Kami Merencanakan Pendakian
Saya adalah seorang pendaki mungkin apabila dikategorikan Saya hanyalah pendaki yang amatir, karena pendakian yang Saya lakukan hanya untuk mencari kepuasan hati dan Mengagumi kebesaran Allah Swt. Pada awal tahun 2002, Saya dan ketiga teman Saya Encam, Naning, Peking, dan Saya sendiri Utis Sutrisna merencanakan sebuah pendakian tetapi Kami semua belum tahu untuk pendakian ke Gunung mana yang akan kami tuju. Disaat Saya bertemu Naning dia bilang.
"Tis gw belum pernah naik Gunung sama lo kira - kira kapan kita bisa naik bareng Tis, terus ke Gunung mana yah Tis kayanya seru kalau kita naik bareng.?..”
"Wah gw belum tahu mau
naik kemana, tapi gw pingin naik ke tanah tertinggi di Jawa Barat Ning,
bagaimana kalo kita ke Ciremai aja Ning ..”
Tak lama kemudian Saya
bertemu dengan salah satu teman Saya dia adalah salah satu orang yang pertama
mengawali dan menemani hobi Saya melakukan pendakian Encam namanya,terus Saya pun
memberitahukan percakapan dengan Naning ke Encam.
"Cam Naning ngajak
naik bareng gimana kalau kita naik Ciremai?...,”
"Boleh Tis
kapan?..”
"Gimana kalau
bulan April Cam?..”
"Boleh!!!"
Kemudian salah satu teman
Kami Peking datang dipertengahan obrolan Saya dengan Encam, Peking langsung
gabung dengan obrolan Kami.
"Lagi ngobrolin apa lo
berdua?....,” Tanya Peking.
"Gini King, Naning
ngajakin naik bareng terus gw punya rencana sih pingin naik ke Ciremai!!”
Sayapun menjawab.
"Boleh tuh! gw
ikut deh!” Jawab Peking setuju.
Keesokan harinya Peking datang ke tempat biasa Kami nongkrong.
"Wooy gw dah beli carriel baru nih yo siap berangkat”
Akhirnya Kami semua
merencanakan lebih lanjut untuk pendakian yang belum tahu track atau jalur
pendakian Gunung Ciremai sebelumnya, akhirnya Kami mencari informasi dari kawan
- kawan Kami yang sudah melakukan pendakian ke Gunung tersebut, dengan
informasi yang sangat minim Kamipun menentukan hari keberangkatan.
Proses Keberangkatan
Sebenarnya ke dua orangtua
Saya tidak pernah mengizinkan saya untuk melakukan pendakian, tetapi anak seusia
Saya pada saat itu lagi senang-senangnya mencari sebuah pengalaman baru. Jadi
setiap Saya ingin melakukan pendakian, peralatan pendakian Saya selalu
lebih awal dari yang lain di packing, karena apabila ibu Saya sampai tahu pasti Saya akan
batal atau gagal melakukan pendakian, jadi caranya Kami meminta izin kepada kedua
orang tua Saya. Dengan cara, Kami semua sebelum berangkat datang dahulu kerumah
Saya setelah ibu Saya selesai Shalat subuh lalu Kami meminta izin kepadanya
dengan perlengkapan yang sudah ada di punggung Kami masing-masing, itulah waktu
yang sangat tepat menurutku untuk meminta izin kepada orangtua bisa di katakan
dengan cara memaksa. Akhirnya kedua orangtua Saya mau tidak mau mengizinkan
Kami walaupun wajah mereka menunjukkan tidak ikhlas mengizinkan Kami
semua pergi untuk mendaki, Saya pun langsung mencium tangan ke dua orangtua Saya sambil
meminta doanya
"Mah Utis berangkat
dulu doain yah mah?...” Encam, Naning, Pekingpun bergantian meminta do'a kepada
kedua orangtua Saya.
Kami semua melakukan
keberangkatan pada hari selasa pagi kurang lebih mulai berangkat dari
rumah sekitar jam 5 pagi menuju terminal Bekasi, dan sebenarnya Kami semua
tidak tahu dimana Gunung Ciremai itu tepatnya. Tetapi yang terpenting untuk
Kami hanya tahu dikota mana Gunung Ciremai itu berada untuk Kami itupun sudah
cukup, dan itu memang selalu yang Kami lakukan karena apabila dari salah satu
teman mendaki Kami sudah tahu atau pernah mendaki Gunung yang akan Kami daki
pasti Kami membatalkan pendakian ke Gunung tersebut, karena Kami merasa kurang
asyik apabila sudah ada yang mengetahui Gunung yang akan Kami daki, alasan Kami
kita berusaha ingin mengerti Gunung yang kita daki dengan bersama-sama mencari
jalan sampai kepuncaknya, akhirnya kita semua menuju ke kota Cirebon dengan bus
jurusan Cirebon dari terminal Bekasi.
Di separuh perjalanan bus
yang Kami tumpangi, bus tersebut istirahat disalah satu SPBU lalu Kami
membeli makanan untuk mengganjal perut Kami tidak lama kemudian ada seorang
lelaki berjaket kulit, berkacamata hitam kurang lebih berusia 30 tahunan
menghampiri Kami.
"Mau ke mana mas?..”
"Ga ke mana - mana kok
mas!” Kami menjawab
"Ah Mas - mas mau
mendaki yah itu bawa tas besar - besar?...” Tanya lelaki jaket kulit penasaran
"Ia mas Kami mau naik
ke Ciremai!" Jawab Encam.
"Oh mau ke Ciremai
kalo mau naik ke sana?.., lebih baik lewat jalur Palutungan aja mas lebih
landai dan pemandangannya lebih indah kalo dari jalur sana!” Balas lelaki jaket
kulit.
"Oh gitu ya mas"
ia sebenarnya rencana Kami semua ingin mendaki belum tahu lewat jalur mana tapi
rencana Kami mau lewat jalur Linggarjati mas!” Encam menjelaskan.
"Wah lewat Linggarjati
jalurnya lebih curam mas Saya juga suka membawa rombongan anak – anak
Universitas untuk melakukan pelantikan, di perkemahan di bawah kaki
Gunung Ciremai lewat Palutungan!” Kata Lelaki Jaket Kulit menyarankan.
Kalo Mas-masnya mau nanti
Saya antar kearah jalurnya, Kami merasa sudah sangat akrab dengan lelaki itu
padahal Kami cuma bertemu ditempat istirahat bus, ia pun memberikan no. telepon
dikertas kepada Saya lalu Saya simpan didalam dompet. Akhirnya kita semua
mempercayai ucapan lelaki itu karena alasannya sangat masuk akal dan kelihatan
dari ucapannya yang cukup mengetahui Gunung Ciremai dan terlihat postur
tubuhnya lelaki itu seperti seorang pendaki yang berpengalaman dan iapun
mengantar Kami sampai kearah jalur Palutungan, Kamipun berpisah setelah lelaki
itu bilang kamu naik aja angkot itu dia kearah Palutungan kok.
Sampai di Pos Pendaftaran
Jalur Palutungan
Kami semua tiba kesebuah
pos pendaftaran untuk pendakian, lucunya Kami ragu dengan pos tersebut selain
pos pendaftarannya sudah tidak layak banyak bagian yang rusak dan tidak ada
satu orangpun yang menjaga pos pendaftaran tersebut, akhirnya kita istirahat
dipos itu sambil bertanya kepada warga sekitar yang lewat.
"Pak permisi Saya mau
tanya kalo mau mendaki mendaftar kemana yah pak?...” Kami bertanya.
"Oh tunggu disini yah
mas, Saya panggil dulu pak Sandy yang menjaga pos ini tapi orangnya lagi di
kebun?...” Jawab warga setempat
"Ia pak Kami
tunggu..!”
Kami semua makin bingung,
sambil menunggu Saya melihat-lihat kedalam pos dari luar karena masih terkunci
itu ada sebuah mading didalam sana Saya melihat isi mading itu tentang
keindahan pemandangan puncak Gunung Ciremai yang ingin Kami daki.
Tak lama kemudian pak Sandi
datang akhirnya pos pendaftaran dibuka dan Kami semua masuk kedalam. Anehnya
setelah Saya masuk ke dalam, mading yang Saya lihat dari luar tadi ternyata
isinya bukan Foto-foto keindahan puncak Gunung Ciremai, melainkan sebaliknya
ternyata mading tersebut berisikan Foto-foto evakuasi korban-korban pendaki
Yang mengalami kecelakaan pada waktu pendakian, Saya langsung kaget tetapi Saya
tidak bilang kepada salah satupun teman Saya, proses pendaftaranpun akhirnya
selesai. Sebelum Kami semua melanjutkan perjalanan Pak Sandi lalu menanyakan
perlengkapan Kami.
"Apa perlengkapannya
sudah lengkap?...” Tanya Pak Sandi
"Lengkap pak"!,
Pak rencana Kami mau turunnya lewat jalur Linggarjati?..”
"Oh gitu...! kalo mau
turun lewat jalur itu nanti di puncak sana ada satu "nisan" salah
satu pendaki dari kota Bekasi kalian harus lewati terus jalan kedepan nanti
terlihat ada plang atau papan petunjuk yang di paku di pohon jalur
Linggarjati!” Pak Sandi menjelaskan.
"Ia Terima Kasih yah
pak!"
Lalu Kami pun semua pamit
berangkat untuk menempuh jalur Palutungan tersebut.
Awal Memasuki Jalur
Pendakian Palutungan
Kami melewati pemukiman
desa Palutungan, benar ucapan lelaki yang bertemu dibus memang jalur
Palutungan sangat indah dan tidak terlalu curam.
Sepanjang perjalanan
Kami bercanda agar perjalanan yang Kami tempuh tidak terasa terlalu jauh dan
cape. Disela waktu Kami melewati pemukiman Kami semua disuguhkan dengan
hamparan ladang wortel yang tumbuh sangat subur dikaki Gunung Ciremai tersebut.
Kami menyempatkan diri untuk meminta beberapa wortel dari sipemilik ladang, Kami
membawa wortel tersebut untuk bekal diperjalanan. Selama Kami berjalan
mengikuti jalan setapak yang Kami lalui benar-benar terasa alami sepertinya
alam yang membuat jalur dengan sendirinya.
Kami tidak menyadari
bahwa jalur yang Kami lalui sepertinya sudah sangat jarang dilalui para
pendaki. Track yang Kami lalui terbentuk asli dengan sendirinya, Kamipun
terhalang dengan tumbangnya salah satu pohon besar yang menutupi jalur setapak,
akhirnya Kami berhenti melihat sekeliling dan berpikir mau lewat mana. Lalu
tidak lama kemudian ada satu kelompok pendaki yang turun dari atas berlawanan
arah dari Kami mereka menuruni jalur lewat pohon yang tumbang didepan Kami agak
kaget dan kelompok pendaki yang turun itu hanya tiga orang akhirnya menghampiri
Kami ia bertanya kepada Kami.
"Mas baru mau muncak
ya?....”
"Ia Mas, wah jalurnya
tertutup pohon tumbang ya mas?...”
"Ia, masnya telat kita
dah turun masnya baru mau muncak!, kalo gitu Saya lanjut turun yah mas, sukses
yah sampai puncak!” Kata para pendaki tersebut memberikan semangat.
"Ia mas tanks yah mas
hati - hati juga mas!”
Lalu Kami semua melanjutkan
perjalanan dengan melewati pohon besar yang tumbang itu yang sangat licin penuh
dengan lumut.
Kami semua dengan hati-hati
sambil sedikit merangkak sambil memegang ranting-ranting pohon tumbang itu
melewati akhirnya Kami semua sampai menemukan jalur setapak lagi.
Langitpun mulai gelap dan
Kami menemukan rombongan pelantikan pecinta Alam salah satu Universitas kota
Cirebon. Kami memutuskan mendirikan tenda didekat rombongan pelantikan
tersebut.
Waktu semakin malam udara
disekitarpun mulai terasa dingin. Untuk menghangatkan tubuh, Kami membuat kopi
dan memasak untuk makan malam. Tak lama kemudian Kami mendengar seperti suara
rombongan sampai ke tenda pecinta alam yang berada di dekat tenda Kami. Lalu
Kami mengunjungi ketenda mereka Kami berkenalan dan sempat sebentar mengobrol
sambil menikmati agar–agar yang Kami buat dimalam itu.
Ternyata mereka dari
salah satu Universitas kota Cirebon baru saja melakukan kegiatan mencari jejak.
Pagi haripun tiba matahari
sudah menembus kabut dan dedaunan, Kami terbangun lalu Kami mandi disungai yang
dekat tenda Kami dan yang lain mengepak peralatan pendakian ada juga yang
membuat sarapan untuk mengisi tenaga Kami.
Setelah semua selesai Kami
pamit dengan rombongan pelantikan pecinta alam itu dan disitulah akhir Kami
bertemu orang lain selain Kami berempat, Kami terus melanjutkan pendakian
melewati jalan setapak yang benar-benar alami dan banyak sekali papan peringatan
yang dibuat para pecinta alam (ranger) untuk tata tertib pendakian Ciremai, ada
yang berisikan
"DILARANG BICARA TIDAK
SOPAN / SEMBARANGAN"
Kami melanjutkan perjalanan
menuju puncak Gunung Ciremai sepanjang perjalanan Kami masih tetap menghibur
diri Kami dengan bercanda karena memang salah satu dari Kami yang bernama
Naning sangat kocak anaknya, kebetulan Naning itu belum pernah melihat
bagaimana Edelweis (bunga abadi yang ada di Gunung) yang masih di tangkainya
atau dipohonya langsung, disepanjang jalan Kami semua membohongi Naning kalo
ada bunga liar yang Kami lewati, Kami semua bilang kepadanya.
"Ning tuh bunga
abadi…!"
Dengan senangnya Naning
memetiknya lalu Kami menertawakannya.
"ha..ha..ha..!!!!"
"Bukan Ning nanti
mungkin dipuncak sana kita bisa nemuin Edelweis”.
Misteri Goa Walet Yang Ada
di Dekat Puncak Gunung Ciremai
Mungkin kurang lebih
sekitar dua jam lagi perjalanan apabila dilihat dengan mata kepala Kami bisa
sampai dipuncak, tiba-tiba Peking menghentikan perjalanan ia berkata.
"Woy break dulu yah
kayaknya gw gak sanggup lanjutin lagi perjalanan, lagian juga gw susah
nafas terus sudah sore gimana kalo kita buka tenda disini?...” Teriak Peking.
"King bentar lagi
sampe ke puncak tuh dah kelihatan Puncaknya!” Balas Saya.
Peking tetap saja tidak bisa
melanjutkan perjalanan lagi mungkin karena oksigen mulai menipis karena
ketinggian, Peking makin terasa susah bernapas. Akhirnya Kami memutuskan untuk
ngecamp atau membuka tenda. Ternyata disekitar kita ada sebuah Goa yang tidak
Kami ketahui sebelumnya, Kami tahu karena melihat papan petunjuk yang dipasang
dipohon yang bertuliskan "Goa Walet" yang posisinya berada dibawah
sana. Tetapi Saya pribadi jujur awal melihat mulut Goa tersebut merasa sangat
takut lalu Saya berpendapat.
"Gimana kalo diriin
tenda di luar Goa aja?....”
"Gw gak mau kalo
diriin tenda di luar goa mending di dalem aja lebih Aman, kalo ada badai kita
gak bakal kena badai” Protes Peking.
Saya berpikir gak akan
terkena badai karena posisi untuk menjangkau kegoa tersebut harus turun
mungkin sekitar 5-7 meter dari kami berdiri, jadi sebenarnya walaupun Kami
mendirikan diluar goa kita terlindung dibalik tebing yang ada disekitar kita
atau tepatnya Kami semua berada disekitar antara tebing tersebut.
Akhirnya Peking malah emosi
dia tetap saja memaksa Kami semua untuk mendirikan tenda didalam goa sampai ia
membanting dirigen stok air minum yang ia bawa. Akhirnya Encam dan Naning
menenangkan keadaan saat itu mereka bilang,
"Ya udah Tis kita cek
aja dulu kedalam goa itu siapa tahu ada tempat yang enak?...”
Lalu Kami semua mengecek
kedalam goa, dimulut goa banyak sekali botol-botol air mineral .
yang berfungsi menampung
tetesan air yang jatuh dari stalaktit yang ada di sekitar mulut goa. Yang ada
dibenak Kami, mungkin air itu untuk membantu para pendaki yang kehabisan stok
air untuk menuju puncak karena sudah tidak ada lagi sumber air untuk menuju
puncak selain tetesan air dari stalaktit tersebut.
Dengan bantuan senter dan
lampu badai untuk menerangi pandangan mata Kami untuk melihat kedalam goa,
karena benar-benar tidak ada cahaya selain dari senter dan lampu badai tersebut
saat Kami mulai kedalam goa itu.
Akhirnya Kami menemukan
tepat yang sangat sempit tetapi cukup untuk berbaring empat orang, tanahnya
sangatlah halus mungkin seperti rumah-rumah dipedesaan yang lantai hanya tanah
yang sudah keras dan mengkilat hitam, kurang lebih seperti lantai yang terbuat
dari tanah dan di atasnya sudah diberikan plastik untuk menahan tetesan air
dari atas goa tersebut. Kami pun tidak pernah tahu siapa yang memasangnya,
akhirnya Kami memutuskan menginap di
tempat itu karena dari yang Kami lihat hanya tempat itu yang terbaik menurut
Kami.
Kami semua membawa
peralatan Kami kedalam Goa itu dan merapihkan untuk menginap semalam ditempat
itu walaupun Kami tidak bisa mendirikan tenda untuk Kami tidur, Kami hanya
menggunakan tenda dan matras untuk mengalasi Kami tidur.
Di atas langit - langit goa
tersebut memang banyak sekali sarang burung walet karena burung-burung walet
banyak bersarang diantara celah atap goa dan berterbangan dari langit-langit
goa tersebut. Kami berpikir mungkin goa ini dinamakan "Goa Walet"
karena banyak sekali burung walet yang bersarang di goa ini.
Tanpa Kami sadari dari
tempat berbaring Kami yang kurang lebih 2 x 3 meter di bawah kaki Kami ada
lubang yang sangat gelap, Kami cek dengan menjatuhkan batu ke dalam lubang atau
rongga goa tersebut untuk mengetahui apakah dangkal atau sebaliknya. Ternyata
lubang itu sangat dalam sampai batu yang tadi Kami jatuhkan sangat lama
menyentuh dasar lubang tersebut, pantulannya terdengar sangat jauh, rasa ketakutan Saya semakin tambah, lalu waktu
semakin malam Kami memutuskan untuk berbaring, tidak lama kemudian Encam
berteriak disaat Kami semua sudah mulai tidur.
"Aduh gw kebakar, Aduh
gw ke bakar...!!” Kami semua terbangun lalu bertanya.
"Apa yang ke bakar
Cam?....,”
"Ini badan gw kaya ke
bakar?...” Kata Encam Menjelaskan.
Lalu Encam membuka jaket
yang ia pakai dengan penerangan senter dan lampu badai Kami melihat kearah yang
terasa terbakar pada tubuh Encam tepatnya dibawah ketiaknya ternyata kulitnya
terkelupas, bahkan ada bagian kulit yang ikut menempel dijaket Encam karena
jaket Encam berupa rajutan benang atau sweater rajut, kulit yang terkelupas
mungkin kurang lebih lebarnya setelapak tangan orang dewasa. Lalu Kami
mengobatinya dengan peralatan P3K yang Kami bawa, ternyata penyebab kulit Encam
terbakar karena, minyak tanah yang tumpah dijaketnya dari lampu badai yang dia
taruh didalam Carriernya yang dibalut jaket untuk terhindar dari benturan.
ternyata isi minyak di dalam lampu
itu masih tersisa dan tumpah dijaketnya.
Pengalaman yang kita dapat
dari kejadian itu ternyata minyak tanah sangat berbahaya apabila dikeadaan suhu
tertentu yang dingin apabila terkontak langsung dengan kulit. Lalu Kami semua
melanjutkan tidur suasana didalam goa semakin mencekam tidak lama kemudian
Naning membangunkan Saya.
"Tis bangun…!"
"Kenapa Ning?..”
"Gw pingin kencing
tapi dimana yah gw serem nih?..” "Sama gw juga dari tadi nahan kencing
Ning!”
Encam dan Peking akhirnya
terbangun dari tidurnya karena mendengar obrolan Kami berdua mereka pun
menyarankan,
"Ya udah kencing aja
di depan sini Ning!”
Jadi akhirnya Kami berdua
buang air kecil di lubang yang ada di bawah kaki Kami yang sebelumnya lubang
yang Kami cek dalam sekali itu, Kami berdua pun melanjutkan istirahat karena besok pagi Kami semua
harus sudah melanjutkan pendakian ke puncak.
Pagi hari pun tiba Kami
lihat jam sekitar 06.15, tetapi Kami semua tidak melihat cahaya matahari
sedikitpun yang masuk kedalam goa. Tiba-tiba Peking bangun dari tidurnya belum
sedikit pun minum ataupun mengucek kedua matanya ia seperti orang menyanyi dan yang
sangat anehnya ia menyanyikan lagu yang Saya tidak tahu liriknya karena pas
Saya perhatikan lalu Saya tanyakan.
"King lo nyanyi lagu
siapa?... “
“Gw gak nyanyi apa - apa
kok?...” Jawab Peking dengan santainya.
Saya pun bingung karena
Saya jelas-jelas mendengar Peking menyanyikan sebuah lagu, syair lagu yang
Peking nyanyikan yang Saya masih ingat dengan jelas "Aku Terdampar Di
Hutan yang Luas Ini" dan jujur saja nadanya lumayan bagus Peking
nyanyikan, yah sudah Saya mengabaikan nyanyian tersebut, lalu Kami semua mengepak barang masing-masing untuk melanjutkan
pendakian ke puncak.
Pendakian Menuju Puncak
Ciremai (Batu nisan Pendaki Dari Kota Bekasi Yang Ada di Puncak Ciremai)
Kami semua melanjutkan
pendakian kepuncak Gunung Ciremai ternyata untuk mencapai puncak Kami harus
melewati jalur yang sangat terjal penuh dengan bebatuan dan sudah tidak ada
lagi pepohonan yang tumbuh besar disekitar puncak sana. Mau tidak mau Kami
semua merangkak dengan beban carrier masing-masing yang Kami bawa hanya dibantu
bebatuan yang ada disekitar untuk berpegangan, banyak juga bebatuan yang jatuh
akibat Kami jadikan pijakan dan pegangan. Ada beberapa batu yang jatuh mengenai
kepala diantara Kami akhirnya Kami mendaki dengan berzig-zag agar bebatuan yang
jatuh tidak tertimpa lagi karena sangat berbahaya apabila diantara Kami
tergelincir kebawah sana. Mungkin kurang lebih satu setengah jam Kami melewati
jalur yang sangat curam itu akhirnya Kami sampai dipuncak Gunung Ciremai.
Kami berempat sangat bangga
dan sangat mengkagumi kebesaran Allah SWT. Mungkin itu semua ungkapan yang umum
bagi parapendaki karena dengan kita berada dipuncak atau berdiri ditanah yang
Allah SWT, ciptakan lebih tinggi dari sekitarnya kita semua akan merasakan
makhluk yang sangat kecil yang tak ada bedanya dengan butiran debu. Itu menurut
Saya mungkin inilah salah satu Allah SWT memberikan hobi atau sebuah keinginan
pada setiap umatnya, apapun keinginannya tanpa terkecuali apabila sudah dapat
mencapainya Allah SWT memiliki tujuan agar setiap umatnya dapat mensyukuri
nikmat yang ia telah berikan dan untuk memahami bahwa kita semua mahluk yang
tidak sempurna agar dapat mengetahui kebesarannya.
Kami berempat menikmati
pemandangan yang sangat indah dari puncak sambil menikmati wortel yang Kami
bawa dari perkebunan dibawah kaki Gunung Ciremai, ternyata wortel yang Kami
bawa dimakan dengan gula pasir terasa nikmat apa karena laper yah. Tidak lama
kemudian Kami mengambil gambar disekitar puncak yang Kami sudah capai, Kaldera
(kawah) terlihat indah banget berwarna hijau. Tiba-tiba ada seekor burung yang datang
menghampiri di saat Kami mengambil gambar (Foto-foto) Kamipun tidak tahu nama
burung itu, warna burung itu kepalanya coklat tua sebesar burung poksai uniknya
burung itu tidak takut dengan Kami semua, ia meloncat-loncat mendekati Kami
semua. Lalu Naning mendekati burung itu Naning seperti mengajak ngobrol burung
itu.
"Burung - burung
sini!!”
Dan Naning memuji burung
itu bagus, Kami semua ternyata memiliki pemikiran yang sama. Agak aneh juga yah
belum pernah selama pendakian sampai puncak Gunung yang Kami pernah daki
bertemu seekor burung yang terlihat jinak, tak lama kemudian burung itu
meloncat agak menjauh dari Kami semua dan burung itupun terbang entah kemana.
Lalu kurang lebih sekitar
satu jam Kami dipuncak sana setelah selesai menikmati salah satu kebesaran
Tuhan, istirahat dan mengisi perut, Kamipun menghabiskan perbekalan Kami di
puncak selain memang Kami membawa perbekalan secukupnya karena Kami pikir Kami
akan lebih cepat untuk perjalanan turun melalui jalur
Linggarjati dari pada jalur
Kami mendaki, pikir Kami sore hari sudah sampai ke Linggarjati. Salah satu dari
Kami ingat bahwa ada seorang pendaki dari kota Kami yang dibuatkan batu nisan
oleh keluarganya dipuncak Gunung Ciremai. Lalu Kami memutuskan untuk mencari
batu nisan tersebut, karena Kami semua tidak pernah tahu sebelumnya jadi Kami
sangat ingin mengetahui batu nisan itu.
Akhirnya Kamipun menemukan
nisan tersebut walaupun sebelumnya Kami salah dengan batu nisan tersebut,
karena dipuncak sana ada sebuah patok itu istilah dari Kami karena benda
tersebut terbuat dari batu yang dicor.
Kami semua sudah mendoakan
patok tersebut yang Kami kira nisan lalu Kami melanjutkan perjalanan untuk
turun dari puncak menuju jalur Linggarjati. Ternyata sebelum Kami menemukan
jalur Linggarjati Kami menemukan sebuah batu nisan yang sebenarnya yang
dikatakan sebelumnya oleh Pak Sandi, yaitu salah satu korban kecelakaan pendaki
di Gunung Ciremai ternyata ialah pendaki yang berasal dari kota Kami Bekasi,
ternyata lengkap seperti batu
nisan pada umumnya bertuliskan Nama, Tanggal, Bulan, dan Tahun wafatnya. Saya
hanya ingat ia wafat persis satu tahun yang lalu 2001 kalau tidak salah
bulannya sama dengan Kami mendaki yaitu bulan April, disekitar batu nisan
tersebut ada beberapa botol air mineral dan botol parfum, mungkin itu adalah
bukti bahwa banyak juga para pendaki yang mendoakan salah satu pencinta alam
yang telah mendahului kita semua.
Kami semua bersama-sama
mendoakan dan Encam meninggalkan sebotol bekal air mineral yang ia bawa.
Misteri di Lembah Gunung
Ciremai
Kemudian Kami semua
melanjutkan kembali perjalanan mencari jalur Linggarjati. Ketika Kami menyusuri
jalan sekitar bibir kawah, Kamipun menemukan jalan setapak yang Kami kira jalur
Linggarjati. Kami mengikuti jalur setapak tersebut tidak lama kemudian sekitar
15 menit Kami menelusuri jalan tersebut, ternyata jalur setapak tersebut
terputus tidak ada jalan lagi tertutup tanaman liar yang ada di sekitar puncak.
