam diriku. Apa yang harus aku lakukan dan harus memulai dari mana langkah yang akan aku ambil seakan - akan aku merasa tersesat dengan jalan yang aku ambil, bahkan aku sempat meminta izin kepada istriku agar aku di izinkan seminggu untuk menenangkan diri di ketinggian (mendaki gunung).

Saat itu istriku tidak melarangku ia hanya mengatakan "Bukankah barang rusak itu seharusnya diperbaiki,apabila barang tersebut tidak ada atau hilang bagaimana caranya kita bisa memperbaiki barang tersebut", Setelah istriku mengucapkan kata-kata tersebut ia lalu meninggalkanku.

Benar apa yang dikatakan istriku aku merasa mendapat tamparan, aku sadar saat ini aku dalam keadaan yang kacau dan ada yang harus diperbaiki dalam diriku, aku mulai merasa ada kecemasan dengan jalanku saat ini, saat aku melihat kedua putriku dan istiku. Ada hal yang sampai hari ini tidak dapat aku pahami, ketika itu sudah jelas-jelas aku tidak memiliki pekerjaan (Penganguran), namun saat itu aku masih bisa menolak tawaran pekerjaan jelas-jelas pekerjaan tersebut dibidang ku.

Dengan pekerjaan yang sama dibidangku dan bahkan untuk penghasilan lebih dari perusahaan sebelumnya aku bekerja, Sampai - sampai  istriku tidak mengerti dengan apa yang ada didalam pikiranku, disuatu waktu ada salah seorang teman sekantor istriku ia bertanya "Kenapa suami Lo tingalin kursinya (pekerjaan) sedangkan posisi itu gak gampang lo?..", istriku tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut ia hanya mengatakan "Gue sendiri ga ngerti,coba aja tanya sama orangnya (Aku) langsung".

Saat ia mendapatkan pertanyaan tersebut benar-benar istriku ia merasa bingung dengan cara berpikirku entah apa yang ada dibenakku saat itu, Mungkin inilah yang membuat istriku bingung, mengapa aku menolak semua tawaran pekerjaan, karena prinsipku aku tidak ingin bekerja diperusahaan yang berbau keuangan seperti finance dan sebagainya, mungkin pertanyaannya kenapa?, karena aku sangat takut dengan apa yang disebut dengan Riba. 

Inilah yang ingin aku ceritakan dan berbagi apa yang aku rasakan dan alami hari-hariku bersama keluargaku, aku akan megawali cerita hidupku semoga dengan aku berbagi pengalamanku bisa bermanfaat bagi orang yang ingin menyimak tulisan atau coretan kehidupanku yang ku tuangkan diblog pribadi ku ini.

Di bulan April 2012 aku mulai bergabung disebuah perusahaan di Jakarta yang bergerak dibidang Multi Finance mungkin aku tidak perlu menjelaskan dengan detail perusahaanku saat itu, ia seperti layaknya seorang karyawan aku bekerja dengan sangat semangat karena kebetulan aku pun baru saja menikah ia bisa dikatakan mengawali mewujudkan mimpi untuk keluarga kecilku pastinya sama dengan kebanyakan setiap orang pasti kita menginginkan kehidupan yang baik disetiap sisi, pastinya untuk meraih mimpi-mimpi itu harus dengan proses dan perjuangan.

Aku dan istriku kami sama-sama bekerja disebuah peusahaan swasta tapi berbeda bidang kebetulan perusahaan istriku dibidang retail, dengan berjalannya waktu dengan semangat kami bekerja dengan tujuan yang sama ingin meraih mimpi yang terbaik untuk keluarga kami, Alhamdulillah saya hampir tiap tahunnya memiliki progres yang baik di pekerjaanku sampai aku pun tak menyangka di tahun ke 4 aku bekerja sudah memiliki tanggung jawab diperusahaan sebagai Specialits Network saat itu aku bertanggung jawab disisi Network diperusahaan tersebut dari HO sampai kecabang-cabang perusahaan tersebut yang tersebar hampir seindonesia.

Ia aku sangat bersyukur dan istriku pun sama, seakan-akan kami bisa meraih impian tersebut dengan seiringnya waktu, namun dengan berjalannya waktu entah mengapa aku mendapat sebuah apa yah?..,apabila aku bilang ini adalah ujian aku malu karena ujian itu adalah bagi orang-orang yang taat atau orang-orang yang baik, mungkin lebih tepatnya aku seperti mendapat pembelajaran kehidupan, Bagaiman bentuk pelajaran itu, aku berperinsip didalam diriku aku mengingat perkataan dari Ayahku bahwa untuk membesarkan anak itu "Berikanlah kepada anak kita yang baik,karena dengan pupuk yang baik pasti akan menghasilkan yang baik ".

Itulah prinsip yang aku pegang untuk keluargaku dan kebetulan anakku saat itu baru saja berumur tiga tahun tentu saja aku sangat berhati-hati untuk memberikan apapun kepada anak dan istriku yang terutama adalah rezeki yang halal.

