Advertisement here

Menjadi manusia di gunung

Menjadi manusia di gunung 

Beberapa tahun belakangan ini begitu banyak orang-orang yang memiliki hoby melakuakan kegiatan mendaki gunung dan yang sangat luar biasanya sampai terdengar kabar di track atau di jalur pendakian mengalami kemacen di gunung-gunung yang familiar, dan di media sosialpun begitu banya forum-forum para pendaki yang jumlah anggotanya pun tidak sedikit. Begitu mudahnya sekarang ini ingin mendapatkan sebuah informasi tentang gunung yang ingin kita daki bahkan sampai alat-alat yang begitu baik secara kualitas dan kesimplelannya bukan hanya itu saja bahkan ada dibeberapa gunung saat ini sudah di lengkapi fasilitas toilet umum mushola bahkan ada warung atau seperti saung yang menjual air mineral, kopi dan snack bahkan ada juga sampai menjual roko saat di jalur pendakian dan dipos-pos pendakian.

Begitu luar biasanya saat ini untuk mempermudah melakukan pendakian, tetapi kali ini aku tidak membahas hal tersebut yang mungkin memang saat ini sudah lazim hal tersebut, namun aku saat ini ingin berbagi begitu banyaknya yang dapat di ambil pelajaran dari para pendaki yang begitu banyak dipublikasikan saat ini dari komentar-komentar postingan mereka, mungkin kita juga melihat begitu jelasnya kegiatan pendakian ini sebelum melakukan pendakian mereka berpamitan meminta izin kepada kedua orangtua nya sambil mencium tangannya bahkan memeluknya dari hal tersebut begitu luar biasanya adab atau sikap para pendaki yang begitu menghormati mendapakan izin dan ridho dari kedua orangtua nya untuk melakukan kegiaannya tersebut.

Ia menurutku itu sungguh luar biasa karena jelas dari apa yang mereka lakukan adalah mengingatkan kita bahwa tanpa izin dan ridho kedua orangtua kita apalah jadinya kita dan mungkin kita sudah tidak asing lagi mendengar kata "Ridho orangtua sama dengan Ridhonya Allah SWT", kita sudah mendapatkan pelajaran dari awal mereka ingin setiap melangkahkan kakinya saja yang memiliki hoby tersebut begitu utamanya baginya kedua orangtua.

Dan juga setelah itu kitapun tak asing lagi saat mereka ingin memulai melakukan track pendakian mereka yang berkelompok atau yang tidak kita selalu diperlihatkan mereka selalu berdoa selalu meminta keselamatan kelancaran selama pendakian hingga sampai rumah,dari hal tersebutpun kita di ingatkan lagi bahwa sebelum melakukan apapun kita wajib berdoa dan menyerahkan segalanya kepada sang pemilik segalanya, itu sangat jelas perilaku yang ia perlihatkan itu adalah sebuah kunci keberhasilan kita sebagai manusia, dan masih banyak yang lainnya saat selama mereka melakukan pendakian disana pun terdapat pelajaran-pelajaran dan kunci-kunci untuk kehidupan kita.

Saat selama melakukan pendakian atau tracking team atau teman-temannya menjadi satu kesatuan atau keluarganya dan bahkan aku mendengar bahkan selama melakuakan pendakian ada yang memiliki prinsip ikutilah yang terlemah dari hal tersebut  kita di ajarkan kepedulian antara sesama dan mengontol ego diri, disaat mereka menemukan mata air mereka mengambil air tersebut secukupnya bukan mengambil air sebanyak-banyaknya mereka menunjukan bahwa hal tersebut kita tidak boleh serakah dengan apa yang ada dan juga menjaga mata air tersebut dari cara mengambilnya cukup berhati-hati agar tidak keruh mengapa demikian karena bukan hanya kelompok mereka saja yang membutuhkan air tersebut namun mereka pun memikirkan masih banyak orang lain setelah mereka yang membutuhkan air tersbut, kepedulian sesama manusia dari hal tersebut saja sudah mereka tunjukkan.

Lalu saat mereka mendirikan tenda mereka tidak seenaknya mendirikan tenda senaknya mereka tidak melakukan sampai merusak atau memotongi tumbukan yang ada disekiranya untuk mendirikan tenda dengan alasan view yang bagus dari sana kepedulian mereka kepada tumbuhan saja sudah di perlihatkan pastinya mereka bisa jauh lebih peduli kepada sesama manusia.

Kemudian saat mereka sampai puncak hampir semua teman-temanku yang pernah merasakan sampai puncak saat mereka mendaki dan aku tanyakan bagaimana perasaan mereka saat berada di sana hampir sama jawaban mereka "Luar biasanya ciptaan tuhan dan begitu indahnya ciptaan tuhan", kesimpulan dari rata-rata mereka yang menikmati suasana tersebut mayoritas mengungkapkan kebesaran sang maha pencipta tepatnya tanpa sadar menambah keimanan dalam diri.

Apabila kita kaji dari sikap-sikap yang mereka lakukan dalam melakukan hoby mendaki gunung sebenarnya kita sudah mendapatkan bekal untuk menjalani hidup dalam bersikap, bersyukur, mengimani, tanpa disadari apa yang mereka lakukan semua itu mengingatkan kita.

Dan mungkin saja merekapun memahami bahwa bumi ini adalah ibu kedua bagi setiap manusia, karena di saat manusia setelah terlahir di dunia dan sudah tidak menyusu kepada ibu kita selanjutnya kita makan dan minum semua itu yang berasal dari bumi, tumbuhnya padi dan adanya mata air itu semua dari bumi jadi dengan kita memahami hal tersebut bahwa bumi ibu kedua bagi manusia, kita akan jauh lebih menghargai dan menyayangi dan menjaga bumi ini bagaimana kita bersikap kepada ibu kita yang sebenarnya.

jadi dengan kesimpulannya saat ini kita sangat bersyukur di gunung sudah sampai macet atau begitu banyaknya manusia-manusia yang menyadari kebesaran tuhan yang maha esa dan akan memperlakukan bumi seperti ibunya, dengan seperti itu seharusnya banjir, longsor, hutan yang gundul dan hal-hal sebagainya yang menyakiti ibu kedua kita (Bumi), tidak banyak terjadi lagi bahkan sebaliknya bumi ini menjadi semakin indah dan semakin membaik paru-paru duni karena dengan kita selalu bersikap memperlakukan bumi sebagai ibu kita kedua bagi manusia dan tentunya dengan keimanan yang semakin kuat kepada Tuhan Yang Maha Esa, pemilik segalanya.
Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url