Dengan cepat Kami semua memutuskan kembali lagi ke puncak karena Kami tidak mau
ambil resiko untuk tersesat di Gunung ini, belum ada satupun dari Kami yang
panik setelah menemukan jalan setapak yang salah tersebut. Lalu Kami menemukan
kembali jalan setapak salah satu dari Kami mengecek jalan setapak itu terlebih
dahulu dan setelah dicek betul jalur itu benar-benar jalur untuk turun kekaki
Gunung Ciremai. Kami menganggap bawah jalur yang Kami lewati itu benar mengarah
ke Linggarjati setelah sekitar 20 menit Kami menempuh jalan setapak yang Kami jadikan acuan untuk sampai kekaki
Gunung Ciremai tepatnya jalur Linggarjati. Ternyata Kami semua disuguhkan
dengan pemandangan yang Kami tidak pernah lihat sebelumnya terutama Naning
kawan Saya yang belum pernah melihat bagaimana pohon edelweis ternyata Kami
semua berada di ladang bunga abadi tersebut dan yang luar biasanya pohon
edelweis sangat besar-besar bahkan Naning sempat memetik bunga tersebut sambil
menaiki salah satu pohon edelweis disana, dan bahkan Encam untuk memetik bunga
sempat menarik dulu dahan agar bisa memetik bunga yang berada di pucuknya yang
bagus dan sedang mekar. Dengan sangat gembiranya Kami semua mulai memetik bunga
- bunga abadi tersebut sambil menyusuri jalan setapak hingga tanpa Kami sadari
ternyata Kami berada sudah tidak dijalan setapak lagi melainkan Kami semua
berada didalam rongga tanah. Mungkin dapat diibaratkan persis seperti jalur air
yang sudah kering awalnya rongga itu dalamnya sekitar betis orang dewasa,
tetapi tanpa Kami sadari sambil memilih-milih bunga abadi tersebut ternyata
rongga tanah yang Kami susuri semakin dalam dan besar malah kurang lebih Kami
ada di kedalaman 4 - 5 meter dalam rongga tanah tersebut. Kemudian Kami
berhenti sejenak untuk istirahat dan membicarakan
"Kenapa kok makin lama
makin dalam sama makin lebar yah?....,”
"Cam gimana kalo kita
balik lagi ke atas soalnya nih jalur gw gak yakin?....” Saran Saya kepada
Encam.
"Wah Tis kalo kita
naik lagi udah jauh banget nih puncak dari sini kita semua bisa ke maleman
sampe bawah” Jawab Encam.
Kedua teman Sayapun yang
lain mereka berpikir sama.
"Ia ternyata kita
sudah jauh juga dari puncak?...,”
Mungkin kita sekarang sudah
sampai Lembah Gunung ini. Perasaan Saya pribadi sudah mulai tidak enak meskipun
dari Kami ada yang masih santai dengan keadaan saat itu malah ada yang
berpendapat diantara Kami.
"Siapa tahu kita bisa
nemuin jalur baru dan lebih cepat sampai ke bawah sana”.
Kamipun terus menyusuri
jalur air (rongga tanah kering) yang terus semakin dalam akhirnya Kami
memutuskan untuk naik ketepi rongga, Kami terus menyusuri tepi rongga tersebut
akhirnya Kami ditemukan hamparan rumput gajah yang sangat luas mungkin Kami
dapat mengibaratkan seperti kita melihat sawah-sawah yang terhampar sangat luas
dipedesaan. Dari jarak kurang lebih 50-100 meter baru terlihat sebatang pohon
kecil yang hidup di dataran tinggi di antara rumput - rumput gajah
disekitarnya. Dengan berpikir positif Kami semua melanjutkan perjalanan untuk
menuju ke kaki Gunung, lagi-lagi Kami mengulangi kejadian yang sama awalnya
Kami menelusuri hamparan rumput liar tersebut hanya sekitar tingginya sebetis
orang dewasa, Semakin Kami menelusuri kebawah sana, ternyata Kami harus
mengeluarkan belati yang Kami bawa untuk membuka jalan yang terhalang rumput
itu terus semakin tinggi.
Naning adalah orang yang
terpendek dari Kami semua ia mulai tertutup oleh rumput liar tersebut tinggi
rumput liar hampir melewati pundak Naning, tidak lama berselang Naning yang berjalan dipaling belakang
berteriak
"Mundur....mundur...mundur...!!!!”
"Kayanya kita gak bisa
terusi jalur ini semakin kebawah semakin tinggi rumputnya kita semua bisa
ketutup rumput ini?...” Seru Naning.
Saat Naning berkata seperti
itu ia sudah berada diatas pohon yang ada di sekitar situ yang tingginya
mungkin 3 - 4 meter batang pohon itu besarnya kurang lebih selengan orang
dewasa, Mengapa Naning naik keatas pohon tersebut ternyata Naning merasa
menginjak benda yang bergerak dan licin itulah sebabnya ia naik keatas pohon ia
takut yang ia injak itu adalah ular yang besar. ( ungkapan ini di ucapkan
setelah Kami sudah dalam perjalanan pulang ke Bekasi ).
Akhirnya Kami mengikuti
perintah Naning, Kami semua kembali turun kerongga tanah yang tadi yang
tingginya mungkin 2-3 kali lipat dari kita semua,
Langit pun mulai gelap,
tanpa Kami sadari sampai saat ini bagaimana Kami semua bisa keluar dari rongga
itu. Yang masih sangat jelas sampai sekarang kurang lebih sekitar jam lima sore Kami menemukan aliran air
seperti sungai yang airnya sangat sedikit dan penuh bebatuan itu berada di
tengah-tengah jurang disebelah kanan dan kiri Kami tebing - tebing yang sangat
curam, haripun semakin malam akhirnya Kami semua memutuskan untuk mendirikan
tenda didekat sungai tersebut.
Malam Pertama Kami Tersesat di Lembah Gunung Ciremai
Kami akhirnya dengan cepat
mendirikan tenda untuk beristirahat. Setelah tenda selesai berdiri, Kami baru
menyadari bahwa perbekalan makanan Kami sudah habis, mungkin untuk
menghangatkan tubuh dan menambah tenaga masih bisa walaupun hanya dengan
meminum segelas kopi panas. Akhirnya Kami membuka carrier yang dibawa oleh
Naning karena dia yang membawa konsumsi Kami lalu Naning mencari kopi dan gula
ternyata kopi dan gula yang Kami bawa hilang dari carrier. Kami semua mencari
dan membongkar carrier itu tetap saja kopi dan gulanya tidak ada, yang tersisa
hannya garam dan cabai saja, dengan keadaan yang sangat dingin dan perut Kami
terasa sangat lapar Kami semua menyemil garam dan cabai yang masih tersisa Kami
anggap lumayan untuk memberikan rasa pada lidah Kami yang tadinya hanya meminum
air dari sungai yang Kami telusuri. Saat itu Saya ingin membuang air kecil lalu
Saya keluar dari tend kearah
belakang tenda di saat sedang membuang air kecil Saya tidak sengaja melihat
lampu - lampu pemukiman di wilayah kaki Gunung Ciremai, Saya langsung memanggil
salah satu kawan Saya.
"Ning kita dah deket
tuh lampu - lampu pemukiman dah keliatan dari sini sama genting nya!”
Naning, Encam, Peking
mereka langsung keluar dari tenda langsung bertanya,
"Mana?....” Tanya
mereka.
Ia pun semua melihat
pemukiman yang terlihat cukup dekat dengan tempat Kami bermalam. Kami semua
kembali masuk ke dalam tenda, Naning merencanakan untuk besok pagi.
"Besok kita semua
bangun jam limaan pagi terus kita tutup tenda paling sekitar jam sembilan kita
dah sampe diperkampungan”
Kami semua benar - benar
sangat gembira melihat perkampungan yang cukup dekat terlihat sampai rasa lapar
agak Kami lupakan bukan hilang, Kami langsung beristirahat untuk besok paginya
melanjutkan perjalanan ke perkampungan yang tadi Kami lihat itu.
Sekitar pukul lima pagi
Kami semua sudah terbangun mungkin karena Kami semua sudah tidak sabar lagi
ingin cepat sampai di perkampungan agar bisa mengisi perut yang sudah kosong
dari kemarin.
Kami bergegas menutup tenda
dan mengecek perlengkapan yang Kami bawa masing - masing karena jangan sampai
teledor seperti kasus gula dan kopi kemarin tiba-tiba bisa hilang, setelah
semua sudah beres perlengkapan yang Kami bawa Kami pun berdoa meminta agar di
lancarkan dalam perjalanan pulang.
Sebelum Kami melangkah
untuk melanjutkan perjalanan, Kami memastikan melihat kearah perkampungan yang
Kami lihat cukup dekat semalam ternyata tidak ada satu rumah penduduk yang Kami
lihat Kami semua hanya melihat hamparan hutan yang sangat luas dan tertutup
oleh pepohonan yang besar dan rindang Kami hanya melihat hamparan hutan
belantara, padahal Kami sangat jelas semalam melihat pemukiman penduduk dengan
jelas terlihat sampai bola lampu dan genting rumahnya.
Kami semua mulai sadar
ternyata Kami memang mulai tersesat semakin dalam ke hutan yang Kami daki ini,
di dalam pikiran Kami semua sama Kami tersesat bukan hanya karena salah arah
tetapi ada sebab lain. Namun di antara Kami tidak ada yang berani
mengucapkannya.
Encam mulai mengambil alih
untuk membuka jalan,
"Ayo pasti kita dapet
jalan keluar gw yakin, Ayo kita semangat
Kami mulai melangkah
mengikuti kemana arah Encam yang menjadi pembuka jalan dia memilih mengambil naik
ke atas tebing yang ada di sebelah kiri Kami.
Kami pun mulai merangkak
menaiki tebing itu tanpa alat bantu sama sekali untungnya tebing itu tanah
bukan bebatuan Kamipun bisa menaiki tebing dengan cara memegang akar-akar,
ranting, dan bebatuan untuk membantu Kami mencapainya atas tebing itu.
Sampai diatas tebing Kami
berada dihutan yang sangat lebat dan pepohonan yang sangat besar mungkin untuk
dipeluk oleh tiga orang dewasa pun belum tentu bisa memeluknya. Keadaan di hutan tersebut
benar-benar alami, sebelumnya Kami tidak pernah menemukan suasana atau keadaan
hutan yang sealami ini sampai tak tampak seorang pun pernah menjamahnya.
Lalu Encam membawa Kami
untuk menemukan jalan keluar dari lembah atau hutan ini, setelah sekitar dua
jam Kami terus membuka jalan, Kami menemui jalan buntu Kami berada di atas
jurang yang sangat curam entah berapa meter kedalaman jurang tersebut. Encam
pun mengambil arah balik tak lama kemudian Peking berhenti dan berteriak agak
kencang.
"Kalo gini berarti
kita di bawa Setan kederrr ! Gw tahu mungkin ini semua gara-gara edelweis yang
kita petik di puncak. Pokoknya semua buang bunganya!!" .
Di salah satu antara Kami
mulai mengeluarkan bunga tersebut dari carriernya untuk membuangnya, dengan
keadaan yang sangat panik Kami membuang bunga abadi yang Kami petik di puncak
sana Kami letakkan didekat pohon besar yang berada disana sambil membaca surat Al-fatihah bersamaan. Alasan Peking atau
Kami mencurigai bunga tersebut karena Kami bisa sampai kejalur ini karena
rongga tanah yang ada didekat puncak yang Kami lewati di atas sana dengan
ladang bunga abadi yang tumbuh mekar berada dihamparan Kami.
Perjalananpun Kami
lanjutkan dengan keadaan yang sangat panik dan takut salah satu dari Kami ada
yang memulai Bertakbir.
"Allah...huakbarAllah...huakbar
Allah...huakbar...”
Lalu Kami berempatpun bersama-sama Bertakbir dan bahkan selama Kami mencari jalan keluar entah karena rasa takut yang mulai ada di diri kita semua tanpa Kami sadari Kami bertakbir seolah-olah seperti tak mau terputus apabila dari salah satu teman Kami terputus mengucapkan takbir otomatis salah satu dari Kami melanjutkan takbir begitu terus yang Kami lakukan, selama Kami mencari jalan keluar.
Burung - burung Penghuni Lembah Ciremai
Belati Encam terus
menyingkirkan ranting-ranting yang menghalangi perjalanan dihutan yang Kami
lewati, setelah Kami melewati hutan yang sangat lebat dan pepohonan yang sangat
besar–besar. Kami menemui hutan kering istilah itu Kami yang memberikan nama
karena hanya berisikan ranting-ranting kering yang tidak ada daunnya, selain
itu cukup luas hutan kering tersebut.
Sekitar lima menit Kami
memasuki hutan kering tiba-tiba satu demi satu burung-burung berdatangan jenis
burungnya sama persis seperti jenis burung yang Kami temui dipuncak sana, yang
Kami tak habis pikir saat Kami bertemu dipuncak sana hanya satu ekor burung
yang datang menghampiri Kami.
Di hutan kering sangat
berbeda Kami dihampiri ratusan burung dengan jenis yang sama mengikuti Kami
selama perjalanan di hutan kering itu. Uniknya burung-burung itu tidak takut
sama sekali dengan Kami ia tidak terbang melainkan seperti orang berjalan ia hanya meloncat-loncat
di sekeliling Kami.
Kami Pun merasa ketakutan
dan benar-benar kejadian ini belum pernah terjadi kepada Kami berempat, dengan
jumlah burung terus-menerus semakin banyak selama Kami mencari jalan keluar
dari hutan kering namun apabila burung-burung itu mematuki Kami semua, mungkin
Kami tidak bisa melanjutkan mencari jalan pulang.
Kami sangat beruntung
burung-burung yang sangat amat banyak itu malah terlihat jinak dengan Kami
sampai-sampai Naning mencoba berbicara kesalah satu ekor burung yang persis
hinggap diranting yang persis didepan mata kepala Naning, Burung itu hinggap
dan menoleh kearah Naning spontan mengajak seekor burung untuk bekomunikasi
Naning bertanya kepada burung itu dengan nada yang sedikit putus asa untuk
menemukan jalan pulang.
"Burung lo tau ga
kemana jalan pulang?”
Kamipun menghentikan
langkah dan bertanya kepada Naning,
"Ning dia gak bakal
ngerti bahasa kita?...”
"Siapa tau dingasih
tahu jalan pulang kasian dia sama kita!” Jawab Naning putus asa.
Jujur terus terang buat
Saya pribadi disaat kejadian itu Saya pun merasa putus asa karena yang Kami
lihat hanya ranting-ranting kering disekitar Kami. Yang dapat Kami lihat hanya
warna coklat tidak ada warna lain dan jumlah burung yang sangat banyak. Lalu Peking
menghentikan langkahnya dan ia berkata dengan rasa emosi yang bercampur aduk
yang sudah putus asa.
"Gw punya ide Cam
bagai mana klo hutan kering ini kita BAKAR? “
"Gila aja lo King kita
semua bisa MATI KONYOL kepanggang, gw gak setuju!” Jawab Encam.
Saya dan Naning tidak
setuju dengan ide Peking untuk membakar hutan kering ini. Peking tetap Saya
ingin melakukan hal konyol itu dia bilang,
"Kita cari sungai di
deket sini kita bisa aman di sungai itu, kita gak bakal ke panggang terus team
SAR datang kita bisa selamat
paling resikonya kita di penjara. Daripada kita semua mati konyol kelaparan
cari jalan keluar”
Kami bertiga tetap saja
tidak setuju dengan pendapat Peking, Encam tetap saja ia optimis untuk bisa dan
yakin keluar dari hutan ini.
Pada saat kejadian itu
dalam pikiran Encam adalah,
"Yang ia ungkapkan
setelah Kami keluar dari hutan itu”
Ia memiliki rencana lebih
baik kita terus mencari jalan keluar untuk mengisi perut kita, selama mencari
jalan keluar kita bisa memanah burung-burung yang banyak disekitar kita bahkan
bisa Kami tangkap burung-burung tersebut karena sangat banyak dan jinak dari
pada kita membakar hutan
Akhirnya Kami tidak
melakukan pelanggaran hukum untuk membakar hutan kering itu, Kami semua
melanjutkan perjalanan untuk mencari jalan keluar dari hutan kering yang sedang
Kami cari jalan keluarnya.
Langkah demi langkah Kami
menyusuri burung-burung yang sangat banyak sedikit demi sedikit ia berkurang dan tak lama kemudian Kami keluar dari
hutan kering dan Kami tidak melihat lagi seekor burung pun yang tadi mengikuti
Kami selama berada di hutan kering sampai keluar, Kami menemukan hutan yang
hijau banyak pepohonan lengkap dengan daunnya.
Setelah Kami berada dia
antara perbatasan hutan kering dan hutan hijau, Encam langsung menaiki salah satu
pohon yang ada disekitar Kami yang tingginya sekitar 10-15 meter ia hanya ingin
memastikan dimanakah perkampungan yang Kami lihat tadi malam itu, setelah Encam
sudah terlihat tinggi menaiki pohon Saya bertanya
"Keliatan jalur pulang
Cam?”
Encam tidak menjawab,
mungkin karena kurang jelas mendengar karena ia lumayan tinggi menaiki pohon
itu, setelah melihat-lihat sekeliling iapun turun dari pohon.
Ia berkata dengan nafas
yang terlihat benar-benar sangat capek
"Gw ga bisa liat apa -
apa kecuali luasnya hutan belantara ini, setelah nanti kita lewatin hutan hijau
itu kita ketemu lagi hutan kering tapi gak terlalu luas kaya yang kita baru
lewatin ini, kayaknya itu keliatan dari ata makin landai, ternyata Allah benar-benar menciptakan hutan ini
seperti di sekat-sekat kelihatan dari atas sana segaris ijo segaris lagi
coklat, ijo muda pokoknya kaya gitu dah!”
Kami semua mendengar kabar
dari Encam semakin merasa tidak yakin hari ini Kami dapat keluar dari hutan
belantara, selain waktupun terus berjalan kira-kira saat itu pukul sembilan
pagi dan Kami menyimpulkan bahwa masih panjang lagi jalur yang Kami harus
tempuh untuk sampai di sebuah perkampungan yang belum jelas keberadaanya, dan
sangat tidak mungkin Kami bisa sampai hari ini
Setelah istirahat sebentar,
yang Kami punya hanya stock air semua hanya bisa minum, lagi-lagi untuk menahan
lambung yang sudah terasa sakit, karena Kami tidak menemukan sedikitpun buah
atau apapun yang dapat dimakan kecuali pucuk-pucuk daun muda yang Kami tahu
tidak beracun yang bisa dimakan oleh Kami di sekitar hutan ini untuk menahan
asam lambung Kami.
Kami memulai melanjutkan
langkah, lagi-lagi Kami harus memotong ranting-ranting yang menghalangi Kami, suasana kembali lagi seperti sebelum Kami
melewati hutan kering, Kami disuguhkan pepohonan yang sangat besar - besar dan
di sekitarnya dipenuhi pepohonan kecil - kecil yang menghalangi Kami.
Di pertengahan perjalanan
Saya dan Encam mengalami kejadian cukup aneh, Kami berdua tiba - tiba seluruh
kaki Kami berdua terasa ada yang bergerak sangat banyak terasa kecil - kecil
dan sakit dan sangat perih Kami pun berdua berteriak,
"Aduh..,aduh....aduh.....Apaan
ini kok sakit banget kekaki gw ada yang bergerak?
Peking dan Naningpun, yang
berjalan lebih dahulu ia berbalik kearah Kami berdua.
"Kenapa Cam?”
Mereka berduapun bingung
melihat Kami yang sedang kesakitan sambil menepak-nepak kaki Kami, Kaki Kami
berdua terlihat tidak ada luka sedikitpun atau sobekan tapi anehnya terasa
sakit, perih dan seperti ada yang bergerak di dalam kulit kaki Kami, Encam pun
teriak.
"Alkohol....alkohol di
mana? “
Akhirnya Encam menggosokan
kekakinya dengan perban yang sudah diberi alkohol Sayapun sama melakukan itu
tidak lama kemudian rasa sakit itupun berlahan hilang, Kami mencoba mencari
penyebabnya karena selain dari Kami berdua Naning dan Peking memakai celana panjang
jadi mereka tidak merasa kesakitan hanya Saya berdua yang menggunakan celana
pendek.
Jalan yang Kami lewati
sangat lebat penuh dengan tumbuh-tumbuhan liar yang Kami sebelumnya tidak
ketahui. Ternyata Kami tahu penyebab kaki Saya berdua Encam terasa sakit.
Karena kedua kaki Kami menyentuh tumbuhan yang apabila terkontak langsung
dengan kulit ia akan terasa gatal perih dan nyeri. Salah satu dari Kami
mencabut tumbuhan liar itu dan mencoba menempelkan kekulitnya ternyata benar
daun itu yang menyebabkan Kami berteriak merasa kesakitan.
Ternyata hutan hijau yang
Kami lewati saat ini sangat berbeda dengan hutan hijau sebelumnya, Saya
seringkali tergores ranting-ranting dan terkena duri hutan yang ukuran nya
lebih besar dibanding duri-duri yang ada didataran rendah. Walaupun Saya mulai banyak luka dari jalur yang
Kami lewati, Saya tidak terlalu menghiraukan rasa sakit hanya pada awal saja
terkena lalu tidak lama kemudian tidak terlalu terasa kecuali terkena tetesan
air embun yang ada didedaunan lumayan terasa perih, tidak lama berselang,
sendal Saya bukan hanya putus, tepatnya berantakan kebetulan hanya Saya sendiri
yang tidak membawa sepatu Saya hanya membawa sandal. Salah satu dari Kami
memberikan sandal jepit tidak lama kemudian sandal itupun putus karena jalur
yang Kami lewati basah dan licin penuh dengan tumbuh-tumbuhan liar yang tak
beraturan. Akhirnya mau tidak mau Saya harus melanjutkan perjalanan tanpa alas
kaki, telapak kaki Saya pun mulai mengeluarkan darah karena tergores entah
ranting atau apapun itu ternyata yang terluka bukan hanya Saya, Encampun
ternyata dari kaki dan tangannya mulai mengeluarkan darah juga, mungkin karena
Kami berdua hanya menggunakan kaos dan celana pendek saja. Di tengah perjalanan
Kami terhenti, Encam memiliki ide
"Bagaimana kalau
sekarang kita cari sungai terus kita telusurin karena air pasti mengalir dari
tempat yang tinggi ketempat yang
rendah, selain itu kalo kita kemalaman kita bisa buka tenda di sekitar sungai
agar tidak susah cari air, bagaimana?”
Kami semua setuju dengan
pendapat Encam itu. Encam akhirnya langsung memilih jalur ke arah yang
terdengar aliran air sungai, Kami bertiga bergerak mengikuti dibelakang Encam.
Tak lama berselang Kami bertiga yang hati-hati memilih jalan yang tidak rata
terus menurun dan agak licin, Kami mendengar patahan-patahan ranting yang
tertimpa benda.
Krusaaaakkkkkkk.......debuggggg!!
Kami semua melihat kedepan
ternyata Encam yang tadi di depan Kami terpelosok, Kami semua berteriak.
"Cam..cam....cam..Lo
ga apa - apa ?”
Tidak ada jawaban dari
Encam sedikit pun, Kami semua sangat takut terjadi apa-apa padanya, Kami terus
bergerak semakin cepat kedepan dan ternyata didepan Kami seperti tebing yang
lumayan dalam penuh dengan rerantingan dan tanah yang agak gembur, Kami bertiga
melihat Encam dibawah sana yang sedang menahan kesakitan. Mungkin jaraknya
sekitar 7-8 meter dari tempat
Kami berdiri, Kami langsung
turun menghampiri dengan rasa takut melihat Encam yang sedang berbaring menahan
kesakitan.
"Cam lo ga apa - apa
?”
"Eee..Gw
gggg...pa..apaa..!” Jawab Encam dengan suara yang tertahan seperti susah
bernafas.
Kami bertiga berusaha
membantu Encam untuk bangun dan memberikan air minum akhirnya Encam bisa
kembali bernafas normal, untungnya badan encam tidak tertancap ranting pohon
yang patah persis didekat pinggang belakang entah apa jadinya apabila ranting
itu menembus ditubuh Encam mungkin Encam tidak dapat lagi melanjutkan
perjalanan.
Dengan kejadian yang baru
saja Encam alami Kami semua semakin takut terjadi sesuatu kepada Kami berempat
dari hutan belantara ini yang Kami tidak ketahui ada apa didepan Kami, Disela
Kami beristirahat dan menunggu Encam untuk kembali membaik, Saya mulai
mengingat selama pendakian ke Gunung Ciremai ini Kami berempat hanya bertemu
satu kelompok pecinta alam mereka berjumlah tiga orang yang mengaku baru
saja turun dari puncak sana.
Kami sempat berbicara dari salah satu mereka,
"Dah turun mas?..”
“Ia nih mas wah masnya
telat sih kita semua dah dua hari disini sekarang kita turun dulu ya mas!”
Setelah Kami sedikit
mengobrol ternyata yang melakukan pendakian dijalur Palutungan yang sedang Kami
tempuh hanya Kami berempat saja tidak ada pendaki lagi selain Kami berempat
yang sedang menuju kepuncak Ciremai, kabar itu Kami tahu dari salah satu
pecinta alam yang Kami jumpai selama Kami berada di Gunung Ciremai, mereka
bertigalah dan peserta pelantikan menjadi orang terakhir yang Kami temui selama
Kami melakukan pendakian sampai saat ini. Setelah Encam merasa membaik Kamipun
bersama-sama berdo'a didalam kondisi yang benar-benar merasa ketakutan semoga
tidak terjadi apa-apa dengan Kami selama melanjutkan mencari jalan untuk keluar
dari hutan itu.
Peking mulai mengambil alih
untuk membuka jalan tak lama kemudian Kami melanjutkan perjalanan Kami, Kami
belum menemukan sungai tetapi Kami malah kembali menemukan hutan kering yang sebelumnya Encam lihat dari
atas pohon yang ia naiki, Kamipun masuk kembali kehutan kering berharap Kami
semakin mendekati aliran air sungai. Di saat Kami mulai memasuki kedalam hutan
kering satu persatu burung yang sama seperti dihutan kering sebelumnya
berdatangan tidak kalah banyaknya jumlah burung itu seperti dihutan kering yang
sebelumnya Kami lewati, Kami berempat hanya saling melirik dengan masing-masing
memiliki rasa takut yang tidak jauh berbeda, Naning kembali seakan mengajak
bicara pada burung-burung itu mungkin yang ada dalam perasaan Naning pada saat
itu mungkin tidak jauh berbeda dari Kami bertiga yang semoga burung-burung itu
benar-benar makhluk yang nyata dialam kehidupan kita bukan sebaliknya.
Naning berbicara pada
burung-burung itu,
"Burung kita teman
tolong kasih tau jalan keluar dari hutan ini!”
Kondisi mental Kami pada
saat itu benar - benar kacau bercampur aduk ketakutan, emosi, cape, putus asa
dan rasa lemas yang semakin terasa karena tidak sedikitpun makanan yang masuk ke lambung Kami,
tiba-tiba salah satu dari Kami mulai berteriak.
"Tolong.....tolong.....Pak
Sandi....tolong kita tersesat dihutan ini,tolong......tolong.......team
SAR......!!!” Dengan keadaan seperti itu Saya merasa sangat putus asa dan Kami
semua tidak bisa menutupi kesedihan dan rasa takut itu, Kami semua bergantian
berteriak meminta tolong dengan suara yang agak parau dan memohon kepada Allah
SWT, untuk diberikan petunjuk jalan keluar dari hutan belantara ini.
Burung-burungpun mulai berkurang sedikit demi sedikit Kami semua berharap
seperti dihutan kering sebelum nya Kami akan cepat keluar dari hutan kering
ini, alhasil dugaan Kami benar Kami sedikit demi sedikit mulai keluar dari
hutan kering itu lagi-lagi, Burung-burung itupun menghilang entah kemana.
Lalu Kami menjumpai hutan
yang berbeda dari hutan-hutan sebelumnya yang Kami sudah lewati. Suara aliran
airpun mulai terdengar gemuruhnya walaupun terdengar belum begitu jelas Kami
semua sedikit mempercepat langkah mencari sumber suara aliran air yang berasal
dari mana karena Kami yakin pasti itu sungai.