Di suatu hari aku mengalami atau mulai melihat didepan mataku banyak hal, namun aku sangat beruntung sebenarnya memiliki team work yang sangat kompak dan sangat peduli bisa dikatakan team saat itu  team terbaikku, namun yang tak habis pikir aku mulai melihat ada yang bertentangan dengan prinsipku, aku mulai melihat ada hal-hal yang bertentangan dengan prinsipku aku mulai menemui adanya pengolahan-pengolahan data biaya saat melakukan perjalanan dinas dan sebagainya, bahkan aku sempat cek-cok saat itu dengan teamku yang bersama melakukan perjalanan dinas keluar kota karena saat melakukan laporan perjalanan tersebut ada yang berbeda dari membuat laporan tersebut misalnya hotelnya berbeda sedangkan kami melakukan perjalanan bersama, sempat aku ditegur temanku itu, "Kenapa lo bikin laporan kaya gitu, kenapa lo ga buat laporan yang sama kaya gw?..", aku pun langsung menjawab ia karena gw membuat laporan apa adanya yang kita lakukan selama perjalanan tersebut gw gak akan ikut-ikutan masalah lo itu dan jangan ajak gw untuk melakukan hal itu, ia gw memang butuh uang untuk keluarga semua orang memang butuh materi tapi gw gak mau uang seperti itu untuk keluarga gw, jadi tolong jangan pernah mengajak gw untuk hal-hal seperti itu.

Akhirnya mulai ada yang mengerti dengan prinsipku ia dialah orang pertama yang menjadi temanku diperusahaan tersebut, Setelah kejadian itu aku mulai mendengar atau lebih ingin mengerti tentang hal-hal yang halal dan mana yang haram aku mulai menyempatkan waktu disaat waktu luang untuk membaca atau menyimak video tentang hal-hal terkait halal dan haram bahkan sampai apa itu Riba.

Entah mengapa hari-hariku semakin merasa ketakutan dengan apa yang akulihat dihadapanku begitu mengerikannya hal-hal yang terkait masalah uang atau materi, aku melihat seseorang dapat berubah bahkan aku merasa tidak beda jauh dengan binatang, memang manusia butuh makan dan sama binatangpun perlu makan tetapi bukannya yang membedakan manusia diberikan hati dan akal mengapa seakan-akan aku tak melihat perbedaan itu.

Dan ada satu hal lagi yang cukup aku garis bawahi disaat aku dan istriku mendapatkan bonus tahunan entah kenapa saat aku bicara dengan istriku bukannya kami bersyukur dengan bonus yang kami dapat, tetapi bukan ucapan syukur dan membahas ada sebagian dari rizki yang kita dapat ada hak orang didalamnya namun apa yang terjadi malah kami tetap merasa kurang bahkan mohon maaf kami merasa takut kemiskinan, dari hal tersebutlah aku semakin merasa tidak tenang dengan kondisi seperti ini, karena aku mengenal istriku tidak seperti itu tetapi mengapa saat ini seakan-akan aku seperti makin tak mengerti.

Aku semakin ingin mengerti tentang halal dan haram karena secara logikaku apabila kita mendapatkan rezeki yang halal pasti ketenangan yang akan kita dapat bukan sebaliknya, aku terus berpikir dan aku renungi apa ini ada hubungannya dengan riba namun aku pun belum mengerti sepenuhnya, aku hanya menarik kesimpulan jangan-jangan pekerjaan yang aku lakukan ini ada hubungannya dengan riba karena kebetulan aku bekerja diperusaah yang bergerak dibidang pembiayaan, hari ke hari aku terus memperhatikan teman-teman kerjaku ditiap ada waktu luang kami mengobrol bersama teman-temanku sangat jarang mengukapkan rasa bersyukur dengan apa yang kita dapatkan malah sebaliknya selalu membahas kekurangan dan selalu ingin memiliki penghasilan tambahan dan sebagainya.

Ia itu memang betul rata-rata kami keluarga muda yang mayoritas memiliki anak paling banyak dua orang anak bahkan masih ada juga yang singel, semua itu bertujuan untuk membahagiankan keluarga ingin memiliki rumah kendaraan dan lainnya, Namun yang aku sayangkan aku melihat hari demi hari sudah tidak melihat bahwa yang harus kita utamakan adalah memberikan nafkah kepada keluarga adalah nafkah yang baik-baik saja.

Di suatu hari aku di pangil atasanku aku diajaknya meeting namun lucunya hanya empat mata  saja didalam meeting tersebut ternyata ada pekerjaan yang cukup besar yaitu aku harus melakukan All migrasi data center dan akulah yang harus melakukan disisi Networknya, ia akupun merasa kaget karena saat itu aku tidak punya tanggung jawab sebesar itu karena ada seseorang yang lebih tepat untuk melakukan hal tersebut atau memiliki tanggung jawab itu, namun dengan kebetulannya Allah SWT berkehendak lain orang tersebut mengalami kecelakaan dan ia tidak bisa untuk menangani pekerjaan tersebut karena ia harus istirahat total cukup lama mungkin kurang lebih dua bulan lamanya agar ia pulih kembali.

Sedangkan pekerjaan tersebut harus segera dilakukan ia mau tidak mau aku yang di berikan tanggung jawab terebut aku pun ragu karena secara kemampuan aku belum sampai ketahap tersebut, namun atasanku tetap saja ia menujuk aku yang mengerjakannya aku sempat menolak aku hanya mampu mensupport pekerjaan tersebut bukan menjadi lead pekerjaan tersebut, karena sebelumnya aku pernah ditegur oleh atasan ku, Aku tidak boleh melakukan pekerjaan disisi Network terlalu dalam karena saat itu aku lebih melakukan support disisi network perusahaan tersebut namun karena aku pikir aku akan mempelajari apapun dibidang yang aku sedang pegang saat ini, secara berjalannya waktu aku mulai ingin mempelajari configurasi secara keseleluruhan network diperusahaan tersebut. 