Karena waktu pun semakin
gelap Kami takut kemalaman ditengah hutan belantara itu yang tidak ada tempat
yang landai untuk mendirikan tenda tempat Kami beristirahat karena track yang
Kami lewati mulai curam dan cukup lembab. Kami Pun mulai berhati-hati melewati
track yang Kami tempuh akhirnya Kami mendengar semakin jelas arah sumber aliran
air itu Kami semakin yakin bahwa tidak lama lagi Kami menemukan sungai.
Menurut Kami karena saat
itu lebih baik Kami bermalam di dekat sungai dibandingkan di dalam hutan yang
Kami sedang lalui ini, tak lama kemudian Kami benar-benar menemukan sungai yang
Kami cari tetapi untuk Kami bisa kesungai tersebut, Kami harus menuruni tebing
yang dalamnya kira-kira 20 meter dan sangat curam untuk melewati sampai ketepi
sungai yang ada di bawah sana.
Setelah Kami mengecek
bagaimana caranya untuk bisa kebawah sana dengan aman, akhirnya Kami semua
sepakat memilih merambat melewati tebing itu karena menurut Kami tidak ada
jalan lain kecuali turun dari tebing. Bagaimanapun caranya Kami semua
harus melewati tebing itu
berlahan satu persatu dari Kami mulai menuruni tebing itu dengan bantuan yang
seolah-olah disediakan oleh alam akar-akaran dan ranting-ranting yang menjorok
kebawah tebing.
Kami terus berusaha jangan
sampai terjatuh karena posisi tebing dapat dikatakan nyaris tegak lurus,
sesekali Kami tidak dapat menjangkau ranting ataupun akar untuk berpegangan
Kami mau tidak mau menusukan kesepuluh jari Kami ketanah yang menjadi dinding
tebing tersebut, Kami semua sudah tidak memperdulikan rasa sakit yang terasa
pada jari-jari Kami, yang terpenting untuk Kami bisa bertahan merambat di
dinding tebing untuk mencapai sungai itu dengan selamat.
Namun Saya berdua Encam
yang tidak memakai sarung tangan alhasil telapak dan jari-jari Kami sedikit
demi sedikit mengeluarkan darah, karena hanya jari-jari tangan dan kaki Kami
yang menjadi tumpuan untuk dapat bertahan merambat di dinding tebing tersebut. Terkadang
tanah atau batu yang Kami jadikan pegangan atau pijakkan sering jatuh
(longsor). Longsoran batu-batu dan tanah itupun sering menimpah diantara Kami
yang turun lebih awal, Kami menuruni
tebing itu mengatur jarak dengan cara zig-zag agar longsoran tidak menimpa
kepala Kami.
Akhirnya satu persatu dari
Kami sudah sampai kebawah sana,
"Ayo semangat gw dah
sampe bawah........!!”
Kami semua tidak
menyia-nyiakan air sungai itu Kami langsung meminum air sungai yang sangat
jernih dan segar itu yang dinginnya seperti air yang kita ambil dari dalam
kendi dari tanah liat. Kami semua tak henti-henti mengucapkan syukur kepada
Allah, Ternyata Allah membuktikan lagi kebesarannya tanpa Kami sadari Kami
mampuh menahan berat badan Kami dan ditambah beban carriel dipundak Kami
masing-masing dan dalam kondisi yang nyaris bergantungan di dinding tebing Kami
semua mampu menahan beban itu "Subhanallah,” baru saja Kami semua
diberikan kekuatan.
Sambil menikmati segarnya
air sungai dan istirahat sejenak karena badan Kami sangat terasa lelah lambung
yang belum terisi apapun kecuali air dan pucuk-pucuk daun muda yang ada selama
Kami lewati, setelah istirahat Kami semua memutuskan untuk mengikuti
aliran sungai, karena keadaan
sekitar Kamipun mulai gelap menunjukkan sore hari dan kabut-kabut tipispun
mulai menghalangi pandangan mata Kami.
Kami bergegas melanjutkan
perjalanan menelusuri aliran sungai karena sungainya tidak banyak airnya
kira-kira paling dalamnya sekitar betis orang dewasa dalamnya kurang dari
setengah meter. Mungkin karena sungai itu berada masih di dataran tinggi, Kami
terus berjalan kurang lebih Kami berjalan 15-20 menit, Kami ditemukan seperti
air terjun yang tidak terlalu tinggi mungkin sekitar 7-8 meter jarak untuk
sampai ke bawah sana. Setelah Kami melihat-lihat kebawah sana sambil berpikir
bagaimana caranya Kami semua bisa turun sampai kebawah Encam menanyakan tali
Gunung yang Saya bawa dibalik bag cover.
"Tis mana tali Gunung
yang kita bawa?”
"Ada Cam gw ambil ya!”
Jawab saya.
"Kita bisa turun pake
tali ini aja satu tangan pegangan tali terus satu tangan lagi pegangan batu -
batuan pasti bisa tapi hati - hati ya!” Encam menjelaskan.
"Gw duluan Cam
pegangngin talinya yah Cam" Seru Nanng.
Kami semua memberi semangat
Naning untuk mencoba mencari cela-cela untuk sampai kebawah sana mungkin tidak
terlalu tinggi jaraknya yang jadi masalah tebing yang berdinding bebatuan itu
sangat licin, karena bebatuan sudah berlumut dan air sungaipun membasahi hampir
seluruh dinding tebing yang mirip air terjun itu dan dibawah sana penuh dengan
bebatuan.
"Ayo Ning hati - hati
pasti bisa kita turun!”
Itu yang terucap dari Kami,
dengan berlahan Naning memegang tali yang Kami pegang dari atas sedikit demi
sedikit Naning mulai mendekat kebawah sana dan ia sampai, ia berteriak dari
bawah sana.
"Ayo lo semua pasti
bisa ikutin gw caranya waktu tadi turun!”
Kami semua satu persatu
berhasil menuruni yang mirip air terjun itu
Setelah Kami semua sampai
ke bawah perjalanan Kami lanjutkan mungkin sekitar satu jam lamanya Kami
menelusuri sungai itu lagi–lagi, Kami ditemukan mirip sekali seperti air terjun yang baru saja Kami
lewati. Hanya bedanya tingginya dan sebuah pohon besar yang sudah tumbang yang
besarnya sekitar perut kerbau yang gemuk melintang seperti membuat sebuah
jembatan sampai ke bawah sana.
Kami pun semua mencoba
mencari ide bagaimana Kami semua bisa ke bawah sana, karena semakin Kami
melewati jalan yang terus ke arah bawah atau mengikuti aliran sungai ini pasti
Kami akan terus lebih cepat menemukan kaki Gunung Ciremai itu. Setelah Kami
melihat-lihat sebatang pohon besar itu permukaanya penuh dengan lumut dan basah
karena terkena aliran air sungai, dinding-dinding tebingpun benar-benar sangat
berbeda dan tali yang Saya bawa pun tidak cukup panjangnya untuk sampai ke
bawah sana. Lalu Sayapun memutuskan yang pertama untuk turun kebawah,
"Kayanya kita bisa
turun kebawah lewat pohon yang tumbang ini pelan-pelan kita lewat pohon ini,
nih pohon kita jadiin jembatan buat sampai bawah", Salah satu dari Kami bilang, "Tis bahaya
takutnya walaupun tuh pohon gede takutnya dia keropos bisa patah tuh pohon pas
kita lagi lewatin?”
”Gw coba dulu yah!!” Jawab
Saya.
Saya mulai mencoba naik
kepohon yang tumbang itu untungnya pohon itu melintang tidak terlalu curam
mungkin bisa Saya ibaratkan seperti Perosotan yang ada di taman kanak- kanak.
Saya merangkak pelan-pelan
karena benar-benar licin permukaannya dan Saya kawatir batang kayu yang besar
itu sudah rapuh, kayu tua yang sudah tak ada kulit pohonya sedikitpun dan
berbalut lumut. Setelah Saya terlihat aman menaiki pohon tumbang satu persatu
mereka bertigapun membuntuti Saya dibelakang dengan menjaga jarak akhirnya Kami
sampai kebawah.
Perjalananpun mulai Kami
lanjutkan kembali, langitpun semakin gelap malam hari sebentar lagi tiba, Kami
cepat-cepat mencari tempat yang kira-kira aman untuk mendirikan tenda untuk
bermalam.
Keadaan Kami semakin
memburuk fisik Kami mulai menurun dan sangat lemas Kami semua hanya bisa memaksakan melanjutkan perjalanan, hingga
akhirnya Kami menemukan tempat untuk bermalam karena keadaan hutan sudah cukup
gelap Kami semua tidak mau mengambil resiko apapun untuk melanjutkan track
malam.
Malam Kedua Kami
Mengalami Salah satu Misteri di Gunung Ciremai
Akhirnya Kami melihat di
sebrang sungai ada tempat yang kira-kira kurang lebih panjang dan lebarnya 3x2
meter yang berada persis sebelum air terjun yang tingginya puluhan meter sampai
kebawahnya, Kami semua tidak melihat dasar dari jatuhnya air aliran sungai yang
tepat berada kira-kira 1,5 meter dari tempat Kami mendirikan tenda. Kami tidak
bisa mendirikan tenda selayaknya karena keadaan tempat yang Kami pilih ada
ranting-ranting pohon ditempat itu seperti membuat atap dan akhirnya Kami
mendirikan tenda ala kadarnya, yang penting Kami terlindung dari dinginnya
malam dan terlindungi dari embun.
Pintu tenda Kamipun
menghadap kejurang air terjun yang ada didepan Kami jarak pintu tenda Kami ke
jurang hanya terhalang batuan yang tidak besar dan pohon yang merambat dibibir
tebing, jadi Kami terhapit disebelah kiri Kami aliran sungai didepan Kami
jurang sebelah kanan Kami pepohonan
yang cukup lebat dan penuh rerantingan.
Setelah tenda Kami berdiri
yang tidak jelas bentuknya Kami mulai menyalahkan lampu badai yang Kami bawa,
satu Kami taruh dibibir jurang tepatnya didepan tenda diatas batu yang
membatasi jurang yang satu lagi Kami taruh didepan pintu tenda digantung dengan
beberapa ranting pohon.
Cahaya lampu yang Kami
nyalakan lumayan agak membantu untuk pandangan mata Kami melihat sekitar depan
tenda, terus terang Kami sebenarnya sangat takut di tempat yang Kami putuskan
untuk bermalam, semua terpaksa harus memilih tempat ini karena Kami sudah tidak
mungkin lagi bisa melewati air terjun yang sangat tinggi dan keadaan haripun
sudah semakin gelap. Rasa dingin malam mulai terasa dan rasa lapar Kamipun
semakin menjadi Kami semua hanya bisa menahannya, karena tak ada lagi yang bisa
Kami lakukan pada saat itu selain berharap bisa keluar dari hutan ini. Selama
Kami belum bisa memejamkan mata obrolan Kami berempat hanya bisa memberi semangat satu dengan yang
lainya, kata-kata yang sering keluar dari mulut Kami.
"Kita pasti bisa pulang”
Kami merasa semakin solid
tidak ada lagi perdebatan yang pernah ada diantara Kami dalam memutuskan
sesuatu, Kami semua merasa lebih saling menjaga satu dengan yang lainnya. Yang
sangat Kami khawatirkan pada saat itu Kami kehilangan salah satu diantara Kami
karena keadaan yang sangat kritis Kami sudah dua hari satu malam lambung Kami
tidak terisi apapun kecuali air dan pucuk - pucuk daun yang Kami bisa makan
pada saat itu.
Kami semua mulai berusaha
memejamkan mata Kami, posisi Kami di dalam tenda Naning berada persis di dekat
mulut tenda, Saya berada di sebelahnya di lanjutkan Encam disebelah Saya dan
Peking ada di paling kanan dari Kami. Suasana di sekitar Kami sangat hening dan
terdengar hanya suara – suara alami di hutan itu , Saya seperti orang yang setengah
tidur mendengar suara burung yang hinggap diatas tenda Kami, mengeluarkan bunyi layak nya
burung yang sedang hinggap didahan pohon, disaat Saya mulai tertidur tiba-tiba
Naning yang berada disebelah kiri Saya berteriak sambil ia menangis sampai tubuhnya
gemetaran.
"ALLAHUAKBAR………..ALLAHUAKBAR
.AKBAR....LAILAHHAILAULOH........ASTAGFIRULLAHALADZIM.....YA
ALLAH..............!!!”
Terus-menerus Naning
berteriak tidak berhenti Saya langsung kaget dan panik, Saya takut terjadi
apa-apa dengan Naning. Encam dan Peking pun masih tertidur seakan - akan mereka
tidak mendengar teriakan dari Naning. Saya langsung menyikut tulang iga Encam
yang tepat berada di sebelah kanan Saya lalu dengan rasa kesakitan sikutan Saya
Encam terbangun dan Pekingpun terbangun, Kami semua dengan rasa ketakutan dan
panik pada saat itu melihat Naning berterik dengan rasa takut yang luar biasa
sampai ia gemetar sambil menangis,Kami bertanya kepadanya.
"Kenapa lo Ning ada
apa?”
Terus Kami bertanya dan
Naningpun bergeser mendekati Kami ia hanya menjawab,
"YA ALLAH .....LAA
ILLALLAH.......GW PINGIN MALAM INI KITA SEMUA JANGAN ADA YANG TIDUR KITA SEMUA
BERDO'A SAMBIL NUNGGU PAGI, GW MOHON KITA SEMUA MALAM INI JANGAN ADA YANG TIDUR
GW MINTA CUMA ITU !!!”
Kami terus bertanya,
“Ia ada apa Ning?”
Naning tetap menjawab
seperti tadi ia tidak mau menceriakan apa yang telah terjadi dengannya, suasana
semakin terasa tidak nyaman lampu yang Kami taruh dibibir jurangpun mati dengan
sendirinya.
Kami semua tidak kuat
melihat Naning yang terus ketakutan dan tidak berhenti menangis Kami bertiga
tidak bisa menahan air mata, Kami semua berdo'a memohaon kepada Allah SWT
semoga Kami semua selalu di lindunginya.
Suasana semakin terharu
saat Encam berdo'a secara spontan mengeluarkan kata-kata yang sangat menyentuh
dan mengungkapkan seluruh kepasrahan kepada Allah SWT, kata-kata yang keluar dari mulutnya yang
Saya masih sedikit ingat.
"Ya Allah memang Kami
makhluk yang sangat lemah yang penuh dengan dosa dan Kami makhluk yang sangat
lah kecil mungkin lebih kecil dari butiran debu tolong selamat kan Kami dari
hutan belantara ini keluarkan Kami dari hutan belantara ini ya Allah Kami
memohon kepadamu karena engkau adalah maha pengasih maha penyayang, maha dari
segala maha Kami hanya bisa memohon kepadamu karena hanya engkaulah yang mampu
menyelamatkan Kami semua, dari hutan belantara ini ?".
Tak satupun dari Kami yang
bisa memejamkan mata, suasana didalam tenda benar-benar yang Kami rasakan
sangat amat mengharukan Kami hanya bisa duduk berkumpul saling berdekatan dan
benar-benar memasrahkan dan mengikhlaskan apapun yang akan terjadi kepada Kami
berempat pada malam itu.
Hari Ketiga Kami Tersesat
Waktupun terus Kami lalui
dengan kondisi dan suasana yang sangat buruk Kami hanya bisa menjaga satu sama
lainnya agar tak terjadi apa-apa diantara Kami pada malam itu saat berada di
dalam tenda, akhirnya Kami sampai menemui pagi hari kurang lebih pukul 05:30,
Kami semua dengan kondisi yang sangat buruk entah fisik Kami maupun mental Kami
yang masing - masing semakin memburuk dan adanya kejadian semalam yang dialami
oleh Naning.
Kami semua keluar dari
tenda dan salah satu dari Kami ingin mematikan kedua lampu badai yang Kami
nyalakan kemarin, ternyata yang menyala tersisa hanya satu yaitu yang Kami
taruh di depan pintu tenda dan yang satunya yang Kami taruh sebelumya di
perbatasan jarak antara jurang dan tenda yang ada didepan Kami. Kondisi lampu
itu ternyata mati dan lampunya pecah seperti terlempar batu dan yang uniknya
tak sedikit pun lampu itu bergeser dari tempat asalnya Kami simpan, tapi lampu
itu seperti terlihat terkena
benturan benda keras, Kami hanya bisa saling menanyakan karena cukup aneh tidak
masuk di akal.
"Kenapa bisa pecah yah
lampu padahal nih lampu gak bergeser atau jatuh dari tempatnya di taruh?".
Kami semua sampai saat ini
belum tahu penyebabnya. Akhirnya Kami melipat tenda dan mengemasi barang -
barang yang Kami bawa, di keadaaan hutan sekeliling yang masih agak gelap
karena belum ada pantulan sinar matahari yang masuk ke dalam hutan.
Kabut dan embun pagi masih
terlihat tebal keadaan yang sangat dingin Kami tidak menyempatkan memasak air
untuk menghangatkan lambung Kami yang kosong, karena yang ada dalam pikiran
Kami semua harus cepat menemukan jalan untuk keluar dari hutan ini.
Akhirnya Kami hanya bisa
meminum air sungai yang ada didekat Kami yang sangat dingin Kami segera
melanjutkan langkah untuk mencari jalan keluar. Kami semua kesulitan harus
melewati jalur mana karena apabila Kami harus menelusuri aliran air, Kami semua
harus melewati air terjun yang ada di depan Kami dan setelah
Kami lihat tidak mungkin
Kami bisa melewati air terjun itu. Karena benar-benar curam dari jarak Kami
berdiri sampai kebawah sana,jaraknya mungkin puluhan meter dan bahkan Kami tak
dapat melihat dengan jelas jatuhan air itu sampai ke bawah, apabila Kami
mengambil jalan menaiki tebing dan menelusuri hutan yang hanya acuannya menjaga
jarak dari sungai. Jangan sampai jauh dengan aliran sungai karena Kami semua
sangat takut akan tersesat dan kesulitan mencari aliran sungai lagi, karena
sebenarnya Kami sudah pernah mengalami itu dihari sebelumnya yang Saya tidak
ceritakan. Sebenarnya mengapa Encam menaiki salah satu pohon yang tinggi dan
Naning mencoba menanyakan arah pulang kesalah satu ekor burung, yang sangat
banyak di hutan kering sana.
Karena Kami semua sebelum
dan sesudah memasuki hutan Kami mengalami sebuah kejadian yang sangat janggal
yaitu Kami melihat arah matahari berubah - ubah empat arah, sedangkan
sebenarnya arah matahari dari dahulu mungkin hingga nanti matahari hanya terbit
dari timur dan tenggelam ke barat. Tetapi yang aku alami bukan seperti itu,
pada saat itu Kami sebenarnyamengambil
acuan arah matahari Kami akan turun kearah barat tetapi setelah selang Kami
berjalan selalu berlawanan arah dengan apa yang Kami tuju. Malah Kami mengalami
seakan-akan kembali lagi ketempat semula, Saya masih ingat sekali selama Kami
melewati hutan belantara itu Kami selalu membuka jalan dan menandai jalan yang
Kami lewati dengan memotong salah satu dahan yang ada di sekitar Kami, apabila
kurang lebih Kami berjalan setengah atau satu jam, ternyata Kami pernah mengal
ami seperti melewati jalan yang sama. Oleh karena itu Kami sangat ketakutan
apabila memasuki hutan belantara seperti itu lagi, tetapi mau tidak mau Kami
harus menaiki tebing dan menuruninya untuk bisa sampai ke aliran sungai yang
berada di bawah sana.
Kami semua mulai menaiki
tebing lagi dan melewati hutan yang sangat alami itu, Kami terus mengarah ke
arah yang lebih landai atau turun dengan berpegangan ranting dan dahan-dahan
yang ada disana. Semakin lama Kami semakin terus mengarah turun Encampun masih
menjadi orang yang membuka jalan Kami bertiga mengikuti di belakang nya
tiba-tiba Encam berhenti ia bicara
kepada Kami, "Kayaknya kita mau gak mau bagaimana caranya kita harus tetep
ambil arah yang terus turun, karena gw gak mau kita masuk lebih dalem lagi
ngejauhin aliran sungai!”
Di depan Kami jalurnya
semakin agak curam Kami hanya bisa berpegangan kedahan-dahan agar tidak
terjatuh, semakin Kami terus berjalan untuk melewati jalan yang semakin curam
itu. Untuk melewatinya Kami sampai tak bisa lagi berdiri karena ranting atau
dahan semakin kecil dan Kami harus duduk (posisi nongkrong) dan sangat
pelan-pelan sekali merayap tiba - tiba Encam yang di depan Kami bertiga teriak.
"Tahan..,tahan..
Jangan ada yang bergerak lagi semua mundur...mundur....pelan - pelan"
Saya yang persis ada
dibelakang Encam memang merasakan tanah yang Saya duduki atau alas di bawah
Saya terasa bergerak pelan semakin amblas ke bawah seperti tidak kuat menahan
beban Kami. Kami semua bergerak mundur dengan sangat pelan-pelan ternyata jalur
yang Kami lewati, di depan Encam jurang yang sangat tinggi Kami semua tidak
tahu didepan Kami jurang karena selama Kami duduk merangkak sekeliling Kami penuh ranting-ranting
kecil beserta dedaunan dan akar-akar yang merambat yang sangat rimbun menutupi
pandangan luas Kami.
Ternyata pada waktu Encam
berteriak mundur dan ia bergerak mundur berlahan-lahan tanpa sadar, Encam saat
melihat ke bawah dari celah-celah ia sudah menggantung melewati bibir tebing
jurang itu ia melihat kebawah ternyata yang ia lihat pucuk-pucuk pepohonan yang
berada dibawah sana, Encam merasa yang ia duduki semakin cepat bergerak kebawah
(amblas), dan ternyata yang di bawahnya yang ia duduki hannya akar-akaran
pepohonan yang merambat hingga terbentuk seolah-olah seperti tanah yang terbuat
dari akar-akaran.
Ternyata tanpa Kami sadari
berempat jarak antara Kami sangat berdekatan, Kami semua ternyata sudah berada
tergantung sudah melewati bibir tebing jadi Kami semua hanya tertahan akar-akar
pepohonan yang merambat yang dipenuhi daun-daun kering yang terbentuk dengan
alami selayaknya tanah.
Setelah Kami sudah ditempat
yang agak aman dan benar-benar yang Kami duduki tanah, Encam mengatakan kepada
Kami sambil mengelus-elus dadanya
"Astagfirullah
Aladzim, di bawah gw tadi ternyata jurang dalem banget, ternyata kita semua
ngegantung di akar ternyata itu akar, bukan tanah. Pokoknya kita semua mulai
sekarang harus lebih hati-hati gw gak tahu apa jadinya klo akar itu
patah?"
Setelah Kami berhenti
sebentar sambil meminum air, Kamipun mulai melanjutkan perjalanan kembali
sekitar satu jam perjalanan Kami menemukan aliran sungai kembali. Sungai itu
lagi-lagi berada dibawah sana Kami melewati tebing kembali dan dengan cara yang
sama seperti sebelumnya Kami melewatinya nyaris tergantung untuk menuruni tebing
itu.
Setelah sampai lagi Kami
kesungai Kami melewati sungai yang airnya mengalir pelan sangat jernih yang
tidak terlalu dalam airnya seperti sungai sebelumnya kemudian Kami bertemu lagi
air terjun yang tingginya kurang lebih setinggi tiang listrik. Dan yang uniknya
tebing air terjun itu seperti perosotan yang ada di kolam renang atau
Waterboom, dengan
ketinggian yang Kami kira-kira cukup mampu untuk menuruninya dengan memaksakan
karena dibandingkan harus melewati hutan lagi yang tidak tahu ada apa di depan
sana lebih baik Kami semua terus mengikuti jalur aliran sungai. Encam langsung
meminta tali yang ada di carrier Saya.
"Tis keluarin tali.”
Saya langsung melepas
carrier yang ada di punggung Saya ternyata setelah Saya lihat tali itu tidak
ada dicarrier Saya.
"Cam kok talinya gak
ada yah, padahal lo tahukan tuh tali di taruh di balik bag cover persis di
belakang kepala gw yah tapi ko gak ada yah?” Tanya Saya bingung.
"Yang bener Tis, Coba
kita cari?” Jawab Encam penasaran.
Kami semua terus mencari
sampai dengan rasa penasaran yang benar-benar Kami semua tahu sebelumnya tali
itu di carrier Saya tidak pernah pindah dicarrier siapapun dari Kami berempat
Kami sampai mencari kecarrier yang dibawa masing-masing hasilnyapun nihil tali
Gunung yang Kami bawa hilang entah kemana. Kami semua benar-benar merasa aneh lagi-lagi apa yang
Kami butuhkan lenyap entah kemana, akhirnya Kami semua berpikir sambil melihat
keadaan tebing yang Kami akan turuni akhirnya Saya berkata kepada Encam dengan
rasa yang tidak mungkin bisa Kami melewati air terjun itu.
"Cam kayaknya kita gak
bisa turun mungkin satu - satunya cara merosot kaya di Waterboom!”
"Kayaknya mau ga mau
kita pake cara lo Tis!!!” Sahut Encam.
"Sumpah tapi gw ngeri
baget Cam resikonya gede baget di bawah ada batu gede terus ada air terjun lagi
di bawah sanah gw takut kepental ke sana Cam?” Jawab Saya sambil panik.
"Ayo Tis kita coba
dulu pasti bisa?” Seru Encam.
Encam mulai mencoba duduk
persis seperti kita mau turun menaiki perosotan di Waterboom,
"Do'ain gw yah semoga
bisa sampai kebawah”
"Liatin gw yah ?”
Akhirnya Encam meluncur
cepat kebawah sana dan ia setelah mendekati batu besar yang dibawah ia menggerakkan tubuhnya ke kanan dan membenturkan
carrielnya kebatu besar itu.
Sro..o.o..ott..Bugggggg!!.
Encampun sampai kebawah, ia
terpental akibat terbentur batu besar itu, untungnya ia tidak kepental sampai
air terjun yang ada lagi dibawah sana ia merasa kesakitan, Kami semua
memanggilnya,
" Cam....Lo ga apa -
apa?”
"Gw gak apa –apa, Ayo
kita bisa turun Tis gw jagain dah lo di bawah lo ikutin cara gw aja!” Encam
menjawab dari bawah sambil merasa kesakitan.
Lalu Peking mulai turun ke
bawah sana dengan cara yang sama seperti Encam menuruninya, Encam menunggu
Peking siap-siap dibawah sana menangkap Peking agar tidak terpental jauh, dan
Naning mulai turun dan ia pun sampai ke bawah sana.
Entah kenapa Saya masih tidak
berani untuk turun ke bawah sama mereka bertiga memanggil Saya,
"Tis ayo turun gak apa
- apa lo pasti bisa!”
Saya tetap saja belum
berani menuruni air terjun itu.
"Gini aja Tis lo
turun, gw di bawah sama yang lain sompo - sompoan kan gak terlalu tinggi lo
tabrak gw aja semua!” Kata Encam memutuskan.
Saya benar - benar salut
dengan rasa kebersamaan Kami dalam menghadapi kondisi yang seperti itu, Saya
melihat mereka di bawah sana seperti panjat pinang. Peking naik ke punggung
Encam, dan si Naning naik di punggung peking. Akhirnya Saya meluncur ke bawah
sana menabrak mereka. Kami semua terjatuh.
Saya sangat salut dengan
mereka bertiga, walaupun mereka sakit tertimpah Saya, mereka masih bisa
tersenyum dan mengatakan,
"Tuh kan pasti bisa lo
Tis gak apa - apa kan!"
Kami semua sangat bersyukur
tidak ada satupun dari Kami yang mengalami luka yang serius hanya daerah
pinggul Encam mengalami memar akibat benturan batu besar tadi, Kami semua
melanjutkan lagi melewati air terjun yang ada di depan Kami yang tidak terlalu
tinggi Kami lebih mudah menuruninya dengan cara memegang celah-celah dinding
tebing air terjun. Kami terus menelusuri aliran air terjun yang baru saja Kami
lewati itu,lagi-lagi perjalanan
Kami harus terhenti karena di depan Kami ada lagi air terjun yang agak tinggi
mungkin sekitar sepuluh meter jaraknya sampai bawah sana, Kami semua merasa
kesulitan untuk menuruninya karena cela-cela tebing agak sulit untuk Kami semua
jadikan pijakkan atau pegangan Kami. Tebingnya pun belumut dan sangat licin
karena aliran air yang membasahi tebing itu, mungkin apabila tali yang Kami
bawa tidak hilang mungkin Kami bisa menuruninya, Kami berempat hanya bisa
melihat dan memikirkan bagaimana caranya Kami bisa menuruni air terjun itu,
tiba-tiba Encam menjauh dari Kami bertiga yang masih melihat-lihat mencari
celah bagaimana caranya menuruninya. Encam mendekati tebing yang ada disekitar
Kami semua ia berdiri menyender di tebing, Saya menoleh kearah Encam tangan
kanan Encam seperti memegang-megang dinding tebing itu yang di penuhi tanaman
merambat. Tiba - tiba tangan kanan Encam seperti menarik sesuatu dari tebing
itu ternyata ia menarik akar yang besarnya kurang lebih tiga jari orang dewasa
terus ia tarik terus memanjang Encam berkata
"Ini alam masih
nyediain tali buat kita turun!”
Kami semua membantu menarik
akar itu yang kurang lebih seperti dadung tetapi di akar itu ada daun-daun
kecil yang menempel disekitar akar itu.
Alhamdulillah akar itu
panjangnya sampai kebawah sana, Encam menyuruh Kami.
"Cepet turun duluan gw
jagain tali ini dari atas!"
Ia langsung mengikat akar
itu ke bebatuan yang ada di dekat bibir air terjun itu, Peking mengawali
menuruni air terjun itu dengan pelan - pelan dengan cara salah satu tangannya
memegang akar dan yang satunya memegang bebatuan di antara dinding tebing
tersebut.
Akhirnya Peking dan Naning
sampai ke bawah sana dengan selamat, tibalah giliran Saya menuruni tebing itu
sebelum Saya turun Encam memperingati Saya,
"Hati - hati tis
licin,"
"Ia Cam
Bismillahirrahmanirrahim!" Jawab saya.
Saya mulai memegang akar
itu untuk turun kebawah sana kurang lebih Saya baru turun sekitar dua meter
tiba-tiba akar itu putus tangan Saya yang memegang cela batu di tebing air
terjun itu pun terlepas Saya langsung jatuh kebawah kepala Saya menghantar batu yang ada di bawah
sana.Yang Saya masih ingat saat kejadian itu Saya hanya berucap.
"Ya Allah. Kepala gw
pecah Cam?”
Tiba - tiba Saya membuka
mata Encam sudah ada di atas Saya Encam menangis sedang menampari pipi Saya
dengan kedua tangannya sambil berkata,
"Gw udah bilang sama
Lo hati-hati tebingnya Licin bangun-bangun Tis?”
"Kepala gw pecah Cam?”
Jawab saya.
Sambil memegang kepala Saya
yang terasa sakit Saya melihat tangan yang memegang kearah yang sakit ternyata
tangan Saya berdarah
"Cam kepala gw
berdarah?"
Encam dan yang lainya
membohongi Saya.
"Ga lo gak apa - apa
ga ada yang berdarah lo gak apa - apa!”
Dengan pandangan mata Saya
yang belum jelas Saya dibantu ketiga kawan Saya untuk bagun Saya langsung
melihat tangan Saya ternyata benar - benar berdarah, darah itu untungnya hanya berasal dari daun telinga
kanan Saya yang sobek terbentur batu tadi, tak lama kemudian Saya bisa berdiri
lagi walaupun kondisi Saya pada saat itu benar-benar tubuh Saya merasa lemas
dan sakit.
Kami melanjutkan kembali perjalanan
hanya beberapa langkah dari tempat Saya terjatuh tiba - tiba hujan turun agak
lebat. Kami berlindung di balik tebing yang ada di dekat Kami sambil merapatkan
badan Kami ke dinding tebing untuk berlindung dari hujan, selama Kami berdiam
di dinding tebing itu Encam dan Peking entah sedang membicarakan apa karena
jujur Saya pada saat itu hanya berdiam menahan rasa sakit dari terjatuh tadi,
anehnya Saya terasa mulai sangat lemas, dingin dan merasa sangat mengantuk yang
terasa di tubuh Saya karena hujan yang agak deras turun setiap mata Saya mau
menutup dan tertidur tiba - tiba Naning yang persis berdiri di sebelah Saya.
Sikut Naning menghantam tulang rusuk Saya dan Sayapun terbagun Naning selalu
mengatakan kepada Saya dengan terlihat sangat sedih terus memberi semangat
kepada Saya
"Tis
bangun..bangun..bangun jangan tidur kita pasti pulang!"
Karena pada saat itu
kondisi Saya yang paling buruk dari Kami berempat, tetapi mereka bertigapun
sudah mulai lemas karena Kami semua sudah dua malam tiga hari perut Kami tidak
terisi apapun kecuali air dan pucuk-pucuk dedaunan yang Kami makan selama dalam
perjalanan itu. Pada saat itu Saya sangat terlihat pucat sampai jari-jari
tangan dan bibir Saya terlihat seperti tidak ada darah mengalir itulah alasan
mengapa Naning menyikut Saya, karena itu ia takut Saya apabila memejamkan mata
akan bablas terus tidak bisa melanjutkan perjalanan pulang lagi (meninggal)
saat itu.
Hujanpun berlahan mulai
mengecil dan berhenti sebelum Kami semua melanjutkan perjalanan lagi, ketiga
kawan Saya semua mengkhawatirkan keadaan Saya Encam memberikan semangat kepada
Saya
"Tis masih kuat kan
kita lanjutin jalan lagi sebentar lagi juga kita pulang!"
Kami berempat mulai lagi
melanjutkan perjalanan untungnya Kami setelah melewati air terjun yang Saya terjatuh Kami tidak lagi menemukan air terjun
lagi, aliran air yang Kami lewati mulai lebih deras dari yang
sebelum-sebelumnya selama Kami lalui.
Kami semua terus berjalan
menyusuri aliran air sungai, Kami berempat mulai merasakan sekarang Kami sudah
melewati lembah Gunung Ciremai itu karena Kami semua mulai melihat pepohonan
yang hidup di dataran rendah. Kami semua berjalan masih seperti biasa membentuk
barisan Saya melihat lidah sepatu yang mengambang melewati Kami berempat,
Sayapun langsung berucap
"Woy mudah mudahan
kita dah di dataran rendah tuh ada lidah sepatu yang kebawa air siapa tahu ada
kehidupan?"
Itu yang terucap oleh Saya
karena selama perjalanan sudah tiga hari Kami tidak menemukan makhluk hidup
kecuali Kami berempat dan burung – burung penghuni lembah Ciremai.
Dan sebenarnya ungkapan ini
Encam ucapkan setelah Kami dalam perjalanan pulang, Sebelum Saya melihat lidah
sepatu yang mengambang ternyata Encam sebelumnya melihat jaket mengambang yang persis seperti ada
orangnya (orang mati menggunakan jaket dalam posisi telungkup) karena Encam
melihat jaket itu membentuk badan yang sedang telungkup Encam mengira Kami
semuapun melihat jaket itu, jujur Saya terus terang tidak melihat jaket yang
mengambang di dekat Kami Naning dan Peking sama ia tidak melihatnya.
Tak lama berselang aliran
air sungai membelok ke kanan di depan Kami sebelum Kami berbelok mengikuti arah
aliran sungai, di antara Kami ada yang melihat pohon pisang
"Woy tuh ada pohon
pisang ada pisangnya lagi, lumayan buat ganjel perut!"
Kami semua dengan cepat
menuju kearah pohon pisang itu walaupun buah pisangnya masih mentah, salah satu
dari Kami langsung memotong pohon pisang itu Kami semua sangat gembira
menemukan buah pisang. Walaupun pisang itu mentah Kami berempat tidak menunggu
lama pisang itu Kami langsung makan, ternyata pisang itu tidak seperti pisang
biasa nya. Karena pisang itu waktu Kami telan terasa pahit dan seperti di dalam
tenggorokan Kami terasa kering dan susah
untuk menelannya. Tenggorokan Kami seperti tercekik salah satu dari Kami mulai
ada yang berteriak
"Jangan dimakan lagi
gw takut nih pisang bukan kaya pisang biasanya gw takutnya nih pisang
racun?"
Akhirnya Kami membuang
pisang itu. Encam langsung membelah buah pisang itu ternyata benar – benar baru
Saya temukan jenis pisang seperti itu dalamnya seperti banyak biji – biji
tetapi bukan seperti pisang batu tepatnya hampir mirip dengan ketimun. Buah
pisang satu tandan yang dari pohonya kita ambil tadi yang tidak bisa di makan
sambil Kami beristirahat sebentar di tempat itu Encam mencincang sisa buah
pisang itu untuk dialirkan keair, tujuannya Kami berharap ada petani atau orang
yang di ladang mengetahui ada kehidupan di atas karena Kami mengalirkan
cincangan buah pisang itu sangat banyak.
Setelah selesai Encam
mencincang pisang satu tandan itu lalu Kami melanjutkan perjalanan lagi, masih
sama Kami menyusuri aliran sungai Saya mulai sering terjatuh setiap melangkah
Naning yang berjalan di belakang Saya selalu membantu membangun kan Saya agar bisa melanjutkan perjalanan lagi. Naning
bertanya kepada Saya
"Kenapa lo Tis, hati –
hati, kok lo sering banget jatuh?"
"Gak tahu nih Ning gw
kepeleset terus!"Jawab saya.
Sebenarnya penyebabnya
bukan hanya karena batu – batu kali yang tajam menembus telapak kaki Saya yang
terasa cukup perih tanpa alas sedikitpun tetapi karena tenaga Saya seperti
sudah hampir habis tidak kuat lagi untuk melangkahkan kaki namun tetap Saya
harus memaksakan untuk terus melangkahkan kaki semampuh mungkin.
Hutan Pinus Pemandu Jalan
Kami Keluar
Dengan kondisi Kami yang
semakin memburuk selama menyusuri aliran air sungai rasa lemas yang sangat luar
biasa lambung Kami yang semakin sakit dan Saya berdua Encam sudah tidak
menghiraukan luka-luka yang ada di seluruh tangan dan kaki Kami berdua. Rasa
takut yang semakin terus bertambah, dengan sendirinya airmata Sayapun keluar
dengan sendirinya disela perjalanan Saya mengucap sebuah janji (Nazar).
"Ya Allah kalau Saya
bisa keluar dan selamat dari hutan ini Saya berjanji akan berpuasa senin Kamis,
itu janji Saya Ya Allah tolong selamatkan Kami dan keluarkan Kami dari hutan
ini?"
Setelah Saya mengucapkan
Nazar Naning dan Pekingpun ikut mengucapkan janji yang sama, setahu Saya hanya
Encam saja yang tidak mengucapkan janji itu. Mungkin kurang lebih 2-3 jam Kami
berjalan menyusuri aliran sungai dari
tempat Saya Nazar, mata Saya melihat kearah atas tebing yang ada di sebelah
kanan dan kiri Kami. Tidak sengaja Saya melihat hutan pinus diatas sana
Saya langsung berkata,
"Cam ada hutan pinus
diatas tuh?”
"Mana Tis..Oh ia itu
ada diatas sana!” Tanya mereka.
Kami semua berpikir pada
saat melihat hutan pinus pasti Kami semua sudah berada didataran rendah. Karena
pohon-pohon pinus tidak dapat hidup di dataran yang tinggi dan hutan pinus
pasti ditanam, Kami semua sangat yakin pasti diatas sana ada kehidupan selain
Kami (maksudnya kemungkinan besar Kami bisa bertemu manusia selain Kami
berempat).
Akhirnya Kami berempat
memikirkan bagaimana bisa melewati tebing yang curam dan sangat tinggi itu
karena hutan pinus itu ada diatas sana, Kami semua membandingkan mau ambil
jalur tebing yang ada di sebelah kiri Kami atau sebaliknya karena Kami harus
benar-benar memilih jalur yang mampu Kami panjat,
Karena dalam kondisi yang
sangat lemas itu, jangankan memanjat untuk berjalan kaki saja Saya sering
terjatuh hampir-hampir tidak mampu lagi melanjutkan langkah.
Dan Kami semua mulai
memutuskan Kami harus bisa sampai keatas sana karena dalam pikiran Kami pasti
tidak jauh dari hutan pinus ada pemukiman penduduk dikaki Gunung itu, oleh
karena itu Kami semua harus berusaha sekuat mungkin agar segera sampai ke atas
tebing itu. Kami semua berdoa semoga Kami semua bisa selamat sampai ke atas
sana dan juga semoga dugaan Kami semua benar bahwa diatas sana ada pemukiman
penduduk. Naning dan Encam mulai memanjat tebing itu Saya dan Peking mengikuti
di belakangnya, tebing yang sangat terjalpun Kami mulai panjat untuk bisa
keatas sana Kami benar-benar merasa kesulitan ranting dan akar yang merambat
ditebing sana tidak mampu menahan beban Kami karena dinding tebing agak lembab
dan gembur. Selain tanah tebing yang mudah longsor apabila Kami pijak atau Kami
pegang, ranting dan akar yang merambatpun mudah lepas dari tanah itu dan
kondisi Kami semua betul-betul sudah sangat lemas.
Dengan sangat hati-hati
Kami memanjat dan sangat lambat karena tubuh Kami yang sangat lemas lagi-lagi
Kami menggantungkan nasib Kami kepada kesepuluh jari Kami karena untuk dapat
bertahan mengelantung ditebing itu, Kami semua harus menusukan jari-jari Kami
ketanah atau dinding tebing itu, Kami baru bisa menarik nafas Kami apabila Kami
anggap Kami aman di antara dinding tebing, dan Kami sambil membagi air minum
yang Kami miliki. Terus Kami lakukan seperti itu bahkan sering sekali salah
satu dari Kami hampir terlepas dari pegangan atau pijakan Kami, dan ada juga
sampai tergelincir, Naning dan Encam sampai ke atas tebing itu, Sayapun memaksa
mempercepat untuk bisa naik ke atas sana. Tiba-tiba Encam berteriak,
"Ning ada orang tuh?”
Naning langsung berlari
mendekati orang itu Saya dan Peking tidak bisa menahan rasa syukur tak terasa
air mata Sayapun keluar dengan sendirinya saat Saya sudah berada diatas tebing
itu. Naning langsung menagkap ke dua kaki orang itu dan iapun tak kuat menahan
tangis syukur, Encam langsung
mencabut belatinya langsung ia pukulkan ketangan kirinya dengan cukup keras,
Peletaaakkk...!!
"Aduh..ternyata
beneran gw gak mimpi!"
Naning langsung meminta
tolong kepada orang itu, "Bu, tolong Bu Kami baru saja tersesat dihutan
sana di mana perkampungan yang terdekat disini Bu?"
Ibu - ibu setengah baya itu
yang memakai caping (topi untuk ke ladang) yang berpakaian hitam semua dan
sorot matanya yang sangat tajam melihat Kami. Ia tidak banyak berbicara ia
hanya mengatakan,
"Saya tidak bisa bantu
apa-apa Saya tidak punya makanan, arah perkampungan ada di sebelah sana?"
Sambil menunjukan jarinya
kearah perkampungan itu, Kamipun langsung meninggalkan ibu setengah baya itu
kearah perkampungan yang ibu itu tunjukkan. Dengan setengah berlari Kami kearah
perkampungan itu Kami melewati kebun tomat dengan perut yang terasa sangat amat
lapar Kamipun memetik tomat itu dan memakannya dengan sangat lahap, akhirnya
Kami berhenti untuk memakan beberapa tomat itu setelah perut Kami
terganjal oleh tomat. Saya baru
menyadari hampir seluruh tubuh kecuali bagian muka, Saya dan Encam banyak
sekali luka yang masih mengeluarkan darah, Kami lihat didekat Kami ada sungai
kecil yang mengalir kearah pemukiman yang Kami tuju Kami semua menyempatkan
membersih kan tubuh Kami yang sangat kotor dan dipenuhi luka. Setelah selesai
Kami membersihkan tubuh Kami tiba-tiba naning membuang celana levisnya ke salah
satu pohon di pinggir sungai itu, celana itupun tersangkut di salah satu pohon
yang ada di sana Naning sambil mengucap
"Nih Celana gw jadiin
kenang-kenangan di Gunung ini (membuang sial)!"
Lalu Kami semua bergerak
menuju kampung itu akhirnya Kami menemukan sebuah warung lalu Kami bertanya,
"Bu ini desa
apa?"
Ibu itu menjawab dengan
wajah yang terlihat ketakutan melihat Kami berempat mungkin karena ada di
antara Kami tubuh yang dipenuhi dengan luka-luka dan darah yang terus masih
keluar dari tangan dan kaki Saya dan Encam, ibu itupun menjawab,
"Nama desa ini
palutungan!”
Kamipun semua kaget
mendengar nama desa tersebut dan merasa tidak percaya ternyata Kami masih di
palutungan seharusnya selama Kami tersesat tiga hari dua malam menurut Kami
semua sudah jauh dari desa awal Kami mendaki. Dengan perut yang kosong Kami
semua tak menyia - nyiakan makanan yang ada di meja warung itu Kami terus
menyantap makanan yang ada dimeja dengan sangat lahap sampai - sampai Kami
tidak menghiraukan orang yang berada diwarung itu, mereka semua hanya bisa
melihat Kami, tak ada salah satupun dari mereka yang menanyakan Kami mungkin di
dalam hatinya orang-orang itu Kami semua di anggap seperti orang yang baru
melihat makanan (kelaparan).
Akhirnya Kami memesan makan
kepada ibu pemilik warung yang di bantu oleh anaknya, ibu itupun menaruh
lauk-pauk yang ia jual diatas meja didepan Kami.
Kami semua bergiliran
menyendok nasi yang ada di bakul dan mengambil lauk pauk yang ada di meja Kami
semua makan benar-benar dengan sangat lahap (kelaparan) dan orang lain yang ada
diwarung selain Kami berempat kebetulan warung itu cukup ramia sewaktu mereka melihat atau
memperhatikan Kami sedang makan apabila Kami lirik mereka seakan-akan mereka
membuang pandangannya. Nasi yang ada di mejapun ludes tidak tersisa, mungkin
ibu pemilik warung melihat Kami kasihan sangat kelaparan ibu pemilik warung
menawarkan lagi nasi
"Jang masih palay
tambih sanguna?”
Naning bertanya kepada Saya
karena mereka bertiga tidak terlalu mengerti bahasa sunda,
"Apa kata ibu itu
Tis?"
Ibu itu bilang lo masih mau
nambah nasinya lagi, Naning dan yang lainnyapun menjawab
"Muhun-muhu Bu, klo
ada boleh!"
Ibu pemilik warung menyuruh
anaknya mengambil nasi yang ada di dalam rumahnya mungkin nasi itu untuk makan
keluarganya, sepertinya ibu itu sangat kasihan sekali kepada Kami karena
benar–benar Kami terlihat sangat kelaparan. Lalu ibu itu memberikan lagi nasi
yang diambil dari dalam rumahnya
"Ini nasinya silahkan
dimakan!"
"Memang Ujang – ujang
ini semua dari mana?" Tanya Ibu pemilik warung.
"Dari puncak Gunung
Ciremai Bu!"
Ibu pemilik warung tidak
menanyakan apa-apa lagi setelah Kami menjawab seperti itu, akhirnya nasi yang
kedua kalinyapun ludes juga dan lauk-pauk yang di meja hampir tak tersisa
Peking menghapiri ibu pemilik warung ia menanyakan,
"Bu berapa tambah
rokok sebungkus?"
"Lima belas ribu aja
jang!" Kata si Ibu.
"Ga salah bu kita
makan banyak bu kue minum lauk pauk dan nasi dua bakul dan tambah roko
sebungkus?” Jawab Peking heran.
"Ia bener lima belas
ribu saja!" Kata si Ibu membalas.
Kami semua benar–benar
merasa sangat heran dengan ibu sipemilik warung, dan tingkah orang–orang yang
berada di warung itu.
Kenapa murah banget kita
semua sudah hampir menghabisi jualanya, dan orang yang berada di warung itupun
yang lumayan banyak karena warung itu tempat pemberhentian angkutan desa yang memakai mobil
bak terbuka tidak ada satupun dari mereka yang menanyakan kami kecuali ibu
sipemilik warung itu, Peking langsung membayarnya,
"Terima kasih banyak
Bu, Oh ia Bu kalau mau ke terminal naik angkutan itu dulu yah bu?"
"Iya jang nanti
setelah naik angkutan itu sampai mentok, Ujang trus naik angkot lagi yang
jurusan terminal kuningan!" Jelas si Ibu pemilik warung.
"Oh begitu bu terima
kasih yah bu Kami pamit yah Bu!" Kata Peking sambil pamit.
Kami semua menuju angkot
bak yang terbuka itu kebetulan angkutan itu sudah mulai penuh, Kami berempat
duduk ditepi bak belakang karena alasannya takut orang-orang yang ada di angkot
itu tidak mau berdekatan dengan Kami, karena darah yang terus masih keluar dari
luka-luka Saya dan Encam. Tidak lama kemudian angkutan umum itupun penuh, supir
angkutanpun mulai menghidupan mesin Kami berempat mulai meninggalkan desa yang
awal Kami singgahi keluar dari hutan itu.Ungkapan Penduduk Asli Kaki Gunung Ciremai di dalam perjalanan
dalam angkutan umum Kami berempat melihat kearah puncak Gunung Ciremai terus
terang dihati Saya pada saat itu, Saya dalam hati mengucap,
"Alhamdulillah ya
Allah Saya sudah di keluar kan dari Gunung itu, Saya tidak akan ingin lagi ke
puncak sana, terima kasih ya Allah atas semua pertolonganmu Kami semua berempat
bisa selamat Amin..!"
Selama perjalanan
diangkutan umum yang Kami naiki orang-orang yang ada diangkutan umum itu
kebanyakan orang-orang sudah tua (Nenek dan Aki-aki) mungkin mereka mau belanja
kekota atau mau menjual hasil kebunnya. Di dekat Kami ada seorang nenek-nenek
yang membawa pisang satu tandan yang kuning-kuning sudah matang dari pohonnya,
tiba-tiba Naning mencolek Saya.
"Tis tanyain sama
nenek itu gih pisang nya mau di jual ke pasar apa gak klo boleh gw minta tuh
pisang enak banget kayanya?"
Karena Naning tidak bisa
berbahasa sunda akhirnya. Saya pun menanyakan kepada nenek itu.
"Ni punten cau na bade
di ical kapasar nya ni?"
"Heunteu jang, ujang
palay amun palay mangga!" Balas si Kenek Bus.
"Apaan katanya
Tis?" Tanya Naning kebingungan.
"Gak Ning, pisang itu
gak di jual ke pasar, klo lo mau, ambil aja kata nenek itu!" Jelas saya.
Naning langsung meminta
izin kenenek itu,
"Nek Saya minta pisang
nya yah Nek?" Kata Naning memohon.
"Mangga jang".
Jawab si Nenek.
Naning langsung mengambil
satu pisang itu dan memakan nya,
"Enak pisangnya Nek,
terima kasih yah Nek, pisang nya!"
Kemudian disaat Naning
sedang memakan pisang yang ia minta, ada seseorang laki-laki sudah tua yang
berada didekat Kami mulai bertanya kepada Kami.
"Ujang - ujang tos
timana?"
Karena lelaki tua itu
menggunakan bahasa sunda akhirnya Saya yang menjawabnya karena ketiga kawan
Saya tidak mengerti (terjemahan).
"Ade - ade sudah dari
mana?" Kata si lelaki tua.
" Kami semua baru
turun dari puncak sana Pak!" Jawab saya sambil menunjukan jari kearah
puncak Ciremai yang masih terlihat.
"Untuk apa ade kesana
dan ade semua dari kota mana?" Lelaki Tua itu bertanya kembali.
"Kami semua hanya
ingin mendaki ke puncak saja Pak, untuk menikmati puncak Gunung karena memang
itu hobi Kami pak, Kami semua dari Bekasi pak!"
"Tidak mungkin kalian
semua tidak punya tujuan ke puncak sana, apalagi kalian jauh - jauh dari Bekasi
hanya ingin ke puncak sana? Saya saja yang asli penduduk kaki Ciremai dari
lahir sampai setua ini Saya di sini belum pernah sampai ke puncak Gunung
Ciremai sana,sebenarnya kalian punya
maksud apa, sampai badan kalian penuh dengan luka tidak mungkin hanya untuk
mendaki saja?” Kata Si Lelaki Tua menjelaskan.
Saya bingung dengan
pertanyaan lelaki tua itu dan orang-orang yang ada diangkot itupun termasuk
ketiga kawan Saya hanya bisa mendengarkan walaupun kawan-kawan Saya hanya
mengerti sedikit dari obrolan Saya dan lelaki tua itu.
"Benar pak Kami semua
tidak memiliki maksud apa - apa ke puncak Ciremai sana Kami hanya pencinta
alam, yang hobi Kami mendaki Gunung, badan Saya yang penuh luka ini karena Kami
semua sudah tiga hari tersesat di Gunung itu pak, Alhamdulillah Kami semua bisa
selamat!" Saya menjelaskan.
Seluruh penumpang yang ada
di angkutan umum itupun terlihat terkejut setelah mendengar Kami tersesat
selama tiga hari di Gunung itu karena Kami melihat dari mimik wajah mereka
semua.
"Astagfirullahaladzim,
oh begitu, kalian semua baru saja tersesat!" Kata Lelaki Tua terkejut.
"Ia Pak, kami sudah
tiga hari tidak menemukan jalan keluar, dan Kami pun kehabisan perbekalan
setelah tiga hari Kami baru bisa makan di warung tadi pak!"
"Astagfirullahalazim,
untungnya kalian semua selamat karena setahu Saya dan warga sekitar kaki puncak
Gunung Ciremai apabila tersesat di Gunung itu jarang sekali yang selamat, Saya
kira sebelumnya kalian semua kepuncak Gunung itu untuk mencari ilmu".
"Oh begitu Pak!"
Kata saya.
"Jujur Kami semua
takut dan kaget ketika kalian semua datang ke warung dengan kondisi yang penuh
luka - luka dan memakan makanan seperti orang kelaparan karena itu Kami semua
pun yang ada disana sungkan untuk bertanya pada kalian”. Jelas si Bapak Tua.
Oh kalau begitu ibu warung
tadi kenapa ia sangat murah menjual makanannya karena ia sama seperti pemikiran
bapak tua itu pasti dia mengira Kami orang mencari ilmu (bertapa) dari puncak
Gunung sana, terjawablah sudah mengapa penduduk asli sekitar kaki Gunung
Ciremai memperlakukan Kami seperti itu. Karena Gunung tersebut bukan hanya
Gunung tertinggi dijawa barat
saja imagenya, akan tetapi banyak juga sebagian orang menjadikan untuk tempat
(bertapa) dan mencari ilmu dan sebagainya, oleh karena itulah sebabnya mereka
ketakutan oleh Kami tidak lama kemudian Kami sampai ke tempat
pemberhentian angkutan umum desa itu, Kami semuapun yang tersisa di dalam
angkutan umum itu turun semua melanjutkan tujuan masing-masing lelaki tua itu
pun berucap,
"Hati-hati dijalan nya
jang!"
Kami semuapun menjawab,
"Ia pak terima
kasih!"
Lalu Kami menuju sebuah
perempatan tempat angkot ngetem kearah terminal kuningan, uang yang tersisa di
kantong Kami tidak cukup untuk ongkos pulang akhirnya Peking menyuruh Saya dan
Encam menunggu didekat tukang gorengan karena Peking yang di temani Naning mau
mencari mesin ATM untuk ongkos pulang, akhirnya Peking dan Naning mencari Mesin
ATM terdekat. Saya dan Encam yang mengalami luka - luka yang masih mengeluarkan
darah menunggunyadiperempatan itu yang
dekat tukang gorengan, dan tempat ngetem angkutan umum yang salah satunya
keterminal kuningan. Saya dan Encam sambil menunggu Peking dan Naning yang
belum tahu dimana mesin ATM itu berada, Saya berdua membeli beberapa gorengan
dan yang uniknya Entah mengapa perempatan tadi yang ditongkrongi calo - calo
atau pemuda-pemuda yang berada dijalan yang berpenampilan seperti preman yang
warna rambutnya ada yang pirang, hijau dan badannya bertato mereka semua hanya
melirik Kami persis seperti kejadian di warung tadi apabila mereka
melirik Kami lalu Kami balasi melirik mereka semua cepat-cepat membuang
pandangannya tiba-tiba satu persatu pergi dari tempatnya dan memilih
menongkrong di sebrang jalan dari tempat Kami. Saya dan Encam saling bertanya,
" Kenapa yah orang -
orang kok pada pergi yah, apa kita aneh yah cam?"