Aku berharap agar bisa membantu apabila teamku disisi network apabila ada trouble serius karena kebetulan yang menangani network di perusahaan tersebut hanya dua orang saja dan mencakup keseluruh cabang yang hampir di seluruh Indonesia, tetapi apa yang terjadi setelah atasanku melihat aku bisa mengakses ke All network yang berada diperusahan tersebut aku malah dilarang atau dibatasi ia bilang "Kamu tidak usah sampai sejauh itu", Itulah alasan aku menolak diberikan tanggung jawab tersebut tetapi pada akhirnya aku yang harus melakukannya juga karena ada satu hal yaitu.

Perlukah Janji manusia di dengar

Atasanku tetap memintaku untuk melakukan pekerjaan itu walaupun aku sempat menolaknya dan merasa tidak sanggup karena waktu yang sudah cukup mepet dan pekerjaan tersebut berdapak bukan hannya di HO saja namun keseluruh cabang-cabang perusahaan tersebut yang berada dihampir sluruh kota di Indonesia apabila gagal tidak bisa melakukan transaksi diseluruh cabang-cabang dan terutama di HO tidak dapat beroprasional tanpa adanya konksi, menurutku itu sangat besar tanggung jawabnya untuk menerima pekerjaan itu, dan pekerjaan tersebut harus dilakukan dalam waktu empat hari saja dari pemindahan perangkat yang jumlahnya kurang lebihnya ada 89 server oprational dan ditambah lagi perangkat network yang harus aku configurasi.

Namun akhirnya karena atasanku kekeh tidak ingin mengunakan jasa vendor aku tetap harus yang mengerjakan pekerjaan tersebut, dan sampai ia memberikan janji kepadaku ia mengatakan "Tolong kerjakan pekerjaan tersebut apabila berhasil,kami tidak akan menutup mata kesejahteraan keluarga mu akan ku jamin".

Dengan mendengar perkataan itu dan seolah-olah atasanku tetap memaksa aku, aku pun menjawab "insyaallah saya akan kerjakan semampu saya pak!", dalam hati ku "Mungkin dengan jalan inilah kesempatan yang Allah SWT berikan kepadaku tantangan baru dan sebuah pembelajaran yang sangat berharga untuk karierku dan masa depan kelurgaku, karena tujuan kita bekerja untuk membahagiakan keluarga dan jangan sia-siakan kesempatan ini!".

Saat aku pulang kerumah, aku langsung memberitahukan hal ini kepada istriku, istrikupun menanggapinya dengan senang semoga aku bisa berhasil melakukan pekerjaan tersebut dan ia memberikan support kepadaku agar aku yakin aku pasti bisa mengerjakannya, karena pekerjaan itu masih ada waktu kurang lebih satu bulan dari atasanku memberitahukan hal itu, aku setelah pulang kerja dirumah terus mempelajari apa yang akan aku configurasi untuk migrasi tersebut bahkan terkadang sampai jam 3 pagi lalu jam 6 paginya aku harus berangkat lagi ke kontor, Itulah yang aku lakukan sampai hari H migrasi tersebut dilakukan.

Hari H migrasipun tiba hanya ada waktu empat hari dari sekarang untuk migrasi dari mematikan semua server oprational dan koneksi All network sampai Up kembali semua Network dan server Oprational, mau tidak mau aku dan team yang bertanggug jawab disisi server mulai melakukan pekerjaan, tahap demi tahap kami lakukan sesuai rencana dari pemasangan perangkat dirak server, cabeling dan pastinya sampai configurasi kami lakukan, bisa dikatakan kami seperti membangun candi dalam waktu empat hari alhasil mau tidak mau kami benar-benar memanfaatkan waktu sampai-sampai kami bisa tertidur saat jari-jari kami sedang melakukan configurasi diatas keyboard.

Kami benar-benar seperti robot yang harus mengerjakan pekerjaan tersebut dengan sesingkat mungkin dengan team bisa dikatakan tidak mumpuni, tetapi Alhamdulillah didetik-detik terakhir aku mendapat pertolongan dari senior yang membangun awalnya network perusahaan tersebut ia datang membantu aku walaupun sempat mengalami kesulitan tapi Alhamdulillah dihari terakhir di jam 7 pagi system dan network sudah kembali up dan semua berjalan dengan baik walupun masih ada pembenahan disisi konfigurasi namun itu semua bisa diatasi secera berjalannya system, aku bernar-benar bersyukur pekerjaan tersebut bisa di selesaikan tepat waktu.

Aku pun mendapat pujian bukan hanya dari teman-teman sekantor bahkan dari team IT kantor perusahaan lain yang kebetulan menyewa digedung yang sama, karena sebelum pekerjaan tersebut aku lakukan kabar melakukan migrasi perusahaanku sudah mereka dengar bukan karena tanpa alasan mereka mengetahui atau peduli, kebetulan mereka sering ngopi bareng saat kami istirahan jadi menurut mereka pekerjaan tersebut cukup beresiko apabila disisi networknya hanya aku yang pegang atau aku sebagai lead dipekerjaan tersebut disisi networknya, karena bukan tanpa sebab meraka khawatir karena aku bisa dikatakan masih anak baru yang memegang network diperusahaan tersebut, namun dengan seizin Allah SWT semua itu tak ada yang tak mungkin.

Selang beberapa bulan dari pekerjaan tersebut aku tidak mendapat kabar tentang janji yang atasanku pernah janjikan itu, seakan-akan setelah pekerjaan atau projek selesai dan semua berjalan lancar tidak ada apa-apa, tidak seperti sebelumnya aku diundang meeting bahkan sampai meeting empat mata tetapi setelah semua beres jangankan mengundang meeting seakan-akan atasanku tidak pernah membicarakan hal apapun denganku.