Kami berdua benar-benar
merasa aneh dengan orang-orang yang ada dekat Kami sampai-sampai setiap orang
yang melewati didekat Kami hampir tidak ada satupun yang tidak menoleh kearah
Kami berdua.
Tidak lama kemudian Peking
dan Naning datang ia sudah menemukan mesin ATM yang ia cari. Encam langsung
mengatakan,
"King kayanya kita
semua ke terminal gak bisa naik angkot dah, soalnya dari tadi pas gw nunggu lo
berdua orang-orang kaya aneh ngeliatin gw berdua Utis, takutnya orang-orang gak
mau naikin angkot yang kita naikin soalnya nih darah belum bisa berhenti,
gimana kalo kita jalan aja sampai terminal?"
"Ayo kita lanjut jalan
kalo begitu alasannya". Jawab Peking.
Pengakuan Naning Bertemu
Dengan Nenek-nenek di Lembah Ciremai
Kami semuapun melanjutkan
perjalanan mengikuti arah angkutan umum yang keterminal, tetapi tetap saja
selama Kami berjalan apabila bertemu orang yang berpapasan atau orang-orang
yang berjalan didepan atau di seberang jalan, orang-orang itu memperhatikan Kami
entah apa yang membuat mereka memperhatikan Kami, menurut Saya mungkin karena
luka-luka yang ada ditubuh Saya dan Encam yang masih mengeluarkan darah. Saya
berdua Encam menjadi perhatian mereka, Encam memiliki ide untuk membalut semua
lukanya dengan perban yang Kami bawa kurang lebih Encam seperti mumi yang
dibalut perban, Kami bertiga menertawakan Encam,
"Ha..ha....ha.. Cam lo
kaya Mummi!"
Tetap saja Encam membalut
lukanya dengan harapan bisa menghentikan darah yang keluar dari kaki dan
tangannya.
Perjalananpun terus Kami
lanjutakan tidak lama kemudaian perban putih yang membalut luka Encampun
berubah menjadi pink karena lukanya masih mengeluarkan darah akhirnya Encam
melepaskan perbanya.
Kami semua binggung mengapa
luka Saya berdua Encam sangat sulit berhenti mengeluarka darah padahal sudah
cukup lama waktu Kami keluar dari Gunung tersebut sampai saat ini Kami berjalan
kearah terminal Kuningan, tidak lama kemudian saat Kami masih melanjutkan
perjalanan menuju arah terminal tiba-tiba Naning berbicara kepada Kami semua.
"Sebenernya lo tahu
gak pas waktu kita semua nginep di goa walet, abis gw kencing sama Utis abis
itu sebenernya gw gak bisa tidur, lo semua gw dengerin dah tidur pules gw
ngedenger ada suara langkah orang yang masuk ke dalam goa walet gw jelas baget
ngedenger langkahnya kayaknya dia pake sepatu suaranya bener - bener jelas (
Pelak...pelak...plakkk..). Gw bener - bener ketakutan waktu itu gw cuma bisa
meremin mata gw gak mau degerin tuh langkah eh gak lama kemudian ada suara
geraman kaya macan (Heeee..mmm... ). Sumpah gw bener - bener ketakutan saat itu gw terus baca surat
pendek yang sebisa gw, gak tahu pokoknya gw dimalam itu di dalam goa gak bisa
tidur pules eh pas gw tidur gw mimpi ketemu nenek - nenek dia bilang kita
bakalan tersesat tiga hari di Gunung ini”. Naning menjelaskan.
"Gak lama kita bangun
semua karena dah pagi jadi sebenarnya kita tersesat sudah dikasih tahu lewat
mimpi gw digoa walet, tapi sumpah gw gak berani nyeritain selama masih kita di
Gunung Ciremai!". Lanjut Naning.
Kami bertiga kaget
mendengar cerita dari Naning, berarti benar waktu Peking seperti orang mengigau
waktu ia baru bangun tidur digoa walet ia menyanyikan sebuah lagu yang Saya
tidak tahu lagu siapa yang liriknya ada kata-kata,
"Aku tersesat di hutan
Belantara ini!, kata - kata itu ada hubungannya dengan mimpi Naning di goa
walet itu".
Naning mengungkapkan lagi
kejadian waktu malam kedua Kami menginap didekat air terjun, terus malam kedua
kita waktu diriin tenda di dekat air terjun kenapa gw teriak-teriak ketakutan
gw suruh lo semua gak boleh tidur gw bener-bener takut, malam itu habis ada
burung yang menemplok persis di atas tenda gw bener-bener jelas ngeliat
Nenek-nenek pake baju seperti jubah kaya dari klaras pisang atau bisa dikatakan
memakai baju cumpang-camping bahkan terlihat seperti sisik ular, rambutnya
panjang, dia persis ada didepan pintu tenda seakan-akan nenek tersebut
mengucapkan ku makan kalian semua,
"Nih gw cerita ke elo
sekarang sumpah gw sekarang merinding?"
Salah satu hal inilah yang
menjadi tanda tanya Saya, akan Saya ceritakan dan jelaskan nanti selanjutnya.
Gara-gara itu gw sumpah gak kuat bener-bener ketakutan lo pada masih tidur
makanya gw langsung teriak–teriak.
"Allahuakbar...Lailahaillallah....!"
Gak lama langsung hilang
itu Nenek – nenek, baru lo semua pada bangun itu gara-garanya gw teriak-teriak,
benar-benar gw ketakutan, nah abis itukan kita semua berdo'a kumpul sambil
duduk sampe pagi, sebelum pagi gw ngalamin yang aneh lagi gw bener-bener
ngerasa nyata liat Subur (Sepupu Naning yang dekat sama dia) tiba-tiba Subur
datang nyamperin gw ditenda dia datang di pintu tenda ngomong sama Gw.
"Ngapain ning lo di
sini?"
"Tolongin gw Bur gw
gak tahu jalan pulang?" Jawab Naning sambil menangis.
"Lo bisa pulang, gw
kesini nyamper lo pulang Ning! Katanya, tiba - tiba subur hilang, tapi benar -
benar nyata Subur datang ke tenda gw benar ngerasa aneh banget sama kejadian
malam itu?". Jelas Naning antusias.
Kami bertiga benar-benar
kaget mendengar semua ungkapan dari Naning selama di Gunung Ciremai itu, sampai
saat ini pun Kami tidak pernah mendengar ungkapan atau cerita dari Encam dan
Peking apa yang ia alami selama Kami tersesat di Gunung itu, Saya sangat yakin
dari Kami berempat memiliki kejadian yang dialami berbeda dengan yang lainnya. Karena pada waktu
Encam memimpin perjalanan waktu Kami tersesat, Kami melihat Encam, apabila Kami
menemukan jalan buntu, Encam selalu membenturkan kepalanya kepohon yang ada
didepannya. Mungkin kalau Encam tidak menggunakan kupluk, pasti jidatnya juga
terluka karena Encam membenturkan kepalanya ke pohon cukup keras dan ia baru
berhenti membenturkan kepalanya apabila salah satu dari Kami menariknya untuk
menjauhi pohon itu, entah apa yang di alami Encam sebenarnya pada waktu itu
sampai saat ini ia tidak menceritakannya. Kami pun terus berjalan hingga Kami
sampai ke terminal Kuningan, saat Kami baru sampai ke terminal Kami mencari bus
jurusan Bekasi tiba-tiba lelaki lumayan sudah agak tua ia mendekati Kami dari
mulut lelaki itu tercium bau alkohol yang menyengat lelaki itu berkata kepada
Encam.
"Woy bajingan mau ke
mana?"
Kami semua tidak ada yang
menjawab Kami mencuekinya, lelaki itu tetap saja seperti mengajak ngobrol Kami.
"Jangan pura - pura
gak ngerti kita sama - sama bajingan, gw tahu tuh lo banyak sobekan!" Teriak Lelaki Tua
itu.
Akhirnya Encam dengan
sangat marah menjawab,
"Bajingan bajingan lo
yang bajingan! Luka gw ini karena kesasar! gw dah tiga hari gak ketemu orang!
Lo dah tua banyak lagu lagi lo!"
Lelaki itu langsung berubah
sikap, mungkin melihat Encam yang benar - benar marah kepadanya, dengan wajah
memerah dan kedua bola matanya, saat itu Encam sambil memegang belati
ditangannya, namun tidak di perlihatkan kepada lelaki tua itu, tiba - tiba
lelaki itu berkata dengan agak sopan,
" Emang mau pada ke
mana?"
"Gw mau pada balik ke
Bekasi, memang kenapa?" Jawab Encam.
"Ya udah tunggu di
sini aja nanti gw berentiin kalo ada bus jurusan ke Jakarta lewat, nanti gak
usah bayar!".
Entah mengapa sikap lelaki
itu berubah drastis padahal saat itu ada temannya tidak jauh dari Kami namun
teman-temannya pun tidak ada yang merespon saat adu mulut dengan Encam, tidak lama kemudian bus
jurusan Jakarta lewat dan lelaki itu menghentikannya, Kami semua naik kedalam
bus lagi - lagi Kami menjadi pusat perhatian seluruh penumpang bus yang ada
didalam. Kami berpencar karena kursi dibelakang yang kosong hanya dua Naning
duduk didekat Saya Peking dan Encam mereka duduk terpisah didepan Kami, selama perjalanan
orang yang didekat Kami hanya bisa melirik kepada Kami dan lagi - lagi apabila
Kami menengoknya pasti mereka mengalihkan pandangannya bahkan Saya menawarkan
cemilan yang Kami makan bapak-bapak yang persis disebelah Saya menolak langsung
dan terlihat diwajahnya seperti ketakutan, dipertengahan jalan ada penumpang
yang turun, entah bagaimana ceritanya seorang wanita (Embak-embak), yang persis
duduknya disebelah Encam.
Ini sebuah ungkapan dari
Encam. Embak itu selama diperjalanan melihat Encam dan Kami semua sangat tajam
sorot matanya Encam pada awalnya tidak punya kecurigaan apa-apa kepada mbak -
mbak itu, awalnya mbak itu tidak didekat Encam tetapi setelah penumpang banyak
yang turun, kursi bus mulai banyak yang kosong. Encam merasa aneh jangankan seorang wanita lelaki
saja enggan berdekatan dengan Kami karena keadaan Kami yang tidak wajar dengan
penumpang lainnya penuh dengan luka dan masih ada beberapa luka yang
mengeluarkan darah, apalagi mengajak ngobrol tetapi embak itu lain dari yang
lain ia malah mengajak ngobrol menanyakan kepada Encam.
" Mas kalau mau turun
di Karawang masih jauh ya mas?"
"Masih lumayan Mbak,
nanti kalo sampe Cikampek mbak bisa turun disana karena mbak gak bisa turun di
Karawang, bus ini lewat tol sampai ke Pulogadung!" Encam menjelaskan.
"Ia makasih yah mas,
nah masnya sendiri mau turun dimana?"
" Saya mau turun di
Bekasi mbak!" Jawab Encam.
Akhirnya bus yang Kami
tumpangi sampai ke Cikampek. Anehnya, mbak itu tidak turun, padahal Encam sudah
mengingatkan tetapi mbak itu malah menjawab,
"Saya mau turun di
Cikarang Mas".
Entah apa yang terjadi
dengan Encam ia semakin takut melihat tatapan mbak-mbak itu, Encam tidak
menjawab, ia lebih banyak diam, karena sudah tidak masuk diakal ia mau turun
dimana, sedangkan bus tidak akan bisa berhenti di Cikarang hanya melewatinya.
Embak-embak itupun terus melirik dengan tajam kearah Encam dan Kami semua,
padahal Kami semua berpencar seakan akan - akan mereka tau Kami berempat, tak
lama kemudian bus sudah melewati Cikarang mbak-mbak itupun tetap tidak turun
karena bus lewat tol, tetapi tatapannya semakin tajam melihat Kami.
Akhirnya bus sampai Bekasi,
tetapi bus yang Kami naiki adalah jurusan Pulogadung ia tidak berhenti di
Bekasi Kami memang sudah rencana turun di tol sebelum Jatibening karena rumah
Kami di Cikunir agar Kami cepat sampai ke rumah masing - masing.
Kami semua meminta izin
turun kepada kondektur tetapi konektur dan supir ketakutan menurunkan Kami,
Kami tetap memaksa akhirnya bus itupun tidak mau berhenti hanya mengurangi
kecepatannya Kami berempat saat itu memaksa kondektur untuk membuka pintu
bus akhirnya Kami berempat
meloncat turun setelah turun tiaba-tiba Encam berteriak
"Kita di ikutin cewek
itu ceweknya masih di dalam bus, gw curiga dia bukan orang?"
Kami bertiga kaget yang sebelumnya
tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Saya hanya berpikir entah ada apa
dengan Kami semua sepertinya Kami semua masih dalam keadaan mental yang benar -
benar paranoid, sangat sensitif apabila melihat kejadian janggal.
Sesampainya Kami Semua di
Rumah Masing-masing (Dampak dari lembah Ciremai)
Akhirnya Kami semua sampai
kegang rumah daerah Kami dalam perjalanan orang-orang yang mengenali Kami ia
menegur dan melihat Kami aneh dengan adanya luka-luka, sebelum Kami pulang kerumah
masing - masing Kami selalu berkumpul dahulu kerumah Encam yang Kami anggap
sebagai basecamp, ada beberapa teman Kami yang terus menanyakan kenapa dengan
Kami semua, Kami tidak banyak menjawab terus terang Kami masih merasa percaya
dan tidak percaya sudah sampai kerumah, setelah Kami sebentar berkumpul dirumah
Encam Kami semua pulang kerumah masing - masing.
Saat Saya mengetuk pintu
yang membuka pintu ternyata ibu Saya, Saya langsung memeluknya dan tak kuat
menahan kebahagian yang benar-benar luar bisa ibu Saya menangis saat melihat
keadaan Saya yang sangat kacau penuh dengan luka-luka, ibu Saya menyuruh Saya
mandi, setelah Saya mandi Kami berkumpul ditengah rumah kedua orang tua Saya, kaka pertama Saya dan adik
Saya semua berkumpul, ternyata keluarga Saya sudah punya rencan apabila hari
minggu Saya belum sampai kerumah bapak dan kaka pertama Saya mau menjemput
keGunung Ciremai bahkan Kaka pertama Saya sudah menghubungi teman-temannya
yaitu salah satu organisasi pecinta alam dikampusnya, dalam pikiran keluarga
Saya mereka akan hanya bisa membawa jasad Saya saja, karena Saya berkata pada
waktu Kami meminta izin kepada kedua orang tua Saya paling lambat hari jum'at
Kami sudah pulang. Bukan hanya karena itu saja mereka berpikir Saya sudah
meninggal diGunung itu, karena banyak sekali kejadian janggal yang keluarga
Saya alami selama Saya mendaki ke Gunung Ciremai, ibu Saya bermimpi di dalam
mimpinya ada seorang anak lelaki seusia Saya datang kerumah meminta tolong ia
berdiri di depan pagar rumah Saya,
"Bu tolong Bu?"
"Ia ada apa dek?"
"Saya hanya minta gula
Bu!"
"Sebentar yah dek Ibu
ambil dulu!"
Setelah ibu Saya mengambil
gula dari dapur ingin memberikan kepada lelaki yang meminta gula itu ternyata
lelaki itu sudah tidak ada, lalu adik Saya sama iapun bermimpi didalam mimpinya
Saya meminta memotong rambut Saya dan dimandikan olehnya, tanda-tanda itulah
yang membuat keluarga Saya sangat yakin pasti terjadi sesuatu dengan Saya,
bukan hanya itu kaka ipar Saya pun mengalami kejanggalan Saya yang sering
bernyanyi sambil bermain gitar di teras atas, kaka ipar Saya menanyakan kepada
ibu Saya.
"Bu Utis dah pulang ya
?"
"Belum, tau nih sampai
hari ini belum pulang padahal katanya jum'at paling lambat".
"Yang bener Bu, tadi
Saya denger dia main gitar sama nyanyi di atas?"
Dan ada satu lagi kejadian
yang sangat aneh tapi nyata ceu Isah yang saat itu bekerja dirumah Saya dan
kebetulan rumahnya berdekatan dengan Saya ia melihat Saya berdua teman Saya
yang ia tidak kenal lewat didepan rumahnya ia memanggil Saya tetapi Saya tidak
menjawab hanya cuek saja berjalan
didepan rumahnya, lalu ceu Isah pun datang kerumah Saya menanyakan kepada ibu
Saya,
"Bu, Utis sudah pulang
yah, tadi Saya melihat dia berdua temannya lewat di depan rumah Saya, tapi gak
biasanya dia gak jawab apa - apa waktu Saya pangil dia lewat aja".
Itulah yang membuat keluaga
Saya benar-benar takut terjadi sesuatu kepada Saya dalam pendakian.
Ternyata bukan hanya
keluarga Saya saja yang diberikan tanda keluarga Naning pun mengalami kejadian
janggal salah satu keluarganya di dalam mimpinya Naning meminta dibuat-kan
rumah, menurut keluarga Naning setelah mendengar ada yang bermimpi seperti itu
dan Naning sedang melakukan pendakian merekapun sama berfikir takut terjadi
sesuatu kepada Naning.
Peking dan Encam Saya tidak
mendengar ada kejadian apa di keluarganya selama ia pergi mendaki, hanya Saya
mendengar langsung dari Encam keesokan harinya sekitar jam empat atau jam lima
sore, ternyata setelah Kami pulang dari rumahnya kerumah masing-masing ia tidak
berani tidur ia belum percaya 100% bahwa ia benar-benar sudah pulang ia takut kalau sampai tertidur ia
tidak bisa bangun lagi untuk selamanya.
Sekitar satu bulan setelah
pendakian Kami mendengar kabar Naning sakit sampai tidak bisa bangun dari
tempat tidurnya sampai-sampai ia membuang air kecil dan air besar di tempat ia
berbaring, anehnya ia sering berteriak kesakitan dan ia seperti orang yang
kesurupan ia sering mengucapkan,
"Ki Sandang maya
berada di lembah Gunung Ciremai?”
Obat dari dokterpun tidak
bisa menyembuhkan Naning. Akhirnya, keluarganya meminta bantuan kepada para
kiai (alim ulama) yang mengerti dunia selain alam kita ternyata para kiaipun
yang dipanggil kerumahnya belum dapat menyembuhkannya, sampai ada salah satu
orang pintar yang membacakan ayat suci Al-Qur'an. Anehnya orang itu belum
selesai membacanya didepan Naning pada saat itu yang sedang sakit malah Naning
sudah selesai mengulangi bacaan itu. Sudah beberapa orang pintar yang ingin menyembuhkan Naning
hasilnya tetap sama, Naning sebelum teriak-teriak kesakitan ia selalu mendesis
dahulu seperti ular lalu ia berteriak kesakitan, setelah beberapa bulan
kemudian Naning sudah dapat bangun dari tempat tidurnya, Encam dan teman -
teman yang lain menjenguk Naning dan yang anehnya dari beberapa orang yang
menjenguk ada satu orang teman Saya yang di tampar hanya dengan kedua jari
Naning langsung sobek mengeluarkan darah dari pipinya seperti di gores oleh
silet.
Berapa bulan kemudian Kami
bertiga Saya , Encam , Peking pun ingin sekali menjenguknya walaupun Ibunya
Naning melarang Kami untuk menjenguknya, Kami bertiga tetap mendatangi rumah
Naning, karena Kami mendengar kabar naning sudah agak membaik sudah tidak
berteriak-teriak kesakitan, akhirnya Kami bertemu dengannya, pada saat Kami ke
rumahnya naning ternyata sedang tertidur di sofa ruang tamu, mendengar suara
Kami Naning langsung terbangun menyapa Kami fisiknya benar-benar terlihat seperti
orang yang sehat, Kami sangat senang melihat Naning sudah sehat Naning langsung
menyapa Kami,
"Oh lo kemana aja lo,
Ayo seni kita ngopi bareng!"
Kami duduk didepan terasnya
sambil mengobrol dan menanyakan keadaannya, Kami sangat dilarang oleh keluarganya
apabila membahas tentang pendakian itu, Kami bertiga tidak sedikitpun
membicarakan tentang pendakian, Kami sempat bertanya kepada Naning,
"Ning kenapa lo suka
teriak kesakitan?"
"kaya ada golok yang
menyayat-nyayat badan gw, makanya gw suka usir tuh golok
seeeeeeeetttt....Ssssssssseettt. Itu gw lakuin buat ngusir tuh golok soalnya
kalau golok itu kena badan gw rasanya sakit banget"
Tiba - tiba Naning berkata,
"Wah lo masih inget
gak kita kemaren itu ngedaki Ciremai!"
Kami bertiga sangat takut
apabila Naning membicarakan itu, ternyata Naning benar - benar sangat aneh ia
berbicara tentang pendakian, anehnya Naning masih ingat nama tempat Kami menuju
Palutungan hingga lengkap nomor angkot dan nama jurusannya pokoknya benar-benar lengkap dan sangat detail ia
menceritakan tentang pendakian, tidak lama kemudian Naning yang sebenarnya
tidak bisa berbahasa inggris, melanjutkan cerita pendakian dengan menggunakan
bahasa inggris sangat fasih, Kami semua kaget tiba-tiba ibunya marah-marah
kepada Kami, Kami semua disuruh pulang oleh ibunya Naning, karena ibunya Naning
menyangka Kami yang memancing membicarakan tentang pendakian, Kami benar-benar
merasa sedih melihat salah satu kawan Kami mengalami hal seperti itu.
Kurang lebih satu tahun
Naning mengalami sakit yang Kami semua tidak mengerti sebenarnya Naning sakit
apa, Kami bersyukur bisa bertemu dengan naning ia walaupun belum sembuh 100%
Naning sudah bisa main ketongkongan Kami. Tetapi tetap saja masih ada saja
sikap Naning yang agak aneh apabila Naning sudah tertawa ia seperti orang yang
tidak bisa mengendalikan tertawanya atau sulit menghentikan tertawanya sampai
ia mengelurkan air mata, Kami melihat sebenarnya diri Naning tidak mau tertawa
seperti itu tetapi ia seperti ada yang mengendalikan, apa mungkin karena Naning
tidak melakukan Nazarnya entah
apa Kami pun tidak mengerti. Kami bersyukur beberapa lama kemudian Kami bertemu
Naning sudah membaik akhirnya semua bisa kembali seperti semula, sebelum Saya
pergi keluar kota Saya bertemu Naning terakhir kalinya ia mengatakan
keinginannya kepada Saya,
"Tis kita bikin reuni
berempat yo tapi sekarang mah gak usah ke Gunung mending ke pantai aja
gimana?"
Sayapun menjawab,
"Boleh aja ning kita
obrolin lagi aja sama yang lainya!"
Setelah dari itu sampai
saat ini Saya sangat jarang bertemu Naning dan Peking yang masih sering bertemu
hannya Encam, Saya hanya mendengar kabar Naning sekarang sudah bekerja, Encam
sekarang sudah menikah dan Peking sekarang tinggal di Lombok dengan istrinya,
Peking lah yang memegang dokumen Foto - foto Kami selama pendakian, semoga
Peking membaca dan ia mengupload foto - foto kenangan Kami semua, salam buat
ketiga sahabatku dimanapun kalian berada gw selalu merindukan kebersamaan kita
yang tidak pernah menyerah untuk "KEMBALI DENGAN SELAMAT" karena bukan puncak
Gunung tujuan kita, tujuan yang sesungguhnya ialah, "Kami semua dapat
kembali dengan selamat kepadanya" Amin Ya Robbal Alamin!"
Terungkapnya Sebagian Dari
Teka - teki Misteri dan Mitos - mitos Yang Kami Alami Selama 3 hari Tersesat di
Gunung Ciremai
Selama empat tahun Saya
tinggal dikota Semarang untuk menyelesaikan pendidikan Saya disana, Saya sangat
jarang sekali mendengar kabar berita tentang Naning dan Peking, yang masih
sering bertemu hanya Encam saja karena kebetulan tempat tinggal Encam tidak
jauh dari rumah Saya itupun hanya waktu Saya libur semesteran saja, Saya tidak
pernah lagi mendaki bareng dengan mereka. Selama Saya tinggal di Semarang Saya
melakukan pendakian sesekali dengan teman - teman kost Saya, singkat cerita
akhirnya Saya lulus menyelesaikan pendidikan Saya selama empat tahun persisnya
ditahun 2010, Saya pulang ke Bekasi dan seperti pada umumnya Saya mencari
pekerjaan setelah Saya memiliki ijazah, akhirnya Saya bekerja di salah satu
perusahaan di Jakarta tepatnya di Menteng.
Di perusahan tersebut Saya
bekerja hanya setahun, lalu Saya menganggur saat itulah untuk mengisi kesibukan
Saya mulai menulis pengalaman Kami tersesat. Karena Saya tidak memiliki basic
dan bakat menulis atau tidak pernah menulis buku sebelumnya, entah kenapa Saya
menulis tentang pengalaman Saya itu mengalir begitu saja Saya menuliskan
seakan-akan Saya sangat jelas mengingat kejadian itu seperti baru saja terjadi
padahal kejadian itu sudah belasan tahun yang lalu, Saya iseng-iseng tulisan
tersebut Saya unggah diblogspot dan Saya share di Facebook tepatnya di tahun
2011, terus terang Saya tidak PD sebenarnya tapi Alhamdulillah saat Saya share
hanya beberapa paragraf ada salah satu teman Saya yang merespon ia meminta
untuk melanjutkan cerita Saya hingga selesai ia semakin penasaran ingin
mengetahui pengalaman itu, padahal tulisan Saya sangat berantakan akhirnya
Sayapun melanjutkan menulis cerita sampai selesai, setelah cerita Saya selesai
teman Saya itu memberi masukan apabila ada dokumentasinya pasti lebih realistis
lagi cerita tersebut menurutnya.
Saat Saya mendengar masukan
tersebut Saya berpikir bagaimana foto-foto dokumentasi pendakian tersebut bisa
Saya dapat karena saat Saya bertanya ke Encam dokumentasi itu Peking yang
memyimpannya dan ia saat itu tinggal di Lombok, Saya tidak terlalu
memperdulikan lagi cerita pengalaman Kami yang Saya sudah upload diblog pribadi
Saya, kebetulan saat itu Saya sedang bekerja disalah satu perusahaan yang
bertempat di Kuningan Jakarta Selatan.
Di sekitar tahun 2013 kalau
tidak salah Saya mendapat kabar bahwa Peking sudah tidak tinggal di Lombok lagi
entah tepatnya ditahun berapa Peking sudah gak di Lombok, dengan seiringnya
waktu Saya mulai sering bertemu dengan Naning dan Encam, lalu Saya mulai
mendengar Peking sudah tinggal di Karawang dengan istrinya.
Sekitar ditahun 2014 kalau
tidak salah Saya bertemu dengan Peking dan Saya menanyakan dokumentasi itu
jawaban Peking dia tidak tahu jelasnya dokumentasi itu di simpan di mana, karena
semenjak ia tidak tinggal di Bekasi kamar Peking sudah dirapikan jadi ia tidak yakin apakah masih ada atau tidak ia
mau tanyakan kepada orang tuanya, lalu Peking bercerita tentang masalah di
tulang punggungnya ternyata tulang punggung Peking ada masalah dan merasakan
sakit ia bilang sampai hari ini gw masih terapi untuk proses penyembuhan nih
Tis, ia bilang ini ada hubungannya saat pendakian Gunung Ciremai itu, saat
mendengar hal itu Saya jujur agak kaget sedangkan sudah belasan tahun lalu
pendakian itu Kami lakukan.
Seiring waktu Alhamdulillah
dokumentasi pendakian Kami ditemukan Peking lalu Peking memberikan kepada Saya,
ternyata dokumentasi itu masih ada dengan albumnya tapi memang beberapa foto
Kami banyak yang hilang namun yang Saya salut dengan Peking di album tersebut
ternyata Peking masih menyimpan dengan lengkap surat jalan, tiket bus, hingga
tiket masuk pendaftaran pendakian jalur Palutungan Saya tidak menyangka dan
tidak tahu bahwa Peking masih menyimpan dengan rapih berkas pendakian tersebut.
Dari situlah Saya mulai semangat lagi untuk melanjutkan share pengalaman
pendakian tersebut di Kaskus dan media sosial.
Saya, Saya mulai melihat
jumlah pengunjung diblog dan di Kaskus Saya Alhamdulillah terus bertambah dan
ada yang memberi komentar yang cukup baik dari situlah Saya mulai bersemangat
untuk berbagi kepada teman-teman pembaca semoga pengalaman Kami bisa bermanfaat
bagi yang membacanya yang kebetulan sebagian besar pembaca adalah mereka yang
memiliki hoby yang sama atau para pendaki juga, Saya meminta kepada teman-teman
pembaca agar berkenan saling berbagi pengalamannya tentang pendakian mereka di
Gunung tersebut. Salah satunya dari sanalah Saya mulai banyak lagi mendengar
tentang hal-hal yang terkait dengan Gunung Ciremai dari teman-teman pembaca.
Saat Saya bertemu dengan
Encam Saya menceritakan kepada Encam Saya menulis tentang pengalaman Kami
tersesat di Gunung Ciremai, Encam yang sebelumnya tidak pernah tahu sama sekali
bahwa Saya menulis pengalaman Kami saat tersesat yang Saya unggah didunia maya,
Saya bilang ke Encam mungkin nanti ada yang mencari kita Cam untuk menanyakan
pengalaman kita selama tersesat di Ciremai, bukan tanpa alasan Saya berbicara seperti itu karena Saya
sudah mengupload foto-foto dokumentasi tentang pendakian tersebut dan Saya
mendapat email dan komentar dari salah satu pembaca ada yang menanyakan kontak
Saya dan ingin bertemu untuk menanyakan langsung kepada Saya terkait pendakian
tersebut. Akhir - akhir itu Saya sering ngopi bareng dengan Encam bila waktu
Kami libur, Encam sempat menceritakan pengalamannya waktu baru pulang dari
pendakian Gunung Ciremai kurang lebih baru sebulan ia sudah diajak oleh salah
satu teman Saya untuk menemani karena yang mengajak Encam ternyata ia membawa
orang-orang yang katanya baru hoby naik Gunung, padahal badan Encam masih ada
sisa-sisa bekas luka dari pendakian Ciremai, singkat cerita akhirnya Encam ikut
pendakian tersebut saat mereka ngecamp saat sedang kumpul-kumpul diapi unggun
dengan pera pendaki lain ternyata salah seorang dari rombongan Encam ingin dikeroyok
para pendaki lain, saat itu Encam yang sedang istirahat di dalam tenda
mendengar keributan diluar akhirnya Encam keluar dari tenda ia langsung
mendekati tempat kejadian, entah kenapa setelah Encam menghampiri temannya
itu yang ingin dikeroyok tiba-tiba para pendaki yang sudah emosi kepada teman
Encam setelah melihat Encam seakan akan mereka reda tidak marah lagi bahkan
seperti orang yang sudah akrab atau benar-benar mengenal Encam, akhirnya
Alhamdulillah tidak terjadi apa-apa pada waktu itu suasana menjadi normal
kembali, Encam dan teman-temannya itupun heran kenapa kok bisa seperti itu
padahal Encam saat kejadian itu tidak melakukan apa-apa bahkan belum sempat
banyak bicara untuk melerai kejadian itu, bahkan dari para pendaki yang sempat
emosi ingin mengeroyok melontarkan kata,
"Oh Lo kirain siapa,
kalau gak ada Lo gak tahu dah gw abisin tuh anak"
Benar-benar Encam bingung
dia tidak mengenal salah satupun dari mereka para pendaki yang sempat marah itu
ke salah satu temanya, Encam saat ngobrol dengan Saya ia mengatakan apa ada
hubungannya gak yah dengan Ciremai karena waktu itu benar-benar belum lama
jaraknya dari pendakian Ciremai.
Lalu di tahun 2015 kalau
tidak salah di bulan Agustus atau di awal September ada salah seorang pembaca menanyakan kontak Saya dan ia sampai
menelpon Saya ingin mengangkat pengalam Kami untuk dijadikan film dokumenter
tujuannya untuk tugas akhir, saat Saya mendengar hal itu Saya belum menjawab
mengiyakan karena Saya harus bertanya kepada yang lain, Saya saat itu tidak dapat
memutuskan sendiri mengenai pengalaman tersebut karena ada ketiga teman Saya
yang terlibat dalam pendakian tersebut. Lalu Saya membicarakan hal tersebut
kepada Encam saja, karena yang lain Naning dan Peking Saya sangat jarang bisa
bertemu karena Peking tinggal di Karawang sedangkan Naning kalau tidak salah ia
tinggal di pondok gede pada saat itu dengan istrinya, jadi yang cukup mudah
ditemui hanya Encam saja, selang beberapa hari Saya berbicara dengan Encam team
yang ingin membuat film dokumenter itu tiba-tiba memberi kabar kepada Saya
bahwa ia ingin menemui Saya di rumah, dia menanyakan alamat rumah Saya,
tepatnya di hari libur mereka memberi kabar kepada Saya mereka sudah digang
arah rumah Saya.
Akhirnya Saya dan Encam
menemui team tersebut ia berjumlah lima orang, mereka sempat bingung
mereka sangka Kami sudah
berusia 40 tahunan keatas padahal kenyataannya tidak dan mereka juga menyangka
masih ada bekas luka-luka pada saat pendakian itu Alhamdulillah tidak ada juga
bekas itu, Kami semua merasakan suasana yang cukup akrab dengan team tersebut
cukup banyak pertanyaan yang mereka sampaikan sampai Saya memberitahu kepada
mereka album foto dokumentasi pendakian itu, mereka cukup kaget saat melihat
dokumentasi Kami karena cukup lengkap mereka tidak menyangka bahwa Kami masih
menyimpan surat jalan, tiket-tiket pendakian itu, saat melihat dokumentasi Kami
mereka semua terlihat sangat antusias sekali setelah melihat-lihat album foto
pendakian itu, salah seorang dari mereka berkata,
"Sebelum Saya
mengetahui pengalaman mas Utis, Encam dan kedua temanya, Saya sudah menemui
beberapa pengalaman pendaki lain yang tersesat juga tapi kebanyakan dari mereka
ada yang tidak selamat, setelah salah seorang dari teman Kami yang membaca blog
mas Utis Kami sangat tertarik karena mas Utis dan temannya semua selamat itu
alasan Kami benar-benar ingin membuat film dokumenter untuk pengalaman mas Utis dan
teman-teman?
Dan team tersebut itupun
mulai meminta kepada Kami untuk menceritakan hal-hal apa saja yang terjadi
selama pendakian tersebut Saya dan Encam mulai menceritakan hal-hal yang
terkait menurut Kami janggal selama pendakian, mereka lebih banyak menanyakan
keadaan saat Kami berada di goa walet karena salah satu dari team tersebut
ternyata ia seorang pendaki juga mungkin ia sangat penasaran dengan apa yang
Saya ungkapkan mengenai goa walet, kejanggalan tentang goa walet adalah setiap
kali Saya bertanya kepada seseorang yang pernah ke goa walet dan Saya tanyakan
juga kepada team itu kondisi goa walet pasti jawaban mereka berbeda pengakuannya
mereka pasti menjawab goa walet tidak sedalam yang Kami alami, mereka pasti
menjawab goa walet gak kaya yang Lo ceritain dia gak dalam dan gak seluas yang
Lo ceritain bahkan dari mulut goapun sudah kelihatan keseluruhan bagian goa
itu, bahkan Saya mengalami seseorang yang pernah sampai ke goa tersebut sampai
mengotot tetap goa walet kondisinya tidak seperti yang Kami alami karena orang tersebut sudah dua
kali kesana, bisa di katakan Saya hanya mengada-ada saja tentang goa tersebut,
Saya dan Encam melihat dari salah seorang team itupun sepertinya meragukan apa
yang Kami alami kondisi di goa tersebut, dan ada lagi hal yang sangat diragukan
oleh mereka yang Kami ceritakan tentang adanya pohon edelweis yang besar bahkan
sampai bisa dipanjat pasti orang Saya ceritakan hal tersebut mereka langsung
menjawab dengan spontan.
"Gak ada lah kalau
pohon edelweis sampai bisa dipanjat paling gede juga semana sih batang
edelweis".
Terus terang selama Saya
mendaki hanya pendakian Ciremai sajalah Kami berempat baru melihat pohon
edelweis sebesar itu dan bisa dipanjat oleh Naning saat ingin mengambil bunga
tersebut dan cukup banyak pohon tersebut yang besar oleh karena itu Saya
menyebut Padang edelweis, semoga bukan hanya Kami yang menemukan pohon edelweis
sebesar itu semua itu Saya kembalikan kepada diri masing-masing mau mempercayai
atau sebaliknya semoga teman-teman lain bisa menemukan pohon tersebut yang besarnya seperti Kami lihat
dan Naning panjat.
Selain itu Kami
menceritakan bahwa ada salah seorang yang Kami tuakan didekat rumah Kami saat
ia mengetahui Kami tersesat disana anehnya ia bertanya kepada Encam apakah dari
Kami berempat ada yang masih keturunan dari Banten karena menurut ia untuk ke
Gunung Ciremai tidak boleh seseorang yang masih memiliki keturunan dari Banten
menurutnya apabila yang masih ada keturunan dari daerah tersebut cukup besar
kemungkinan untuk tersesat di Gunung tersebut, dan Saya mendapatkan kabar dari
keluarga Saya yang berada di Sumedang dari mamang Saya, saat ia menceritakan
waktu Saya tersesat kepada seseorang, orang itu menjawab untung dari Kami
berempat masih ada keturunan dari Sumedang akhirnya Kami bisa selamat mendengar
kedua kabar tersebut Saya terus terang tidak mengerti untuk hal tersebut semua
itu menurut Saya Wallahualam.
Karena semua kita
kembalikan lagi kepadanya karena itu hanya keyakinan seseorang semata dan yang
terpenting tidak ada salahnya kita mulai mau mempelajari tentang kekayaan sejarah dan budaya bangsa kita
semoga kita semua mendapatkan penerangan hal tersebut.
Kejadian Yang Dialami Oleh
Team Pembuatan Film Dokumenter Saat Berada di Gunung Ciremai
Akhirnya singkat cerita
dari pertemuan itu team tersebut memutuskan pengalaman Kamilah yang ingin
diangkat untuk dijadikan bahan tugas akhir mereka dari sekian pengalam para
pendaki yang pernah ia temui atau diwawancarai, merekapun merencanakan waktu
pendakian untuk mengambil footage-footage langsung keGunung Ciremai untuk bahan
film dokumenter, Saya dan Encam menyarankan apabila team tersebut ingin
berangkat kesana untuk mengambil footage Gunung tersebut usahakan kalau bisa
memberi tahu kepada Kami sebelum melakukan pendakian kesana.
Ternyata Saya cukup kaget
salah satu dari team tersebut memberi kabar melalui Whatsapp ia sudah berada di
Palutungan ia mengirimkan foto ladang wortel yang pernah Kami lewati, team
tersebut menceritakan kepada Kami mereka membagi dua kelompok satu kelompok
melakukan pendakian untuk pengambilan footage dan satu kelompok lagi ditugaskan mencari info yang
terkait dengan pendakian Kami di desa Palutungan, kalau tidak salah team yang
mendaki kepuncak berjumlah tiga orang dan team yang mencari keterangan terkait
pendakian Kami di desa Palutungan sama berjumlah tiga orang juga, dihari Jum'at
pagi team yang melakukan pendakian ia mulai melakukan pendakian, lalu team yang
berada di desa Palutungan salah satu dari mereka menelepon Saya memberi kabar
bahwa team yang melakukan pendakian sudah berangkat, dan team yang dibawah juga
sudah memulai tugasnya yaitu mencari narasumber yang terkait dengan pengalaman Kami
ia mencari pak Sandi, ibu warung tempat Kami makan, dan orang yang dituakan di
desa Palutungan (kuncen). Keesokkan harinya team yang berada di bawah ia
mengatakan memberi kabar kepada Saya ia ingin mewawancarai pak Sandi orang yang
menjaga pos pendaftaran di Palutungan pada saat pendakian Kami pada waktu itu,
mereka sempat mengirimkan foto saat sedang ingin memulai wawancara dengan pak
Sandi untuk memastikan apakah benar itu orangnya yang sama pada saat Kami
mendaftar untuk pendakian pada waktu itu pak Sandi sama ternyata benar
itulah orang, satu orang dari mereka sedang menelpon Saya ingin memberitahu
bahwa mereka sudah akan melakukan wawancara mendadak team tersebut memutuskan
obrolan di telpon, setelah beberapa saat team tersebut ia menelpon Saya memberi
kabar wawancara di tunda dengan pak Sandi, Karena pak Sandi dan warga setempat
harus melakukan evakuasi bahwa ada empat orang pendaki dari Indramayu yang
meninggal tersambar petir tepatnya di Buper Palutungan, saat itu memang sedang
turun hujan dan angin yang cukup kencang disekitar desa Palutungan, mendengar
kabar itu Saya cukup kaget, Saya langsung teringat dengan team yang mendaki
sedang berada diatas sana, Saya langsung bertanya kepada team yang di bawah apa
mereka yang sedang muncak membawa HT agar segera bisa menghubungi mereka yang
diatas ternyata mereka tidak membawa HT, padahal waktu itu Saya sudah
menyarankan kepada mereka. Terdengar jelas seseorang dari team yang menelpon
Saya sudah sangat mengkhawatirkan dengan teman - temannya yang masih berada
diatas sana ia memohon agar Saya membantu berdoa untuk mereka semoga tidak
terjadi apa-apa kepada seluruh team yang sedang berada disana. Saat itu kira -
kira sebelum Ashar Saya mendapat kabar lagi team yang sedang turun belum
memberikan kabar kepada team mereka yang dibawah, team yang berada di desa
Palutungan mulai meminta pertolongan kepada ranger dan salah satu TNI disana.
Kalau tidak salah TNI itu masih saudara dari salah seorang team tersebut
apabila jam 20:00 WIB, Mereka belum juga turun mereka akan di jemput, sekitar
habis Magrib Alhamdulillah Saya mendapat kabar dari mereka ternyata mereka
sudah turun sudah sampai di Palutungan ternyata mereka waktu turun terkena
badai jadi mereka harus menunggu sampai kondisi aman itu pengakuan dari mereka.
Ungkapan dan Penjelasan
Kuncen Serta Narasumber Terkait Hal-hal Yang Terjadi Saat Kami Tersesat di
Gunung Ciremai
Beberapa Minggu kemudian
setelah pendakian yang mereka lakukan itu, salah seorang dari mereka
menghubungi Saya untuk melanjutkan proses pembuatan film dokumenter tersebut,
merekapun datang lagi kerumah Saya Alhamdulillah Kami masih bisa berkumpul lagi
dengan mereka, saat itu yang menemui mereka masih Saya dan Encam saja. Mereka
mulai menceritakan selama mereka berada disana, salah satu dari mereka
bercerita mengenai pendakian yang dilakukan team yang bertugas mengambil
footage-footage diGunung Ciremai, saat itu Jum'at pagi ia mulai mendaki di
tengah-tengah pendakian mereka bertemu dengan tiga orang bapak-bapak yang
sedang turun dari atas namun yang janggal menurut mereka ketiga orang tersebut
berpakaian lengkap seperti orang yang mau berangkat kemasjid lengkap
dengan sarung, kopiah, dan baju
koko, merekapun bertanya kepada ketiga orang itu,
"Bapak hanya bertiga
saja dan dari mana Pak?"
"Dari puncak sana dek,
Kami tidak hanya bertiga ada teman satu lagi di belakang nanti menyusul".
Jawab Si Bapak.
Team tersebutpun
melanjutkan lagi perjalanannya sampai pada waktunya mereka beristirahat salah
seorang dari team saat ia istirahat merasa ada yang mengikutinya seakan-akan
seperti ada yang mengintip saat mereka istirahat dari balik pohon dekat mereka
istirahat tapi saat ia melihat kearah yang mengintip tidak ada apa-apa mereka
anggap itu hanya perasaannya saja, lalu merekapun melanjutkan lagi pendakiannya
hingga sampailah kepuncak Gunung Ciremai, mereka teringat dengan perkataan
bapak-bapak tadi yang bertemu di jalan katanya ada satu lagi temannya yang akan
menyusul mereka bertiga turun, tetapi team tersebut tidak menemukan siapa-siapa
lagi saat mereka sampai di puncak itulah salah satu kejanggalan yang mereka
alami saat proses pendakian. Lalu team tersebut menunjukan video hasil
rekaman mereka di goa walet,
ternyata benar hasil rekaman video mereka sangat berbeda dengan kondisi saat
Saya dan ketiga teman Saya waktu menginap di goa walet pada saat itu, Saya dan
Encampun sempat terdiam sebentar saat melihat video hasil rekaman mereka, di
video tersebut goa walet tidak sebesar dan seluas apa yang Saya alami waktu
itu, bahkan team tersebut dapat menjangkau keseluruhan bagian goa tanpa bantuan
penerangan bisa dikatakan goa tersebut cukup kecil intinya tidak seperti apa
yang Saya alami, persis ungkapan para pendaki yang pernah Saya tanya sebelumnya
yang pernah kegoa walet ukuran goa sama dengan hasil video rekaman mereka itu.
Lalu seorang dari team
mereka yang mewawancarai salah satu kuncen di desa Palutungan mulai
menceritakan pernyataan dari kuncen tersebut mengenai goa walet ternyata di goa
walet tersebut ia mengatakan ada pesantren goib dan goa itu bisa terlihat
seperti apa yang Saya lihat dengan ketiga teman Saya menurutnya benar itu bisa
terjadi atau bisa saja seperti itu adanya kondisi goa walet namun apabila
seseorang itu memiliki Indra keenam atau kemampuan melihat alam lain. Saat Saya
mendengar pernyataan itu yang
disampaikan mereka Saya hanya bisa terdiam, dan cukup menjawab rasa penasaran
Saya tentang situasi dan keadaan goa walet saat Kami berada disana pada waktu
itu.
Untuk pernyataan pesantren
goib yang disampaikan kuncen itu yang berada di goa walet entah ada hubungannya
dengan team yang melakukan pendakian saat mereka bertemu dengan ketiga orang
bapak-bapak yang sedang menuju turun dari puncak Ciremai yang berpakaian
seperti orang yang mau berangkat kemasjid dan kebetulan saat itu team yang melakukan
pendakian tepat di hari Jum'at apakah hal itu ada kaitannya dengan pesantren
goib yang berada disana Wallahualam. Ada hal juga yang disampaikan dari team ia
mendapat informasi seseorang yang pernah menginap digoa walet selama tiga bulan
nama beliau Krisna, ia menanyakan kepada Kami apakah Kami pernah tahu orang
tersebut Saya dan Encam menjawab Kami tidak tahu sedikitpun tentang orang
tersebut bahkan Kami baru mendengar dari mereka, jadi masih banyak lagi hal-hal
terkait tentang goa walet biarlah hal itu kita jadikan untuk menambah keimanan
kita, semua itu kembali lagi kita serahkan kepada sang pencipta karena itu termasuk salah satu
bukti kebesarannya,
"Walaupun air laut
dijadikan tinta untuk menuliskan kebesarannya bahkan air laut itupun ia tambahkan
lagi tetap saja tak akan mampu untuk menuliskan kebesarannya".
Lalu mereka menyampaikan
kembali hasil wawancara dari kuncen tersebut mengenai apa yang pernah Kami
lihat saat tersesat dimalam pertama, tentang perkampungan yang berada di lembah
Gunung Ciremai yang saat itu Kami lihat dengan jelas hingga terlihat genting-genting
pemukiman saat Kami disana, ungkapan dari kuncen tersebut mengenai kampung di
lembah Gunung Ciremai konon katanya memang benar keberadaanya ada sebuah
perkampungan di lembah Gunung Ciremai yang diberi nama atau sebutan kampung
mati kampung itu entah kemana saat ini keberadaanya tidak diketahui dengan
persis bisa dikatakan kampung tersebut menghilang begitu saja atau lenyap keberadaannya, kemungkinan Kami saat tersesat
waktu itu ditunjukan keberadaannya itulah ungkapan dari kuncen tersebut.
Ada satu hal lagi yang
sangat cukup menarik mengenai kesaksikan dari keluarga ibu warung tempat Kami
makan setelah Kami selamat, team tersebut mencari dimana warung itu berada dari
penjelasan Saya waktu sebelum mereka berangkat, mereka menanyakan dan mencari
informasi dari warga sekitar Palutungan karena kondisi disana sangat berbeda
dengan kondisi di tahun 2002 waktu Kami melakukan pendakian, singkat cerita
mereka akhirnya menemukan rumah keluarga ibu warung yang sudah tidak berjualan
lagi dan ternyata ibu pemilik warung itupun ternyata sudah meninggal dunia,
"Mari kita mendoakan
untuk ibu warung itu semoga amal ibadahnya diterima Allah SWT, amin ya robbal
alamin".
Saat itu team hanya bertemu
dengan keluarganya dan anaknya yang membantu berjualan pada waktu itu,teampun melakukan wawancara dengan anaknya team
tidak begitu yakin akan mendapatkan informasi yang terkait tentang Kami karena
hanya bisa mewawancarai anaknya saja mengapa seperti itu karena sebelumnya team
sudah mewawancarai pak Sandi saja orang yang menjaga pos Palutungan waktu Kami
mendaki yang sempat beberapa menit bertatapan langsung dengan Kami saja, saat
team menunjukan album foto dokumentasi Kami yang mereka bawa itu pak Sandi
tidak ingat satupun dari Kami berempat dan bahkan data pendaki waktu itu tidak
ada nama-nama Kami didaftar pendakian, dari pengakuan pak sandi sejak Gunung
Ciremai berubah status dari hutan lindung menjadi kawasan taman Nasional
tepatnya 19 Oktober 2014 diresmikannya, data pendakian ditahun sebelumnya tidak
tercatat dengan rapih karena pencatatan waktu itu masih manual atau ala
kadarnya, yang Saya pernah ungkapkan pada waktu Kami mendaftar pendakian pos
pendakian memang terlihat sudah tidak layak atau sudah jarang berfungsi itu
mungkin salah satu alasan data Kami tidak ditemukan. Tetapi yang sangat membuat
kaget team tersebut saat mewawancarai anak ibu warung ternyata di luar
dugaan mereka saat ditunjukan foto-foto Kami, anak ibu warung saat
melihat-lihat album dokumentasi Kami, ternyata ia masih mengenali salah satu
dari Kami berempat anak ibu warung mengenali Naning saja dari Kami berempat
saat melihat foto-foto dokumentasi Kami, Ia berkata,
"Kalau yang ini Saya
tahu Saya masih ingat dia malah di kasih sarung sama alm.ibu Saya, ibu
memberikan sarung keorang ini, yang di maksud orang ini itu Naning, tapi kalau
yang ketiga lainnya Saya tidak tahu".
Saat itu juga salah seorang
team yang mewawancarai saat mendengar pernyataan itu ia langsung menelpon Saya
untuk menanyakan pengakuan anak ibu warung yang masih mengenali Naning saja
dari Kami berempat, Sayapun langsung menjawab Saya masih sangat ingat persisi
kejadian itu tidak ada salah satu dari Kami yang diberikan sarung oleh ibu
warung saat itu, team yang sedang menelpon Saya menjawab beneran mas anak ibu
itu sangat yakin dan ingat bang Naning dikasih sarung saat kewarung katanya
bang Naning kondisinya kedinginan makanya ia dikasih sarung kata anak ibu
itu.
Akhirnya setelah team
menjelaskan hal itu dan sudah tahu jawaban langsung dari Saya merekapun
melanjutkan mewawancarai anak ibu warung itu dan akhirnya anak ibu warung itu
mengirimkan salam kepada Kami berempat agar Kami bisa main kerumahnya untuk
bersilaturahmi, saat mendengar hal itu jujur Saya sangat ingin bersilaturahmi
dengan keluarga ibu warung semoga Kami secepatnya bisa bersilaturahmi ke sana.
Itulah penjelasan orang -
orang yang terlibat dari pengalaman Kami waktu itu.
Singkat cerita Setelah itu
team tersebut memberi kabar kepada Saya film dokumenter sudah ditahap kurang
lebih 70% di saat itu mereka terlihat kurang terbuka kepada Kami mengenai film
tersebut, disuatu hari waktu mereka ke rumah masih dalam proses pengerjaan film
tersebut tiba-tiba salah seorang dari mereka mendapat telepon entah dari siap
mereka memenangi festival film dokumenter kebetulan ia juara 1, tanpa mereka
sadari mereka spontan saat mendengar kabar itu histeris mengungkapkan
kegembiraannya didepan Kami berdua, Sayapun dan Encam langsung bertanya.
" Menang apa Lo sampe
seneng banget?”
"Ia Kang, Kami menang
festival film dokumenter tentang pengalaman akang dan teman - teman malah film
Kami juara 1 Kang!"
Saya saat mendengar itu
sudah mulai tidak mengerti apa maksudnya dari team tersebut, awal Kami mau
membantu atau bekerja sama dengan mereka karena mereka memohon pembuatan film
dokumenter pengalaman Kami untuk tugas akhir, namun kenyataanya mereka tidak
sesuai dengan apa yang ia katakan sebelumnya, saat ia mengikutkan festival film
dokumenter pengalaman Kami, ia tidak pernah membicarakan sedikitpun kepada
Kami, bahkan beliau sudah mendapatkan produser untuk film dokumenter Kami,
jangankan membicarakan tentang materi, Kami berempat sedikitpun tidak
mengharapkan apapun dari mereka bahkan saat Kami semua diwawancarai untuk
menceritakan pengalaman Kami Masing-masing, saat itu rumah Peking yang paling
jauh dari rumah Saya dia rela dari Karawang ke rumah Saya untuk membantu team
tersebut pada saat itu, ia berangkat malam agar bisa melakukan wawancara yang sudah ditentukan besok
pagi sampai ia membawa anaknya yang masih kecil dan istrinya menggunakan motor.
Ia sangat ikhlas tak mengharap imbalan apapun karena itu semua bertujuan hanya
untuk bisa membantu orang yang membutuhkannya dia sangat senang dirinya apabila
bisa membantu seseorang atau Kami bisa bermanfaat untuk orang lain, namun apa
yang terjadi team tersebut saat Saya meminta hasil film dokumenter yang mereka
buat malah Saya ditanya balik oleh salah satu team mereka ia bilang,
"Memang Mas Utis mau
jual kemana filmnya?”
Saat mendengar hal itu Saya
spontan emosi ternyata seperti itukah mereka, sebenarnya Kami berempat memiliki
hak untuk mengetahui hasil film tersebut namun kenyataanya malah mereka
bersikap seperti itu kepada Kami.
Kami tidak pernah
diberitahu film tersebut bahkan salah satu dari mereka memaksa Kami berempat
untuk menandatangani tanda tangan sebuah surat terkait film dokumenter itu,
Sayapun langsung menolak Saya tidak akan pernah menandatangani film tersebut
dan ke tiga teman Sayapun sama,
mereka tidak ingin menandatanganinya, bahkan team tersebut berusaha menghubungi
satu persatu dari Kami namun tetap saja Kami tidak ada yang mau untuk melakukan
itu.