Inilah yang menambah lagi keyakinanku apakah tempat aku bekerja ini ada sangkut pautnya dengan yang aku khawatirkan yaitu apabila bekerja ditempat yang tidak baik kita akan begitu banyak mendapatkan hal-hal yang tidak baik, karena menurutku seseorang yang sudah berjanji dan ia tidak menepati janjinya bagaimana aku bisa mengatakan ia orang yang baik, aku benar-benar kecewa dengan atasanku yang sebelumnya aku sangat hargai karena seorang atasan harus bisa mengayomi teamnya namun yang aku alami bukan seperti itu.

Aku terus menunggu kapan aku akan diundang atau meeting lagi membicarakan apa yang pernah kita bicarakan sebelumnya sekitar kurang lebih dua bulan sesudah pekerjaan itu aku tidak tahan dengan sikapnya yang masih cuek seperti tidak ada apa-apa dan aku sangat kaget dengan kenaikan tanggung jawabku yang dikeluarkan dari salah satu devisi yang terkait, disurat tersebut tertulis kenanikan tanggung jawabku sebagai Specialist Network diperusahaan tersebut dan kenaikan sallery hanya seratus ribuan ia memang tidak genap tepatnya sertus ribu lebih dan dipastikan tidak sampai dua ratus ribu rupiah kenaikan tersebut.

Saat aku mengetahui itu ia jujur aku sangat marah namun aku hanya seorang karyawan di sebuah perusahaan yang harus mematuhi apa yang sudah di tentukan atau kebijakan seorang atasan dan perusahaan tersebut,hari ke hari aku terus mulai berpikir mungkin apabila aku mengambil keputusan untuk keluar aku pasti benar dengan keputusanku karena aku merasa di pimpin oleh seorang atasan yang mengingkari jaji pastinya akan bermunculan hal-hal yang tidak baik lagi dikelak hari nanti,aku menyimpulkan atasanku sudah terlihat memiliki sifat seorang munafik "apabila ia berjanji ia akan ingkar".

Hatiku terus bertanya dan merasa aku semakin tidak nyaman dan mengapa aku bisa mengatakan hal tersebut kepada salah satu atasanku itu,aku sebelumnya memberanikan diri setelah aku mendapat surat kenaikan tersebut dan tidak ada respon sedikitpun untuk membicarakan perjanjian itu aku benar-benar tidak tahan aku merasa kesejahtraan keluargaku hanya senilai dibawah dua ratus ribu rupiah,ia aku tak pernah merasa semarah ini sebelumnya namun apabila sudah membawa anak dan istriku (kelurgaku) aku sebagai kepala rumah tangga aku tak akan diam siapapun itu orangnya karena aku merasa ia menginjak-injak anak dan istriku.

Disuatu hari sebelum istirah siang aku tak tahan lagi ingin menanyakan perjanjian tersebut,aku memberani kan diri IPM (mengirim pesan di komputernya) atasanku,aku ingin bicara empat mata dengannya kebetulan diruangan kami ada satu ruangan yang kami jadikan gudang untuk meyimpan hardware dan sofware kebutuhan devisi kami,aku mengajaknya ia untuk keruangan tersebut.

Atasanku mengiakan ajakanku aku lebih awal memasui ruangan tersebut dan atasanku menyusul aku dan ia mengkunci pintu ruangan itu setelah ia masuk,dan ia langsung duduk di depanku ia langsung bertanya kepadaku "Ia ada apa,apa yang ingin ditanyakan?..", Jujur aku sudah merasa sangat marah saat itu mendengar kata-kata itu yang keluar dari mulutnya sekan-akan ia benar-benar tidak pernah merasa membuat janji kepadaku,aku langsung berbalik bertanya kepadanya "Maaf pak bukannya bapak sebelum saya melakukan projek / pekerjaan migrasi data center, bapak pernah bilang apabila saya bisa melakukannya,bapak tidak akan tutup mata akan mensejahterakan keluarga saya?..".Ia atasanku saat itu sempat menjawab "Bukannya sudah ada kenaikan ya ?.." dengan entengnya ia berucap.

Dengan aku mendengar jawaban itu aku semakin tak bisa kontrol apa yang aku ucapkan kepada atasanku itu aku langsung mengatakan "Oh kenaikan sebesar itu yang bapak maksud kesejatraan untuk keluarga saya pak!",Iapun mulai menunduk kepalanya saat aku mengatakan itu, ia mulai tidak menatap mataku saat kami bicara ia pun lalu menjawab "Oh saya tidak tau berapa besarnya kenaikan tersebut?..", Aku semakin dan semakin tidak kontrol dengan jawaban ia seperti itu, Aku langsung dengan spontan bisa dikatakan menantang dan aku menganggap ia orang yang lebih tua namun hanya umurnya saja, karena sikap dan cara berpikirnya tidak lebih dari orang yang tidak memiliki ahlak dan pendidikan.

Aku mengatakan kepadanya "Bukannya bapak lebih dahulu melihat matahari di bandingkan saya, dan bapak disini seorang atasan kami bukannya bapak yang seharusnya bisa kami jadikan contoh lebih bijak saat bersikap dan apa yang bapak akan ucapkan kepada kamit, tapi apa?.., bapak ternyata seperti ini, saat ini bapak bersikap seperti ini kepada saya tetapi jangan pernah lakukan ini kepada yang lain pak, terima kasih!". 