Akhirnya salah satu dari
team mereka mengirimkan film dokumenternya namun tidak sesuai dengan apa yang
ada bisa dikatakan mereka ingin membodohi Kami ia mengaku itu hasil filmnya
yang mereka buat, dan mengirimkan trailernya sudah sangat berbeda kualitasnya
sampai hari ini, Kami tidak mengetahui karya mereka yang sudah menjuarai salah
satu festival film dokumenter, saat trailer di berikan kepada Saya, salah
seorang dari mereka menghubungi Saya ia bilang apabila Saya ingin meng-upload
trailer tersebut minimal harus menunggu satu tahun dari sekarang.
Dari situlah Kami dan
mereka tidak ada kabar lagi bahkan nomor telepon dan akun Facebook mereka dan
emailnya sudah tak aktif lagi saat Saya coba cek, itulah salah satu pengalaman
Kami bertemu dengan team pertama pembuatan film dokumenter, setelah itu ada
lagi salah satu team stasiun TV swasta yang menemui Saya beliaupun sama ingin membuat film dokumenter pengalam Kami
untuk salah satu acara baru di stasiun TV nya yang mengangkat genre horor ia
meminta izin agar Saya mau diwawancarai namun Saya jawab Saya tidak bisa
memutuskan sendiri untuk hal itu dengan kata lain Saya menolak karena ketidak
jelasan mereka, lalu ternyata stasiun TV tersebut menayangkan film dengan benang
merah bercerita pengalaman Kami namun pemerannya atau tokohnya diubah menjadi
ada satu wanitanya, entah apa yang ada di kepala mereka.
Dan yang terbaru beberapa
bulan yang lalu Saya kedatangan lagi seorang jurnalis dari salah satu stasiun
TV swasta yang ingin mengundang Saya ke studionya untuk mengangkat pengalaman
Kami di acara barunya bergenre horor dengan versi podcast. Kami bertemu
dengannya jurnalis tersebut sekitar jam 11 malam ia sampai di rumah Saya saat
itu Kami membicarakan hal yang direncanakan untuk pembuatan podcas terkait
dengan pengalaman tersesat Kami. Saat itu Kami berempat Saya, Encam, salah satu
teman SD Saya, dan jurnalis tersebut. Seperti biasa Kami semua langsung merasa
akrab begitu saja, obrolanpun mulai seru
karena ada kesamaan cara berpikir Kami atau memiliki cara pandang yang sama
dengan Kami hingga tak sadar adzan subuh pun berkumandang lalu kita bubar,
berapa hari kemudian karena jurnalis itu tidak ada kabar lagi Saya coba
mengabarinya ternyata beliau setelah pulang dari rumah Saya pada hari itu ia
langsung masuk IGD.
Katanya setelah pulang dari
rumah Saya setelah Kami membicarakan podcast yang ingin ia buat terkait
pengalaman Kami badan ia terasa lemas hingga ia harus ke IGD, setelah beberapa
hari kemudian Sayapun menanyakan keadaan dia ia menjawab sudah sehat dan sudah
kembali lagi beraktifitas namun entah ada apa yang awalnya ia sangat ingin
mengangkat pengalaman Kami seakan-akan seperti tidak pernah ada rencana untuk
pembuatan podcas yang mengangkat pengalaman Kami itu, sampai hari ini ia tidak
sama sekali memberi kabar. Semoga untuk semua yang pernah ingin mengangkat
pengalaman Kami selama tersesat 3 hari di Gunung Ciremai, apapun niat dan
maksudnya semoga mereka semua selalu sehat dan dilindungi Allah SWT,
Sebuah pepatah mungkin
rambut kita sama hitam namun dalam hati seseorang tak pernah dapat kita
ketahui, Wassalam.
271 Comments
yo......!
ReplyDeleteMerinding sy bang bacanya.. Tapi bener lo, dati awal sampe akhir kagak bisa berenti.. :D
DeleteSeru bang utis cerita nya. Tapi serem bgt dah sampe merinding mana pas mlm jum'at baca nya 😂
Deletesiip aa... terus lanjutkan..
ReplyDeleteia tanks ya........!!
DeleteCerita yg sgt seram n ambil pengalaman nya
DeleteSalam dari Msia...saya amat tertarik dengan cerita kamu...best!saya juga punya minat yg sama seperti kamu..congratz! Jika ada lg cerita mengenai panjat gunung,cerita lg ya...
ReplyDeleteOke Tanks , sip semoga niat nya cepat di jalani amin...! Slm kenal juga
DeleteCiremai memang penuh dengan misteri alamnya yang asri..awalnya saya tidak tertarik untuk membaca tulisan mas Utis, tapi stelah membaca sedikit saya menjadi tertarik untuk membacanya sampai habis..kisah yang mungkin terlihat seperti skenario pembuatan cerita, sungguh saya merinding membacanya.Saran mas Utis, mungkin tulisan anda ini bisa dirapikan kembali dan dibukukan dengan apik, selain untuk arsip sendiri, juga bisa untuk d share ke semua orang yang tertarik, karna di dalamnya menceritakan pengalaman yang bisa jadi pembelajaran bagi orang2.
ReplyDeleteTanks ya gan ,sudah mau baca & saran nya.. Salam Stabil sllu!!
ReplyDeletewah gila ceritanya seru hahahha
ReplyDeleteane ampe merinding bacanya haha
overall keren
cuman misterinya aja belum terpecahkan knpa kalian ampe tersesat 3 hari ahahhaa
tulisannya bagus
Tanks Ya gan berbagi juga ya penglaman nya , slm kenal.
DeleteTanks ya agan2 yang udah mw sempetin wkt buat ngebaca coretan - coretan pengalaman saya melalui hidup ini , Tanks & slm Stabil sllu.
ReplyDeletehi Othies, nice story :)
ReplyDeleteCeremai memang aneh thies, jngankan gunungnya, di Kuningan nya sndiri pun msh bnyk hal2 yg berbau "aneh" >.<
trs Naning nya gmna skr?
udh bnr2 sht atau msh ada hal aneh didirinya?
Salam kenal Anggini , tanks sebelumnya udah sempetin baca ya !
DeleteSekarang alhamdullilah naning sudah sehat kembali.
oh ia maaf anggini asli orang kuningan ya?
WOW..........o.o
ReplyDeleteikutan share ya gan.
sy jg hampir tersesat di jalur yang sama hanya saja sy berangkat dari jalur sebaliknya.
sy mendaki hanya ber 2 dengan karib sy yng bernama wanto, rencana awalnya sih ber 3 tapi 1 orang batal berangkat di menit2 terakhir. sy naik dari jalur linggarjati dan rencananya turun dari palutungan, awalnya perjalanan lancar2 saja sampai ketika sy sampai di puncak ciremai wkt itu sktr jam3 sore, tiba2 lutut sy terasa sakit sekali. untuk bergerak sedikit saja rasanya susah. seperti engsel pintu yang sdh berkarat tanpa pelumas samasekali, mungkin karena terlalu diporsir dan dipaksakan waktu perjalanan naik. mual rasanya membayangkan harus bejalan turun dengan rasa sakit seperti itu.
ahkirnya kami memutuskan untuk mengistirahatkan kaki saya sejenak lalu memaksakan diri untuk turun lewat palutungan dengan pertimbangan jalur palutungan lebih landai dan bersahabat dengan kondisi kaki saya. sekitar jam4 sore kami memutuskan memulai perjalanan turun dan rencananya membuka base camp di goa walet karena nggak mungkin untuk bermalam di puncak. saat itu kondisi puncak sedang lumayan parah angin meraung2 melewati cekungan kawah, untuk ngobrol saja kami harus berteriak karena kerasnya suara angin, dan untuk berdiri pun terasa sulit, kalau dibandingkan rasanya terpaan angin seperti mengendarai motor 100km/jam.
kami meniti pinggiran kawah dengan hati2 sekali malah kadang2 harus merangkak karena terpaan angin sering membuat kami hilang keseimbangan. dengan hati berdebar dan terus menguatkan hati bahwa kami sanggup melalui nya karena kalau sampai kami terjatuh kawah sudah siap menyambut kami yang dalamnya entah berapa ratus meter. setelah bersusah payah melewati pinggiran kawah lalu kami menemukan jalan turun dari bibir kawah, kami terus mengikutinya kurang lbh sekitar 1 jam berjalan sampai akhirnya kami masuk ke ladang edelwis dan jalan makin samar mengarah ke bawah lembah yang mungkin menurut sy jalan inilah yang membuat oethis dkk tersesat.
namun sy bersyukur tidak mengambil jalan tsb karena sy yakin dengan kondisi lutut yang sakit parah tidak mungkin sy bisa merambah hutan seperti yang oethis dkk telah lalui. karena ragu dan kami lihat sudah jam 5 sore kami tidak mau mengambil resiko untuk meneruskan melalui jalan tsb. karena sy sdh tidak dapat menahan rasa sakit pada lutut sy kami lalu istirahat lagi, sekitar setengah jam kemudian kami balik badan kembali melewati jalan kami sebelumnya namun dengan kecepatan 2x lebih lambat, sy tidak lagi dapat berjalan dengan normal, sy harus memotong ranting dan membuat tongkat untuk membantu sy berjalan.
kami kembali sampai di puncak dengan susah payah sekitar jam 7mlm kondisi angin lebih parah dari tadi sore ditambah lagi kondisi gelap kami harus kembali meniti bibir kawah, ciut sudah nyali kami, tapi bagaimanapun kami harus melaluinya untuk menghindari hipotermia karena bermalam di puncak. masih terbayang melihat wajah wanto yang pucat ketakutan dan mungkin wanto pun sama. namun tidak ada dari kami berbicara negatif, walaupum sy tau hati kami sdang bergulat untuk menguatkan hati masing2. kami berdua sepakat bahwa kami berdua harus turun dengan selamat. setelah bertaruh nyawa melewati bibir kawah perjalanan turun pun dimulai dan bagi sy rasanya sangat menyakitkan karena yang tadinya hanya sebelah lutut yang sakit sekarang kedua lutut terasa sakit.
Monggo gan , Ini mungkin salah satu tempat silaturahmi gan jadi silahkan aja bagi agan - agan yang lain yang ingin share Semoga bermanfaat bagi agan2 yang sama Hobinya , salam kenal & Stabil sll.
Deletesampai di pengasinan nuansa mulai berubah mencekam bulu kuduk sy selalu berdiri tp sy berusaha mengabaikannya, ditambah lagi kondisi medan yang sangat curam kontan sy tidak lagi bisa berdiri untuk berjalan turun krn kedua lutut sudah sulit untuk ditekuk. ingin rasanya untuk membuka tenda dan beristirahat di pengasinan tapi entah kenapa perasaan sy tidak enak di tempat tsb dan naluri saya mengatakan untuk berusaha sejauh2 nya dari tempat itu baru buka tenda (parno kali yah). sy berdiskusi dengan wanto tp dia bilang melihat keadaan sy yang cidera sebaiknya kami buka tenda, tp sy lihat ada yang lain pada wajahnya. lalu sy tanya kenapa, apa kamu ngerasa ngga enak disini? wanto sedikit terkejut krn sy bisa membaca apa yang dia rasakan, lalu sy bilang sy jg merasa sama, akhirnya kami memutuskan untuk memaksakan diri untuk turun ke sangga buana2, seumur hidup sy tidak akan pernah lupa bahwa sy pernah "ngesot" secara harfiah selama ber jam2 dari pengasinan sampai sangga buana 2.
ReplyDeletetengah malam sy sampai di sangga buana2 dengan celana yang sobek dan badan yang rasanya mau rontok. lalu kami buka tenda masak mie instant, makan terus tidur ditemani suara angin dari puncak ciremai yang menderu2.
paginya lutut sy msh terasa sakit walaupun masih rada mendingan dibanding td malam, kami sarapan lalu packing dan mengisi botol a*ua 1.5 lt dari cerikan batu yang berisi air embun. butuh seharian untuk sampai di pos cibunar krn saya hanya bisa berjalan pelan2 ditambah hujan lumayan lebat membuat jalan setapak jd terganang dan licin. Alhamdulillah kami masih diberikan keringanan dibandingkan dengan apa yang telah kalian alami. tapi semoga ini semua menjadikan kita lebih kuat dan tabah menghadapi segala tantangan dalam kehidupan. rencananya minggu depan kami berdua akan mendaki ciremai kembali lewat jalur palutungan dan turun lewat jalur apuy. ada yang mau ikuuuttt??
Sukses ya gan ,di tunggu ceritanya?
DeleteSaya juga sama, mendaki dari Palutungan, turun ke Linggarjati.
ReplyDeletePendakian kami non-stop 24 jam lebih, karena rombongan dibagi dua dan saya termasuk rombongan belakang yang membawa orang sakit (ber-4 saja), sialnya logistik tertinggal di rombongan depan. Sehingga kami kekurangan logistik, walhasil kami setiap bertemu pendaki lain meminta makanan dan minuman, bahkan menumpang api unggun. Karen tenda dll, dibawa rombongan didepan untuk persiapan awal, nyatanya kami tertinggal jauh karena teman yang sakit (2 orang) tidak sanggup berjalan cepat. Sampai puncak setelah terbit matahari, kami bertemu rombongan lain. Kami tidak camp di goa Walet, karena dingin sekali, rombongan memasang tenda di samping jalur pendakian, sekedar berteduh saja. Memang sedikit memutar ke sebelah kanan puncak untuk turun ke arah Linggarjati.
Saat turun juga kami sempat bingung, jalannya semacam tertutup. Tapi teman masih ada yang hapal dan 'nekat' mengikuti intuisinya, kalau tidak salah karena itu malam hari setelah menuruni ladang edelweiss, kami selalu mengambil arah kanan, rongga yang dikira jalur air juga kami lewati, kami mengira itu jalur babi hutan malahan. Perjalanan turun sekitar sehari semalam, bekal habis dan luka di kaki akibat sepatu dan batu/ranting. Jalurnya memang sangat 'dahsyat', menantang mental. Tetapi setelah melihat hutan pinus, kami juga bersyukur sudah dekat dengan kehidupan penduduk, terlebih penjual bakul nasi pada pagi hari...haha.
Setelah sampai bawah, teman saya bercerita sewaktu di padang edelweiss saat turun, dia melihat nenek-nenek, tapi tak ia ceritakan saat kita jalan beriringan. Kalau diceritakan, kami pasti gak tenang pas turun...haha. Nampaknya sama seperti nenek yang di cerita kalian. Sungguh pengalaman kalian sangat luar biasa. Pengalaman seumur hidup yang tak akan terlupa. Semoga tulisan kalian bisa dirapihkan lagi, untuk menjadi pembelajaran bagi yang lain. Btw, edelweiss jangan dipetik, itu bukan etika pendaki :).
Mendaki gunung memang menyadarkan diri kita ini kecil dihadapan Yang Maha Esa, alamNya saja luar biasa, kita ini sangat kecil dan lemah. Saya harap para pendaki lain (pemula) bisa lebih bijak saat mendaki, bukan untuk bergaya. Mendaki itu untuk bertahan hidup
Salam rimba..
Tanks Bang Ahmad atas saran dan petuahnya bagi kami pendaki pemula, Salam stabil sllu dari kami!
Deletekalo dibikin film kayaknya bagus nih. hehe
ReplyDeleteAmin Pinginnya sih he....! Tanks Ya dah Mau sempetin baca!
Deleteemang gunung ciremai menyimpan sejuta misteri, saya sendiri baru tahu setelah pulang dari pendakian gunung ciremai kemarin. Pendakian ini serba mendadak, sekitar jam 5 jumat sore saya mendapat telfon dari teman pendakian puncak pangrango. Dia mengajak untuk mendaki gunung Ciremai besok pagi, pas 17 Agustus. awalnya saya menolak, tapi setelah di rayu - rayu akhirnya saya berangkat dengan catatan saya hanya membawa baju ganti dari Cikarang. dan untuk tenda, matras dan SB teman saya yang persiapkan. Maklum anak kost, gear nya pada berpencar untuk ngurangin space di kamar :).
ReplyDeleteJujur aja, saya sendiri masih awam dengan jalur pendakian gunung Ciremai begitupun dengan teman saya. Tidak ada kekhawatiran selama pendakian, kami semua bertujuh 2 cewek dan sisanya cowok dan membawa 2 tenda. Pendakian dimulai start dari base camp Linggarjati jam 7 pagi, dan sampai di pos bayangan sebelum pos Batu Lingga jam 8 malam. Selama pendakian ini tidak ada yang janggal hingga tiba kami muncak pagi harinya dengan persediaan air yang terbatas.
akhirnya Minggu sore setlah kami muncak sekitar jam /7 malam sehabis maghrib kami turun k pos Cibunar. Tidak ada yang aneh dalam perjalanan pendakian kemarin semua berjalan lancar seperti yang diharapkan. Namun di pagi hari ketika kami ingin muncak, kami sempat mendengar suara kuda di sekitar kami camp dan itu terdengar sangat jelas. Tapi ya itu kami tetap aja cuek dengan hal itu. Hingga tiba kami turun k pos Cibunar dengan persediaan air yang tinggal 1 botol untuk kami bertujuh. Dari pos kami camp sampai pos Bapa Tere tidak ada kendala yang berarti. Untuk menuju pos selanjutnya kami lanjutkan kembali dengan biasa-biasa saja. Jarak dari pos Bapa Tere ke pos Tanjakan agak lumayan jauh. Nah dari sini mulai lah sesuatu yang tidak biasa. Disini saya sendiri yang memimpin untuk menuju jalur turun, hingga kami semua sampai di jalur yang agak curam dan harus menuruninya dengan memegang tali dan ranting pohon yang ada di sekitar nya. trek nya tersebut cukup panjang dan harus berhati-hati karena jalurnya sendiri licin. hingga akhirnya sampai di pertengahan feeling saya mengatakan bahwa kami slah jalur. Untuk menghindari kepanikan di antara kami saya hanya berkata dalam hati dan dengan membaca bismillah saya terus melanjutkan melalui trek tersebut dengan yakin berharap kami tidak kesasar. Hingga selang setengah jam kami melewati jalur tersebut akhirnya saya dapat menemukan jalur yang asli dan memang ternyata jalur yang barusan kami lalui sebenarnya sudah ditutup oleh pendaki lain dengan menggunakan tali rapiah yang di bentangkan. Hingga di saat yang bersamaan salah satu teman saya berkata "Tri, Lo yakin ini jalurnya, perasaan kemaren kita gak lewat jalur ini dah??" tapi dengan santai nya saya menjawab dengan tujuan menghindari kepanikan di antara kami "Iya bro, tadi salah jalur tapi sekarang udah ada di jalur yang bener kok gw yakin sambil sedikti tawaan untuk mencairkan suasana :)" setelah itu kami break sebentar untuk minum, disini mulai terlihat teman saya sudah mulai drop. dengan air minum yang kami bawa, kami minum dahulu seteguk/ orangnya untuk menghemat air sampai dibawah. Hingga tiba kita di tanjakan seruni jam 8 malam. break sebentar untuk memulihkan tenaga sambil berharap bertemu dengan pendaki yang lain untuk sekedar meminta persediaan air karena hari itu kami lah team yang terakhir Summit ke puncak gunung Ciremai. Selanjutnya kami menuju pos pangalap, kemudian saya meminta kepada pak Edi untuk memimpin jalan trun dan saya bertindak sebagai sweaper di belakang. saat itu memang sebagian besar dari kami mengalami dehidrasi shingga kami harus berjalan dengan banyak beristirahat selain itu Bang Onai juga mengalami sakit di kaki kirinya karena urat nya tertarik.
Setelah itu tiba kami di pos Pangalap. Lalu lanjut lagi ke pos kuburan Kuda. perasaan saya biasa saja waktu tidak ada yang dikhawatirkan karena saya pun selalu berpikiran positif dengan niat yang baik pula, hingga tiba kami di jalur yang terjal dengan menuruni akar- akar pohon. Ditengah jalur tersebut tiba-tiba teman saya berbisik kepada saya "Tri, hati-hati jangan sampai kosong pikirannya dibelakang lo banyak !!!" spontan saya langsung menjawab "iye-iye santai aja" tapi di dalem hati sya berkata "nah lohhh??" tadinya persaan biasa-biasa aja mulai jadi agak tegang. sempat kesal juga sieh dengan teman saya itu, kenapa harus berkata seperti itu ditempat yang gak seharusnya. Seharusnya bagi mereka yang bisa merasakan bisa bijak menggunakan kelebihannya itu supaya tidak menimbulkan pkiran negatif dan kepanikan di dalam team. Apalgi teman saya itu mulai terlihat mimik muka yang Gugup dan Panik hingga dia berkali-kali menyerukan "ayo donkk jalannya di percepat". dari sini lah dimulai kepanikan di team kami ditambah lagi bang Onai yang kakinya cidera hingga tidak bisa dipaksakan jalan terlalu cepat. saya yang tadinya biasa saja mulai agak terbawa suasana kepanikan di team saya. Tapi saya mencoba untuk menenangkan persaan saya sendiri, hingga tiba di pos kuburan kuda tiba-tiba badan saya mulai mengeluaran keringat dingin. entah apa penyebabnya, lalu terlihat dari atas ada yang mendirikan tenda kami mencoba menghampiri tenda tersebut dan meminta persediaan air. Salut juga saya berkata dalam hati, berani dia mendaki sendiri ke puncak Ciremai dan mendirikan tenda di bwah pos Kuburan Kuda. kami pun dapet 2 botol air minum kemasan 600 ml lumayan untuk persediaan ke bawah. Sebelum kami sampai di pos Condong Amis kami bertemu lagi dengan pendaki yang camp di sebuah pos bayangan. Kami pun kembali berbincang sekalian break dan meminta persediaan air dan untuk mengurangi beban akhirnya kami berikan persediaan logistik kami yang dirasakan menambh beban kepada mereka. dan Mereka berkata untuk sampai di pos Cibunar paling 3 jam an lagi. Disitu saya mulai agak lega, namun ditengah perjalanan menuju pos Condong Amis lah mulai lagi susana menjadi horror. ditengah perjalanan, kami mendengar suara yang entah suara apa. Hingga spontan mbak Rini berkat "eh ayoo suara apa an tuhh" otomatis kami mempercepat langkah kami. Disini kami tidak banyak bicara tentang hal-hal yang seperti itu hanya bisa bungkam. Dan saat tiba di hutan pinus dekat sudah dekat dengan pos Cibunar mbak Rini yang jatuh, Kennah yang tiba-tiba kakinya terkilir dan Mas Edi yang harus saya bantu karena mata nya sedikit blur melihat pandangan di depannya kurang jelas. Mungkin ini efek dari kelelahan dan dehidrasi. Hingga kami tiba di pos Cibunar dan langsung ke Base camp. dan tiba di base camp jam 3 pagi. barulah kami disitu mulai berani bercerita apa yang terjadi di perjalanan.
ReplyDeleteHanya sekedar sharing aja, mungkin tidak ada yang menarik dari cerita saya diatas :)
tapi pada intinya ada dan tidak ada, percaya dan tidak percaya dengan makhluk dari dunia selain dunia kita intinya terletak dari diri kita sendiri. tergantung dari kita menyikapinya, bila kita berngkat dengan niat yang dan tentunya diiringi dengan perbuatan yang baik pula insyaallah semua akan baik-baik saja.Tidak akan ada asap jika tidak ada api, jadi coba lah hargai alam. Kita mendaki hanya untuk menikmati pesona puncak dari masing-masing gunung, dan mendapat pelajran yang bisa kita ambil dari perjalanan menuju puncak nya. Saya pernah membaca moto seperti ini "Jangan ambil apa pun selain gambar, jangan tinggalkan apa pun selain jejak, dan jangan bunuh apapun selain waktu". sekira nya moto itu cocok bagi yang mempunyai hobi di alam luar seperti saya ini. Tapi sekali lagi kejadian yang diatas semat-mata hanya pengalaman saya saja selama mendaki gunung Ciremai, dan untuk kejadian-kejadian yang janggal seperti apa yang sudah alami hanya merupakan bumbu-bumbu penyedap dalam setiap perjalanan saya. Dan bukan bermaksud untuk men Judge gunung Ciremai dengan sejuta misterinya itu.Mari kita nikmati dan jaga alam Indonesia dengan sejuta history di dalamnya. So keep positif thingking ya broo.
ReplyDeleteTerima Kasih, BTW cerita bang oethis sangat menarik dan bisa jadi pelajaran buat saya :) Thanks bang udah mau share pengalamannya.
Tanks Ya bang tri udah sempetin baca & share Pengalamannya juga , Salam Kenal & Stabil sll dari kami !
DeleteSeru bang utis cerita nya sampe merinding 😂
Deleteaku baca ceritamu dari awal sampe akhir, serasa ikut mendaki gunung ciremai :) banyak sekali misteri gunung ciremai, cerita anda mewakilinya. Dijadiin novel bagus nih hehe. Bener2 nice story, trimakasih udh mau ngeshare ^_^ salam lestari !!!
ReplyDeleteTanks Ya Letari (jaya Jiyi ) , udah mau baca & tanks juga buat pendapat nya !! Salam Stabil slL.
DeleteKeren banget salut sumpah deh sama petualangannya di gunung ciremai. Suatu anugerah masih diberi hidup sama allah. Lain kali kalau ke gunung ciremai tanya dulu apa pantangan ke juru kuncinya ya.
ReplyDeletesiap Mba Maharani !
DeleteBiar tidak terjadi apa-apa sama kita. Pas kalian berdarah-darah gitu aku ngerasain banget gimana penderitaannya kalian selama tersesat disana. Percaya ga percaya bisa selamat.
ReplyDeleteKeren mas, pngalamannya. sy sendiri orang kuningan asli. Dan tinggal di kuningan. saya baru sekitar 8 kali "muncak" di sana dan hanya sekali pernah tidak tersesat. itu hanya pada pendakian pertama kali. aneh ya. haha...
ReplyDeletetanks Gan , Wah bener - bener unik ya gan , Share dong gan pengalamanya pasti lebih keren .
Delete1987, saya kelas 2 SMA, saya naik gunung ciremai bersama2 teman2 PA SMA 4 cirebon. Pendakian yg melelahkan, melalui jalur Linggajati. Tidak ada hal2 aneh yg ditemui, kecuali burung coklat penunjuk jalan di Pengasinan. Barulah setelahnya, dan sampai saat ini, saya sering mendengar hal2 misterius di ciremai. Sebelumnya pada tahun 80-an, pernah juga 2 pendaki wanita dari jakarta hilang 10 hari di ciremai, dan ditemukan selamat. Mereka bisa selamat karena telah diajari survival di alam bebas, krn mereka adalah pencinta alam dari kampus. Selamat buat mas Oethis dkk krn dapat bertahan setelah tersesat di ciremai. Mudah2an banyak jikmah yg didapat dari peristiwa ini.
ReplyDeleteTanks Om M.Yahdi .
DeleteShare juga pengalamanya ya Om ?...
Salam Stabil sllu !!!
mungkin karena naning meninggalkan celana levisnya disana makanya berdampak begitu setelah pulang...
ReplyDeletesekian, salam stabil!! (ngemeng2 maksudnya salam stabil itu apa ya om?)
Om lonty tanks udah sempetin waktunya ,
DeleteBuat saya pribadi om saya harus sllu stabil Horizontal dan Vertikal untuk menjalani kehidupan Amin...! heheh..... Salam kenal deh ya om !!
Kereen banget experience nyahh.
ReplyDeleteGmna klo pada kumpul lagi ya. Trs di bahas
Gan Alhamdulillah sekarang kami sudah bisa berkumpul lagi minggu kemarin hanya peking yang belum bisa kumpul, betul gan saat kumpul ternyata masih ada hal yg belum saya ceritakan di atas karena apa yg saya tuliskan garis besarnya saja.
Deletecoba ceritakan lagi donk gan, apa yang belum diceritakan di atas.. seru ceritanya gan, horor, haru, plus penuh inspirasi.. ceritain ya gan
DeleteKang asep doain ya kang sekarang team sedang proses pembuatan documenternya insaallah klo jdi lbih detail lg penjelasan dri kami ber4, klo sudah jdi insaallah saya kabari dan linknya sya share, nuhun pisannya kang tos nyempetkeun ngabaca?