Ia hanya menunduk saat aku terus berbicara kepadanya dan sebenarnya masih banyak yang aku ucapkan kepadanya tetapi aku tak perlu menuliskannya semua,intinya ia menjawab semua perkataanku, ia (atasanku) menjawab "Kalau saya tidak menjanjikan itu takutnya kamu tidak melakukan pekerjaan itu?..", aku benar-benar kaget saat mendengar itu keluargaku benar-benar tidak dihargai dimatanya ia dengan seenaknya berjanji membawa-bawa keluargaku, aku benar-benar sakit dengan ucapannya,akupun menyudahkan pembicaraan dengannya, aku kembali lagi ke kursiku dan tak lama aku langsung keluar untuk makan siang kebetulan sudah waktunya jam makan siang.

Aku sudah sangat yakin ternyata aku di pimpin seseorang yang tak layak menjadi seorang pemimpin ia memiliki sifat orang munafik aku sangat yakin apa yang ingin aku putuskan aku harus segera keluar dari pekerjaan ini, karena untuk apa aku dipimpin oleh seorang munafik dan juga perusahaan tempatku bekerja bergerak dibidang Finance, aku semakin merasa sangat yakin aku harus Hijrah dari tempat ini aku tak akan takut berdampak apa nantinya apabila aku keluar dari perusahaan tersebut.

Keyakinan yang harus di pahami

Dengan semakin merasa tidak nyaman aku mengajukan surat pengunduran diri kepada atasanku, tetapi apa yang terjadi dengan aku mengajukan surat tersebut bukan hanya atasanku yang merasa heran atau tidak menyangka aku ingin keluar dari perusahaan tersebut karena secara kinerja dan tanggung jawab dalam pekerjaan aku cukup baik, team dan teman-temanku dikantor ia pun sama merasa heran, karena sebenarnya semua terlihat baik-baik saja, teman-temanku ia terus bertanya dengan keputusan itu.

Apakah keputusan itu sudah benar-benar yakin karena teman-temanku sangat khawatir sebab kedua putriku belum genap berusia empat tahun yang pastinya begitu banyak untuk biaya yang harus dikeluarkan dari susu, pampersnya dan yang terutama jaminan kesehatanya karena kita tahu kan saat ini biaya rumah sakit tidak murah.

Ia aku benar saat itu sangat yakin dengan keputusanku bukankah rezeki, jodoh dan kematian sudah digariskan untuk setiap orang, bahkan aku merasa apabila aku takut atau ragu dengan keputusanku, seakan-akan aku seperti menghina Allah SWT, mengapa aku harus takut rezeki aku dan keluargaku bukan hanya dari kantorku saat ini pasti Allah SWT akan memberiakan rezeki yang lebih baik dengan jalan lain itu yang aku yakini.

Dengan aku keluar dari tempat yang menurutku tidak baik karena dengan hal-hal yang aku rasakan langsung, aku benar-benar yakin Allah SWT pasti akan memberikan tempat dan rezeki yang jauh lebih baik untuk aku dan keluargaku, karena alasan terkuat dalam diriku dikantorku saat ini sudah menghinakan aku dan kelurgaku.

Tepat dibulan Desember 2017 surat pengunduran diriku ditanda tangani, namun sebelum atasan-atasanku menandatangani ada hal yang cukup aku anggap menjadi peristiwa atau kenangan yang mungkin aku tidak bisa lupakan, saat itu aku berada disalah satu ruangan meeting kantorku ada aku dan ada tiga orang atasanku maaf aku tidak akan menjelaskan ketiga atasanku tersebut dengan detail siapa mereka dan jabatannya kala itu, intinya aku dan mereka diruangan tersebut saat itu menjadi perbincangan kami terakhir dikantor itu.

Mereka tetap menanyakan aku kembali "apakah benar keputusan ini, apakah sudah dipikirkan matang-matang, keputusan ini bukan karena emosi?..", intinya atasan-atasanku saat itu ia menanyakan bahwa aku seperti diingatkan jangan sampai aku menyesal dengan keputusanku ini yang aku jawab dari pertanyaan mereka bertiga yaitu mengapa atau apa sebabnya kamu ingin keluar tidak mungkin tanpa ada alasan kamu mendadak ingin keluar karena sebenarnya semua terlihat baik-baik saja, apakah ada yang salah dari kami?.., aku dengan spontan menjawab "Maaf paksebelumnya, tidak ada yang salah dari bapak justru saya yang salah, karena kedua orang tua saya mereka hanya lulusan sekolah dasar tapi bisa mengkuliahkan keempat anaknya hingga menjadi seorang sarjana, sedangkan saya seorang sarjana tapi saya merasa kesulitan saat ini hanya ingin menyekolahkan anak saya, padahal anak-anak saya baru ingin masuk TK, itulah yang salah pak menurut saya".

Aku mengucapkan seperti itu karena aku merasa memang ada yang salah denganku apakah rezeki yang aku dapat tidak berkah atau sebagainya karena entah mengapa aku sekan-akan tak merasakan bersyukur dengan apa yang aku dapatkan karena hal tersebut disebabkan aku sangat kecewa dengan sikap atasanku tersebut, setelah aku mengucapkan hal itu, salah satu atasanku meminta kedua orang atasanku yang lain agar meninggalkan kami berdua atasanku itu hanya ingin berbicara empat mata, mereka berduapun keluar dari ruangan dan hanya aku dan atasanku saja yang tersisa diruangan tersebut.

Saat aku dan hanya dengan atasanku diruangan tersebut atasanku menyodorkan secarik kertas beserta bulpoin sambil mengatakan "Silahkan tulis berapa sallery yang kamu inginkan, saya akan mengusahakan jumlah yang kamu inginkan minimal saya usahakan mendekati nilai yang kamu inginkan, asalkan kamu masih mau bertahan disini?..", jawabanku saat itu "Terima kasih pak saya hanya ingin bapak menanda tangngani surat pengunduran diri saya itu saja pak yang saya minta", sambil aku sodorkan kembali secarik kertas tersebut dihadapannya.

Setelah itu atasanku berkata "Oh jadi benar-benar keputusan ini sudah sangat yakin kamu sudah tidak ada lagi keinginan sedikitpun untuk bertahan disini, ia baik kalau seperti itu saya tidak bisa lagi menolak permintaan kamu", lalu atasanku menyuruh masuk kembali kedua atasanku yang tadi diluar, karena surat permohonan tersebut harus ditanda tangngani oleh ketiga orang tersebut, ia saat mereka ingin menanda tangngani aku melihat diwajah mereka sekan-akan mereka tidak ingin menanda tangngani surat tersebut bahkan mereka seperti saling mengisyaratkan "ia sudah tandatangngani saja karena itu sudah keputusannya yang sudah tidak dapat diubah lagi", mereka atasanku yang sangat terlihat berat menandatangani dua orang karena mereka berdua seperti terlihat ragu untuk mengerakan bulpoinnya.

Setelah itu aku hanya menunggu waktu atau tanggal aku keluar untuk mengurus sebagaimana umumnya karyawan yang akan resign, dan akhirnya sampailah waktu yang aku tungu-tunggu tepat dihari jum'at pada hari itu ialah hari terakhirku berada dikantor itu dan aku berpamitan kepada team dan semua yang ada diruanganku, memang cukup berat kurang lebih lima tahun lamanya aku berkarya dengan mereka namun ia hukum alam hanya menunggu waktu saja kita yang meninggalkan atau kita yang di tinggalkan.

80% Dia 20% Aku

Aku mulai mengawali hidup baruku dengan gelar baru seorang pengangguran, jujur setelah aku tidak memiliki pekerjaan dengan uang yang aku punya dari uang risegn aku memutuskan untuk membuka usaha kecil-kecilan aku menyewa kios disalah satu pasar yang tidak terlalu jauh dari rumah aku membuka agen snack all branch, snack anak-anak yang dijual di warung-warung, hari ke hari aku lewati dengan hati ia bisa dikatakan lebih lega dan tenang karena aku sudah tidak lagi dipimpin seorang yang memiliki sifat munafik dan tidak lagi didunia finance aku seakan-akan merasa inilah yang terbaik untukku, ia walaupun aku sudah merasa tidak aneh lagi aku belanja mengunakan motorku dengan kardus-kardus snack yang menggunung terkadang menjadi tontonan saat berhenti dilampu merah atau di persimpangan karena aku dan motorku terlihat tertutup dengan kardus-kardus snack ia bisa di bayangkan dan tidak jarang bahkan aku sering kehujanan saat belanja.

Namun aku berusaha terus bersyukur dengan apa yang aku jalani hidupku yang sekarang ini, ia terkadang terlintas di benakku mengapa aku sampai seperti ini ia maklum karena aku pun sama manusia biasa yang tidak selalu stabil keyakinanku, tahun pertama tak terasa aku lewati dan aku pun sudah harus membayar sewa kios untuk memperpanjang sewa kios tersebut dan nilai sewa kios tersebut cukup besar menurutku pertahunnya sebesar dua puluh juta rupiah, aku sudah merasa berat dan jujur ternyata tidak mudah menjalankan usaha bahkan uangku tidak cukup untuk memperpanjang sewa kios aku meminta bantuan kepada ibuku untuk bisa memperpanjang sewa kios tersebut.

Istriku yang selalu supportku ia selalu membantuku dikioas setiap hari sabtu dan minggu atau dihari liburnya terkadang anak-anakkupun ikut, istriku mengatakan kepadaku "A kayanya ada yang berubah yah a, sebelumnya dari kita awal menikah baru kali ini kita berani meminjam uang kemamah dan juga kekakak kita, meminjam uang sampai sebesar itu, menurutku (istriku) kayanya ini ada yang gak beres deh a,bukannya aa sendiri yang selalu berperinsip sebisa mungkin hidup kita jangan sampai menghutang apalagi dalam jumlah yang besar tapi sekarang ko kita melakukan hal itu ya".

Dari perkatatan tersebut aku mulai merasakan ia kenapa sebenarnya aku dan keluragaku bisa dikatakan kami hidup sangat prihatin saat mulai dari aku merintis uasahitu tentunya harus ada yang dikorbankan, misalnya kami sudah tidak pernah lagi kemall atau mengajak jalan-jalan anak-anak waktu itu minimal sebulan sekali kami lakukan, setelah aku membuka usaha sendiri itu semua tidak aku lakukan lagi mengapa karena aku harus benar-benar belajar memanagemant keungan dengan sebaik-baiknya karena aku baru merintis usahaku, kenapa itu semua aku lakukan namun tetap saja tidak sesuai apa yang aku harapkan bahkan sebaliknya, sedangkan agenku bisa dikatakan cukup baik bagi agen yang baru merintis bahkan aku memiliki langganan kantin disalah satu yayasan pesantren atau bisa dikatakan terlihat cukup baik progres agenku, sampai-sampai aku tidak jarang pulang dari kios cukup larut malam ia itu karena aku harus mengirim pesanan dan belanja barang yang dibutuhkan untuk besok pagi.

Ia tapi aku tetap berpikir positif mungkin inilah perjuangan insyaallah kedepanya jauh lebih baik karena rezeki yang aku cari ini insyallah halal, apabila rezeki yang halal walaupun sedikit semoga berkah hal itulah yang menguatkanku, karena sebelum aku melakukan usaha tersebut aku sudah berkomitmen aku akan mencoba minimal tiga tahun apabila tidak ada perkembangan aku mundur.

Aku terus mejalani usaha tersebut dan sebenarnya istriku sudah cemas degan melihat ditahun kedua aku sudah kesulitan untuk memperpanjang sewa kios mengapa istriku merasa khawatir awalnya kami setuju apabila usaha ini berjalan degan baik istriku juga ingin risegn dari kantornya karena istriku ingin mulai fokus kepada kedua putri kami yang sudah mulai masuk TK, karena menurutku dan istriku anak-anak harus ibunya yang mengurus karena saat itu anakku masih dijaga simpok orang yang mengasuhnya.

Tetapi Allah SWT berkehendak lain ditahun ketiga tepatnya diakhir tahun di bulan Desember 2019 aku memutuskan tidak melanjutkan lagi usaha tersebut karena semakin jelas terlihat bahwa usahaku tidak bisa dilanjutkan lagi, dan menurutku dan istriku keputusan tersebut tepat karena selang beberapa bulan kami menutup agen kami, mulai ada wabah corona dan hal tersebut sangat mempengaruhi penjualan.

Dari semua yang sudah aku jalani dalam hari-hariku begitu banyak pembelajaran yang aku dapatkan bahkan hingga hari ini saat aku megetikan pengalamanku ini, apa pembelajaran yang aku dapatkan ternyata saat aku memutuskan keluar dari kantorku saat itu, ternyata aku sedang diberikan pembelajaran cukup berharga saat itu aku hanya mengunakan cara berpikirku dan pengetahuanku saja untuk memutuskan sesuatu, aku selalu membenarkan cara pandangku seperti aku menjudge rezeki yang aku dapat tidak halal dengan mengkaitkan kejadian atau masalah yang ada dihadapanku, seolah-olah aku mengetahui mana yang hala dan yang haram dengan pengetahuan yang masih dangkal hingga akupun menjudge bahwa perusahaan yang bergerak dibidang keuangan dan semacamnya aku sangat yakin disana ada keterkaitan dengan hal yang dinamakan riba.

Seolah-olah aku seperti menjadi seseorang yang sangat suci, memahami hal-hal tersebut dengan baik dan bukan pendosa, ia memang ada benarnya pada dasarnya manusia menginginkan yang terbaik untuk diri dan keluarganya tetapi kita pun harus lebih memahami bahwasannya semua itu seharusnya kita bisa lebih bijak lagi untuk memutuskan dan menjalani sesutu mungkin lebih baik bertanya tkeerlebih dahulu kepada seseorang yang jauh lebih mengerti hal tersebut, dan yang jauh lebih baik lagi bahwa sebenarnya kita seharusnya berserah diri kepada Allah SWT setiap ada keresahan didalam diri kita, bukannya dikeyakinanku begitu banyak Allah SWT memberikan solusi kepada setiap hambanya yang sedang mengalami kesulitan misalnya untuk menentukan dua pilihan ada shalat istiqarah dan banyak yang lainnya.

Mengapa aku bisa berbicara seperti itu sebenarnya saat aku sudah tidak memiliki kegiatan lagi aku benar-benar tidak memiliki penghasilan sedikitpun tepatnya selama tujuh bulan setelah aku tidak menjalankan usahaku, aku sampai mengalami ingin merokok sebatang saja aku tidak bisa membeli bahkan aku tak memiliki uang sepeserpun, sampai aku bertemu dengan teman SMP ku keadaan ekonomi ia Alhamdulillah jauh lebih baik dariku ia benar-benar merasa tidak meyangka dengan keadaanku saat ini bahkan disuatu hari aku di telponnya untuk datang kerumahnya dia ingin ngobrol denganku, karena sebelumnya aku sudah bertemu dengannya dan sedikit mengobrol dengannya kenapa aku bisa sampai seperti ini itulah alasan ia ingin bertemu denganku.

Aku datang kerumah temenku saat itu sekitar jam 8 malam kurang lebih, ia biasa karena aku suka dengan kopi hitam sambil menikmati kopi ia mulai berbicara kepadaku "Gue mau ngomong sama lo sekarang terserah lo mau marah tapi intinya gue mau ngomong sama lo malam ini, gue mau tanya sama lo sebenernya  islam lo apa sih?..",aku langsung kaget mendengar ucapanya sebelumnya ia tidak pernah berbicara sampai seperti itu sebelumnya, saat itu ia terus berbicara kepadaku intinya isi dari pembicaraan itu mengingatkan aku bahwa selama ini aku masih egois dan merasa memahami sesuatu hal padahal aku belum memahami hal tersebut dengan baik atau ia mengingatkan kebodohanku.

Mengapa temanku sampai seperti itu karena ia merasa heran dengan cara berpikirku saat ini ia begitu peduli denganku dan keluargaku, padahal kami sudah lama sekali tidak bertemu mungkin karena saat ini aku dalam kondisi sangat terpuruk dan juga menurutnya itu karena di sebabkan oleh cara pemikiranku dan berdampak kepada kelurgaku, bukannya saat ini kita harus berjuang membahagian keluarga bukan malah sebaliknya. 

Ia menjelaskan kepadaku ada beberapa hal yang disampaikan kepadaku bukankah apabila aku seseorang yang mengerti atau takut dengan dosa, apakah yang aku lakukan ini benar lebih memilih tidak bekerja karena aku selalu menolak apabila ada tawaran kerja diperusahaan yang bergerak dibidang finance dan semacamnya.

Menurut temanku apakah tidak berdosa apa yang aku lakukan saat ini dengan aku tidak bekerja dan aku sempat tidak ingin lagi bekerja disebuah perusaan bahkan aku sudah tidak peduli lagi dengan apa yang pernah aku geluti ia itu dibidang IT aku seperti merasa muak dengan pekerjaan disebuah perusahaan aku menjudge semua orang sama seperti itu yang tidak lain hanya silau dengan dunia dan tak menghiraukan tentang memanusiakan manusia kesimpulannya aku sudah muak dengan dunia kerja saat itu.

Namun temanku mengatakan yang lo lakuin saat ini adalah dosa, bukankah kita sebagai kepala rumah tangga memiliki tanggung jawab untuk menafkahi anak istri kita dengan lo terus bersikap seperti ini lo hanya terus menambah dosa, tidak semua orang seperti itu mungkin saat itu lo kebetulan dipertemukan seorang yang seperti itu, tidak semua orang seperti itu dan lagi lo pernah bilang lo merasa mendapatkan rezeki yang tidak halal apabila lo bekerja disebuah perusahaan yang begerak dibidang finance dan perbankkan, menurut gue lo gak boleh seperti itu kita memang tahu begitu bahayanya tentang riba tapi tolong pahami terlebih dahulu hal tersebut dengan baik, gue punya pengalaman pribadi tentang seorang yang bekerja disalah satu bank maaf bisa dikatakan seseorang itu jauh lebih baik dari lo menjalankan ibadahnya dan juga mungkin lebih dalam pemahamannya tentang hukum riba, tapi dia masih bekerja dibidang tersebut gue ngeliat sendiri bagaimana dia melakukan ibadahnya selama gue bekerja dikantornya dan iapun bersikap baik mungkin saja kita gak tahu klo dia juga menginginkan tempat terbaik, mungkin saja ditempat ia sekarang ini tidak baik untuknya, karena kita tidak bisa tahu mana yang terbaik untuk kita, karena yang menurut kita baik belum tentu menurut Allah SWT. 

jadi intinya kita tidak bisa menghakimi sebuah pekerjaan atau seakan-akan kita tahu rezeki kita halal dan haramnya apabila kita masih melakukan di jalan yang benar asalkan kita tidak mencuri, mengambil hak orang lain dan menipu menurut gue itu tidak masalah karena tugas kita meminta kepada Allah SWT agar diberikan rezeki yang baik dan berkah insyaallah dengan berjalannya waktu kita akan di berikan tempat yang terbaik.

Setelah aku mendengarkan apa yang diucapkan temanku, aku seperti ditampar agar aku tidak sebodoh dan seegois ini, tanpa aku sadari aku menzolimi anak istriku begitu banyak yang seharusnya ia dapatkan semua itu tidak ada lagi contoh kesehatannya dan lain sebagainya,  bahkan saat ini aku dan keluargaku tinggal dirumah kontrakan, sangat jelas dengan keegoisanku dan cara berpikirku aku menzolimi mereka, aku mulai sadar ternyata aku benar-benar bodoh selama ini aku mengangap bahwa dengan cara berpikir dan usaha yang maximal aku akan bisa meraih apa yang aku inginkan, namun yang sebenarnya apabila aku memahami bahwa sebenarnya dalam kehidupan ini kita harus merubah prinsip hidup atau cara pandang 80% Allah SWT dan 20% itu adalah cara berpikir dan usaha kita, dengan seperti itu insyaallah kita akan lebih baik untuk menjalani kehidupan kita.

Mengapa kita harus memiliki prinsip tersebut karena pada dasarnya kita manusai yang tidak memiliki apa-apa dan bukan siapa-siapa tanpa kehendaknya, sederhana saja apakah sebagian besar dari kita menyadari apakah kita tahu setelah lulus kita akan bekerja dimana dan dikota mana?, itu sebenarnya sudah sangat jelas bahwa itu semua Allah SWT yang berkehendak, dan bahkan yang mirisnya mungkin diantara kita ada yang pernah melakukan test atau interview tetapi tidak lulus, dengan spontan dihati kita mungkin ini bukan rezekiku di tempat ini ataumungkin saat ini belum waktunya, dan begitu banyak lagi hal-hal dalam hidup kita mengelurkan kata seperti itu namun sayangnya hanya di bibir saja kita belum dapat mengkajinya.

Dan juga aku mulai menyadari mengapa aku risegn dari pekerjaanku ternyata Allah SWT sebenarnya memberikan pelajaran atau mengingatkan kepadaku lewat atasanku ternyata aku lebih mendengarkan janji manusia aku sangat percaya kepada janji manusia dan bahkan cukup patuh dengan intruksinya seharusnya aku hanya percaya kepada janjinya Allah SWT dan intruksinya karena ia tak akan pernah ingkar dan apabila aku patuh dengan intruksinya pasti aku akan terhindar dari perbuatan keji dan munkar.

Semoga dengan pengalamku ini kita mendapatkan pelajaran dan tidak ada lagi yang sebodoh aku, karena dengan kita mengutamakan prinsip, cara pandang pandang atau kemampuan yang ada didiri kita sebenarnya itu adalah kesombongan yang akan selalu didampingi oleh kebodohan, marilah kita mulai mengkaji diri kita disetiap menghadapi apapun dalam menjalankan hidup ini dan selalu melibatkan Allah SWT dalam kondisi apapun itu, karena dia lebih dekat dari urat nadi kita. 

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url
Related Post
Ngaji Diri