DeleteAku ajuin ke sutradara barangkali bisa di jadikan sebuah cerita filem layar lebar
Deletenenek nenek itu Nini Pelet
ReplyDeleteKak, boleh ya saya taruh ceritanya ke blog saya dan ditulis ulang ke dalam bahasa inggris? Nanti sumber tulisannya saya sertakan juga di blog saya. Bagus banget soalnyaa :D
ReplyDeleteSilahkan saja selama tujuannya positif kenapa ga , kan tujuan saya untuk berbagi !
DeleteKeren sumpah pengalamannya Kang, bikin merinding bacanya (bkan karena yg gaibnya Kang, tapi perjuangan Kang Entis Dkk berusaha pantang menyerah, semoga Kang Entis dan teman2nya selalau dalam lindungan Alloh SWT
ReplyDeleteAmin. . . !
DeleteAmin nuhun tapi punten bukan Entis nami abdi Oethis !!
ReplyDeleteHahahah...Punten Kang, Semangat teuing....
DeleteSUBHANALLAH, pengalaman yg sngat menarik.
ReplyDeleteterimakasih bung otis akan kisahnya.
Trimakasih pengalamannya yg tak terlupakan kang otis,seakan sy berada di sana dan merasakan penderitaan yg kalian alami
ReplyDeletesalam kenal akang oethis! saya mau mendaki ke ciremai besok untuk yg kedua kali makanya baca2 misteri ciremai. btw cerita akang ini bagus sekali! gmn keadaan akang naning? misteri akang naning kyk nya blm terpecahkan ya knp akang naning bisa seperti itu... btw #salamlestari kang:)
ReplyDeletesami salam kenal juga teh ! Sukses ya pendakiannya hati - hati lagi musim penghujan , Untuk Nanig alhamdulillah sudah sembuh teh dan sudah bisa beraktifitas lagi.
DeleteNuhun nya teh tos nyempetkeun waktuna .
Semoga bisa dijadikan pembelajaran buat kita semua...nice story gan...greget
ReplyDeleteSalam kenal bang Oethis. Ceritanya beneran mengharukan, menegangkan dan menginspirasi. Salut dgn perjuangan dan sikap positif nya. Berharap cerita ini bisa dibukukan atau bahkan difilmkan. Semoga kang oethis, keluarga dan teman2 slalu dilindungi Allah SWT. Amin..
ReplyDeleteAmin,terima kasih ya mba molly.Alhamdulillah saat ini ada satu team yang tertarik dengan pengalaman kami mereka ingin membutkan film documenter untuk tugasnya semoga pengalaman kami bisa bermanfaat untuk orang banyak,dan team meraka berencana di bulan November akan ke lokasi langsung di gunung Ciremai, Mohon doanya ya mba agar semua proses dapat berjalan lancar dan tidak ada halangan.Semoga tujuan kami tersampaikan karena pengalaman kami bukan sebuah kebanggaan akan tetapi semoga apa yang pernah kami lewati menjadi sebuah pelajaran terutama bagi kami sendiri dan orang yang mw menyimaknya.
DeleteSebuah Cerita yang keren yang pernah saya baca di tahun 2014 tentang "makna kawan" :D
ReplyDeletetrimakasih atas ceritanya Oethis :D
Salam lestari!
gan oethis, saya izin sedot and share yak. Dengan tujuan mengangkat cerita ini agar kelak beguna dan bermanfaat. terimakasi sebelumnya gan
ReplyDeleteKereeennn kangg..alhamdulillah msh dksh slmt o/ Allah SWT...sama2 org bks 'n pemula jg..sangat s7 kl bs d film kan
ReplyDeleteAlhamdullilah udah bisa hidup normal....dulu waktu saya msh sekolah di slta juga pernah ada orang yang habis pulang Dari mendaki gunung ceremai beberapa hari kemudian .tuh orang suka ngomong sendiri seperti sedang berbicara dgn beberapa orang...kadang ketawa2sendiri...kadang menangis....seperti ada yg ngikutin.
ReplyDeleteSalut banget bang , sama pengalaman nye . Semoga ada hikmah nye di balik cerita itu
ReplyDeleteceritanya bagus mas, pengalaman luar biasa !!!
ReplyDeletesya sendiri yang membacanya sampe sedih, menyentuh banget, dari waktu asar - isya baru selesai bacanya. bagus banget
alhamdulillah semuanya bisa kembali normal :)
sya yg asli dari kota cirebon, blm pernah mendaki gunung ciremai mas
padahal deket loh,
Semoga pengalaman ini bisa jadi pelajaran buat kita semuanya :D
Mantaaap... tidur di dalem goa walet? Ane sih terlalu pengecut buat ngelakuin nya. Sepenuh2 nya twmpat di pos goa walet pasti milih tmpat lain dr pada ngecamp di dalem goa :p ga kebayang pokok nya. Kalau sekarang2 sekitaran goa walet udah bnyak kok edelweis nya. Malahan kata tmen tahun baru kemarin sebagian ladang edelweis kebakar. Punya niat naik ciremai lagi ngga kang? Rasa2 ane jg tau aliran air yang di lalui nya deh :D
ReplyDeletesubhanallah,,keren banget pengalamannya kang,,
ReplyDeleteaku pengen banget ke gunung ciremai, tapi ko jadi takut ya,,
tapi sumpah pengen banget nikmatin keindahan alamnya..
Makasih ya teh wulan,knp teh ko jadi takut insaallah klo kita ingin menikmati sebagian kecil dri ciptaanya semoga kita semakin mengetahui kebesaranya teh, semoga te2h terrealisasi untuk kesana.
DeleteGood story gan..
ReplyDeleteSmpe merinding denger ceritanya.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteKeren gan... Merinding gw bacanya selaku warga kuningan...
ReplyDeleteSalut bang dan kawan-kawan, saya jg dari Bekasi. bulan oktober lalu sempet saya mnghabiskan waktu sndirian di kaki Ciremai, tepatnya di pos Cibunar. Saya jauh-jauh dari Bekasi, demi mencari ketenangan saya niatnya mau sndiri muncak. Tapi karena peralatan summit dan hiking saya terbatas, saya "ngebolang" apaadanya.
ReplyDeleteDari Bekasi ke Cirebon, trus ke kuningan,ke Pos Linggarjati (karena saya memang tidak akan muncak jadi saya tidak laporan) saya hanya membeli minum, stelah dari pos Linggarjati lanjut perjalanan k Pos 2 (Cibunar), tapi dari beberapa meter Pos Linggarjati dtengah jalan saya di hadang ular kebon cukup besar (tadinya udah ciut nyali saya) *saya hanya berdiam mematung, gak lama ular itu pergi.
Hari itu jam 11 siang, lagi panas-panasnya jadi lumayan berkeringat dan buat dehidrasi. Melewati tanjakan penyesalan *sumpah ini kemiringan hampir 70drajat, dan melewati kebon ladang pisang dan singkong, walaupun itu siang bolong dan panas terik, tapi aura mistis kaki ciremai sudah terasa. Karena saya sendirian, saya merasa ada yang mengikuti dari belakang, dari samping seperti ada yang mengawasi. *but over all tidak ada apa-apa, sesekali bertemu petani orang lewat.
Sampai di pos Cibunar cukup lega, ketemu warung, karena persediaan minum 600ml saya sudah habis *katanya di Pos Cibunar pos terakhir persediaan air buat pendaki dari Jalur Linggarjati.
Di Cibunar saya menemukan ketenangan batin Subhanallah, dari pos Cibunar saya bisa lihat kota Cirebon sejauh mata memandang. *udah dari situ saya turun. Lumayan mencekam juga pas pulang (karena di perjalanan pulang mendung dan kehujanan).
Salam Rimba, Salam Stabil, Salam Super, Salam LESTARI bang!!! :D
salut bang utis,,,
ReplyDeletesayah sampe merinding baca ceritanya bang utis
bulu sayah ampe pada bangun,,,
itu nenek2 ngapah jahat emen seh ya sama bang utis dkk.
saya jadi ora berani ke sonoh bang utis
salam kenal bang utis dari saya bocah tambun juga
tepatnya cibuntu setu .
Tanks Bang Dicky dah mau luwangin waktunya buat baca , salam kenal juga ya bang salam buat anak2 (PA) Tambun Salam stabil selalu !!
Deletegokil keren abis..
ReplyDeleteabis baca kira2 dari 50% sampai selesai bikin mata berlinang2 , gakuat ngebayangin solidnya tim kalian..
sukses buat mang utis dkk
gokil, keren ceritanya... merinding bang gua bacanya apa lg pas naning liat nenek,
ReplyDeletegua jg baru turun dari ciremei lewat palutungan, alhamdulillah selamat smpe turun walaupun ada beberapa kejadian mistis disana, tp Allah masih menjaga,
Mantap ceritanya
ReplyDeleteE ya Alloh, ini kisah nyata?
ReplyDeleteSerem gilaa... di kantor jadi mringis-mringis sendiri karna ngeri.
dan Besok saya mau ke sana.... Maksud hati cari artikel buat info transportasi ke Ciremai jalur Palutungan, eh malah nyangkut ke sini.
Do'akan saya ya teman-teman. T__T
Ia ini semua yang kami alami dan Alhamdulillah kami sudah menemukan beberapa foto - foto kami selama pendakian dan bukti lainya , insyaallah akan saya Upload dalam waktu dekat ini , tanks sudah mau luangkan waktunya dan kami selalu mendoakan pendakianya lancar dan sukses selalau. hati - hati ya teh cuaca sekarang - sekarang ini susah di perkirakan !!!
DeletePengalaman yg seru,sumpah q smpai takut dan sampai nangis baca kisah agan,karena q jg pernah ngalaminya,q asli dari indrmayu jawa barat.....salam kenal gan
ReplyDeleteWah keren bgt gan utis.. Mengingatkan saya saat tersesat juga di jalur yang sama kira2 tahun 2005 an. Saya nganter temen dari Sumatera, cuma saat itu kami tersesat saat naik. Ternyatra jalur yang kami ambil adalah jalur petani mencari kayubakar mungkin karena lama-lama jalan semakin kabur, namun kami memaksakan. Akhirnya keburu malam, dan kami sudah jauh nyasar. Temen saya yang dari sumatra Jepri namanya, saat itu sedikit panik, dia maksa ingin terus keatas, tapi setelah saya nasehatin keatas itu masih 8-10 jam perjalanan kalo maksa nembus tanpa jalan malah akan makin tersesat. Saya sarankan untuk turun lagi kebawah sekalipun nembus semak-semak belukar dan pohon besar, karena logikanya kalo turun pasti ada pemukiman warga, dari situ kita kembali ke jalur yang benar. Dan Alhamdulillah paginya setelah turun lagi kami menemukan ladang-ladang petani dan ada sempat bertemu petani, kami nyerita kalo kami nyasar, akhirnya oleh petani ditunjukan jalur yang benar. Pada saat itu persedian air tipis sekali, karena kami belum semapt lewat cigowong (tempat/pos satu-satunya ambil air). Sebelumnya dipendakian pertama saya juga cuma berdua dengan sesupu saya Ugi, saat itu tahun baru, nyasar juga saat itu malah lewat jalur BUPER (Bumi perkemahan) Petugasnya bilang jalur sisni nggak bisa buat mendaki, meskipun bisa jalurnya buruk katanya nanti takut nyasar. Tapi Alhamdulillah kejadiannya dua-duanya nggak separah Agan Utis. Semalam saya baca ceritanya mata saya sampe berkaca-kaca hahaha.. cengeng ya gw... wkwkw Oh ya barangkali ada yang butuh Mobil jemputan dari atau ke Ciremai dari jalur Cibunar Linggarjati, Apuy atau Palutungan bisa kontak ya 081224144439. Guide juga boleh bagi yang pada mau naik, tapi saya mikir dulu sikon soalnya hampir 10 tahun nggak pernah mendaki lagi, terkahir agustus kemarin, tapi cuma ngecamp diCibunar.. Salam Rimba (Mencintai Alam Berarti Mencaintai Pencifta-Nya)
ReplyDeleteOh ya gan.. Just for laugh
ReplyDeletehttps://www.youtube.com/watch?v=yn_ABu8dIl8
setidaknya bisa menghilangkan sedikit mindset negatif tentang Ciremai. hehe.. Itu yang bulan Agustus kemarin. hehehe
Keren pengalaman nya kang,jadi inget saya 2 kali naik ke ceremai waktu sma, dua dua nya tgl 16 agustus,pengalaman pertama begitu penuh dengan aura mistis kita naik dari maja atau palutungan saya lupa di bawah pas waktu kita isi air minum masing2 jerigen 5 ltr kita di ketawain sama salah satu pendaki yg lain,kita naik berlima,saat perjalanan naik salah satu temen ngomong ini naik gunung kayak mau ke pasar,memang kondisi waktu itu banyak pendaki yang ngejar 17 san di puncak,udah gitu temen saya itu ngomong lagi ini gunung kok gak ada binatang nya,tiba2 ada burung coklat itu kang persis seperti yg akang bilang burung itu jalan di depan kita,kita sampai puncak sekitar azhar istirahat sebentar lalu turun,nah pas turun ini kita ketemu sama pendaki yg ngetawain kita di bawah dia kepayahan,dia mau beli air minum kita 20 ribu / 600 ml (waktu itu belum moneter),temen saya bilang 1 juta juga gak akan saya jual,hari mulai malam saya baru sadar ternyata tidak ada rombongan pendaki lain yg turun,keadaan nya sepi banget tiba2 saya dengar di sebelah kiri saya ada suara lonceng2 kecil (seperti gelang yg ada lonceng nya) tapi suara nya beraturan,lalu saya arahkan senter saya antara percaya dan tidak percaya saya lihat rombongan orang tinggi besar kepala nya botak berjenggot,berbaris jalan yang paling depan membawa tongkat yang ada lonceng nya,yg di belakang membawa obor untuk memastikan saya tanya ke temen saya "dan lo liat gak itu?" Temen saya muka nya pucat sambil nunduk dia jawab,udah nanti aja dibahas nya,sebetulnya kami sudah tidak tau jalan yg kami lalui itu benar atau tidak yg penting kami terus jalan,keanehan kembali terjadi setiap kami jalan di samping kami pasti ada suara ranting/daun kering yg terinjak di ikuti daun2 yg goyang,dalam hati saat itu saya yakin itu macan
ReplyDeletetrus endingnya gimana?
DeleteBang, mau nanya,, saat pendakian abang ama temen" sholat kaga??
ReplyDeleteSaran saya bang, sebaiknya bang Utis ama temen" sering"lah mengaji, baca Al Qur'an, ama sholat biar tmbah keimanan jg dpt perlindungan dri Allah
Insaallah Kami semua menjadi hamba yang selalu mendirikan Sholat ,
Deleteterima kasih sudah mengingatkan ya bang. Salam stabil selalu dari kami !!
Asellee..sya salut banget buat tim kalian solid..pengalaman yg seru haru dan sedih...salam stabil
ReplyDeletePengalaman yang sangat luar biasa bang Oethis
ReplyDeleteBang otis luar biasa beruntung .. Gu kesana sekitar akhir juli 2014 berangkat Linggajati turun palutungan dan saat turun digeber trs tanpa ngecamp dan gue rasa dibawa setan keder berasa gu ngelewatin jln itu berkali-kali , untung bg Firman ttep yakin itu jalur yg bener dan disana pun hp gue ilang beserta foto didalemnya !
ReplyDeleteluar biasa bang... pengalamannya... tapi itulah Gunung Ciremai dengan segala misterinya.. sy juga ada pengalaman pernah tersesat waktu naik lewat jalur cibunar sekitar tahun 1997.. ini fakta yang ada di gn. Ciremai.. https://www.youtube.com/watch?v=WE0Y6XJT5CU
ReplyDeleteNice Story bang.
ReplyDeleteMenarik banget ceritanya . niatnya tanggal 11 september 2015 mau kesana nih. Semoga lancar ...
Amin , bagaimana ceritanya bang pendakian kemarin ?
Deletebang keren bang cerita pengalaman pribadinyaaaaa!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! ga kebayang kalo saya diposisi kalian bangggg !!!!!
ReplyDeletebtw bang minta izin share pengalamannya bolehhh gak bang????
Deletesilahkan bang fajar tujuan nya saya tulis ini kan untuk berbagi penglaman, yang terutama semoga apa yang kita share dapat bermanfaat, silahkan ga usah izin bang untuk hal yang baik heheee !! , salam dari kami semua.
DeleteHalo, malam. Boleh minta kontaknya untuk tanya tanya lebih lanjut tentang cerita ini nggak? Sya sepertinya tertarik untuk mebuat dokumenter cerita ini kalau boleh :) kebetulan saya dan tim sedang mencari info seperti ini. Kalau boleh bisa hubungi saya di574557D6. Terimakasih
ReplyDeleteHalo, malam. Boleh minta kontaknya untuk tanya tanya lebih lanjut tentang cerita ini nggak? Sya sepertinya tertarik untuk mebuat dokumenter cerita ini kalau boleh :) kebetulan saya dan tim sedang mencari info seperti ini. Kalau boleh bisa hubungi saya di574557D6. Terimakasih
ReplyDeleteBagus bro sy suka cerita pengalamannya. Sy jg perna naik ke gunung ciremai pertama th 2001 pas 17 agustusan pas itu ramai sekali orang naik ke ciremay, tp alhamdulillah dalam perjalan pendakian tidak ada hambatan( aman ) terakhir km naik ke ciremai th 2005 setelah itu sampai sekarang sy blum perna lg... Hehhe jd ke pingin kesana lh uy...salam rimba
ReplyDeleteDuh gue mau naik nih gunung jadi serem bang wkwkwkw, baca malem malem denger bunyi sendiri jadi kagetan biasanya engga
ReplyDeletebrother maaf sebelumnya, tujuan kami bukan untuk menakut-nakuti atau membuat emage ciremai menjadi negatif tetapi kami hanya ingin berbagi agar terutama saya peribadi dapat mengambil pelajaran positif dari apa yang pernah kita jalani, Tanks ya udah mampir dan semoga next gusty bisa berbagi pengalamanya saat ke ciremai.
Deletebener skali gan, selain menantang rute pendakian di gunung ciremai memang terkenal dengan misterinya entah itu siluman macan kek kuntilanak kek mayoritas para pendaki ngalamin kejadian yang serupa dengan lainnya. hati2 aja deh kalo naik ciremai dan jgn lupa taati tatib yg berlaku
ReplyDeletekeren dan menghrukan penuh perjuangan dan doa nti insyaallah ke ciremai kmren baru dri gunung guntur sukses slalu oethis
ReplyDeletethanks ya bro eqi dah sempetin mampir, kami doakan dan kami tunggu pengealamanya ke ciremai.
DeleteKereeennn.. merinding bacanya..
ReplyDeletewaaaa kereeeennnn cerita nya..... bulan kemarin aku dari kaki gunung ciremai,,, nyampe sana pas bgt adzan magrib,, mana saya bawa anak bayi... pas sampe sana,, ada ibu2 BILANG "ADUUUHH MAGRIB2 BAWA ANAK BAYII KESINIII,,, KALO BISA PULANG LAGI AJAAA..." aku g terlalu dengerin ucapan ibu2 tadi... setelah set jam disana saya lgsg melanjutkan perjalanan pulang.. pas di jalan,, anak akuuu main2 ketawa ketiwii,,, keliatan seneng bgt,, ga lama dari situ anaka ku lgsg nangis sekuat2 nya,,, sampe susah di berentiin, akhirnya kita berniat buat berenti dulu,,, diem duluu,, kali ajaa anak aku takut gelap... akhirnya berenti nangisnya... kita lanjutin perjalanannya,, dijalan nangis lagiiii,, sampe2 suami aku ga konsen nyetir,,, berenti lg deh,, d sebuah alfamart... ga lama kita lanjutin lagii,, setelah sampai di rmh,, aku lgsg ke org bisa buat minta air takutnya kenapa2.. ternyata kata org bisa itu,, ada yg suka sama anak aku,, trus dy ngikutin sampe rumah,, tp alhamdulillah skrg uda balik lg ksana... drmh keadaan agak menyeramkan jugaa,, memang gunung ciremai itu penuh misterii,, :)
ReplyDeleteTanks ya mba udah mampir,salam dari kami untuk anaknya dan sekeluarga ya mba semoga sllu sehat, oh ia nama anaknya siap mba?
Deletenma nya queena kk, hehehe
DeletePengalamannya sungguh luar biasa kang, tersesat selama 3 hari dan bisa keluar dengan selamat... serta bisa berbagi pengalaman, seperti kisah2 dalam film tapi dalam bentuk yg nyata,, mudah2an kisah pengalaman bang entis bisa di angkat ke layar lebar amiin ,,, saya tunggu film nya ya bang... salam lestari dari seroja bekasi utara bang..
ReplyDeletePengalamannya sungguh luar biasa kang, tersesat selama 3 hari dan bisa keluar dengan selamat... serta bisa berbagi pengalaman, seperti kisah2 dalam film tapi dalam bentuk yg nyata,, mudah2an kisah pengalaman bang entis bisa di angkat ke layar lebar amiin ,,, saya tunggu film nya ya bang... salam lestari dari seroja bekasi utara bang..
ReplyDeleteAmiin, tanks ya bang sebelumnya udah sempetin waktunya untuk mampir , doain ya bang saat ini sudah ada yg minat untuk buat documenter pengalaman kami dan team mereka mempunyai rencana mw ke lokasi di awal bulan ini doain aja ya bang semoga apa yg ingin kami smpaikan dari pengalaman kami bisa tersampaikan dengan baik lwat media apapun mohon doanya ya bang salam dri kami untuk bekasi utara ya bang.
DeleteSalam setabil selalu !!!!
Keren banget ceritanya bang. gue yang baca serasa gue yang pergi mendaki bareng kalian, salut bgt sama ketenangannya.. alhamdulillah bisa pulang yah bang.
ReplyDeleteoh iya, bg naning gimana skrg? trus mba mba diatas bis itu gimana kelanjutannya bg?
Tanks ya valen sudah sempetin waktunya untuk merasakan pengalaman kami,saat ini naning alhamdulillah dia sehat dan dia cukup semangat untuk membantu team yg sedang membuat documenter pengalaman kami walaupun naning sebenarnya blm ketemu sampai hari ini dgn team tersebut,oh ia untuk mba2 yg berada di bus kami tdk pernah tau lgi setelah kami turun dri bus itu hanya mba2 itu saat kami mw turun dia terus menatap kami,sampai hari ini apabila kami berkumpul ber4 kami jg blm mengerti sebenarnya siapa dan apa maksudnya mba2 itu,
Deleteoh ia tank sebelumnya untuk team yg ingin membuat documenter dgn adanya tugas kalian bulan lalu kami bisa kumpul kembali ber4 dan sampai hari ini kami ber4 jd lebih mudah berkomukasi dan lbih sering bertemu walaupun tidak lengkap tanks dan kami tunggu infonya dan foto2 document pendakian kami yg masih kalian pinjam.
Iya samasama bg. terimakasih juga telah membagi pengalaman berharga kalian kepada kami para pembaca.
Deletesaya setuju jika cerita ini dibuat documenternya. saya pribadi akan mendoakan kesuksesannya..
salam buat kawan2 yg lain bg, khususnya bang naning..
Kalau saya smpt berfikir kalau mba mba diatas bis itu yg jadi awal buat penyakit aneh bang naning, semoga saja tidak..
membaca saja butuh wktu stngh jam, haha
hingga saat berkomentarpun saya masih agak merinding.. jujur stlh membaca cerita ini sktr jam 1 malam, saya habis itu tidur tidak tenang hehe..
pokoknya Good job buat kaliang bang..
Dear All Brother,
ReplyDeleteTadi pagi saya mendapat kabar dari salah satu anggota Team yang akan membuat Documenter pengalaman kami ini, ia mengabarkan bahwa besok malam insaallah teamnya mulai berangkat ke gunung Ciremai untuk mendocumentasikan lokasi-lokasi yang mereka butuhkan untuk pembuatan film documenternya.Mohon doanya All brother agar semua proses diberikan kelancaran,kemudahan,team selalu di berikan kesehatan dan kekompakan Amiiin ,
Salam setabil selalu dari kami semua untuk Team kalin sukses selalu!!!!
Bank, share foto-fotonya donks bank. Q penasaran sama kalian berempat. tanks.
ReplyDeleteBrother silahkan bacanya yang versiweb ada foto2 kami di Header.Tanks ya sudah sempatin waktunya dan mohon doanya ya?
DeleteKeren.. Kalo ane pas turun dari linggajati,magrib pas sampe mau cibunar ane nga kuat jalan lagi.sampe ane bilang ke temen ane yg brdua trun ma ane'dah ge mau disini,disini tenang nyaman' ge juga heran bisa ngomong gitu.ane langsung ditarik trus digendong turun.pas digendong ane liat dijaln stepk sebelah kiri ada rumah kerjaan tapi ngebayang..ane bilang ketemen' samping da rumah jaman dulu,masuk yuk sapa tau da makanan.temen ane diem langsung nurunin ane,ane ditarik tangan ane sampe digeret gitu..mungkin biar ne gerak kali.sampe cibunar,herannya ane jadi sehat bugar lagi..nga terlupakan
ReplyDeleteTanks all brother atas doannya tadi jam 8.12PM sya di infokan oleh team yg saat ini msh di jalur palutungan melakukan pendakian alhamdulillah dgn selamat mereka sudah turun sudah berkumpul kembali dgn all teamnya sampai di palutungan, dan turut berduka tadi sore yg berkemah di palutungan 4 orang dari indramayu minggal dunia tersambar petir semoga amal ibadahnya korban di terima di sisi tuhan yg maha esa dan keluarga ya di tinggal kan semoga di beri kesabaran amin !!
ReplyDeletePengalamannya keren dan menakutkan, ada foto2nya gak ?
ReplyDeletebtw, apa yg terjadi sama naning sekarang ?
om, kayaknya turunnya di daerah cilengkrang. kebun pinusnya ada di sebelah mana om? sebelah atas kanan bukan? (posisi tubuh menghadap matahari terbit) kalo iya berarti daerah itu, soalnya kebun pinus palutungan ada diatas cilengkrang (kalo hutan pinusnya ada di atas kanan dan kiri jalur air berarti kita ada di aliran air curug putri buper palutungan). memang di daerah cilengkrang banyak sekali air terdapat terjun. ada curug sawer, sabuk, curug kembar dan curug tapa (yang sudah diketahui namanya dengan arah aliran airnya yang bebeda namun muaranya sama dan tebing-tebingnya pun nyaris tegak lurus) dan selain itu ada lagi aliran airnya yang menuju arah palutungan yaitu daerah ipukan disitu juga ada air terjun. tidak banyak yang mengetahui sebenarnya aliran-aliran air itu berasal dari sumber mata air yan paling tinggi di gunung ciremai, mungkin ketinggiannya diatas 2500 m dan dekat daerah kawah (maksudnya dekat dengan daerah terbuka/daerah batas vegetasi) namun ya itu tadi letaknya berada di dasar jurang, kalo kita melihat gunung ciremai dari arah palutungan/kuningan ada semacam sodetan lebar membentuk jurang dari atas gunung ciremai (letaknya dari goa walet ke arah kanan terus agak kebawah lagi) sampai gunung putri dibawahnya. nah disitulah letaknya aliran sumber air tersebut. di peta topografi juga ada, sebenarnya ada jalur pendakian dekat aliran itu yaitu dari jalur gunung putri. namun jalur yang sempat dirintis tersebut tidak dibuka untuk umum untuk menjaga kelestarian daerah jalur pendakian tersebut. oh ya, cilengkrang sekarang sudah ramai dikunjungi orang om
ReplyDeleteIa kang mungkin betul. Krn kami tdk tau nama daerahnya dri tempat kebun pinus itu langsung ketemu ladang kang, untuk air terjun memang benar banyak kang, nuhun pisannya kang infona.
DeleteSaya asli kuningan, ALhamdulillah tahun 2009 lalu saya dan 7 orang lainnya sunggug bangga bisa menuruni kawah ciremai yang waktu tempuh nya mencapai 1,5 jam. Saya naik dari desa saya yang berada di sebelah utara gunung ciremai, desa padabeunghar perbatasan majalengka. Jalur buat sendiri dan tergolong ilegal karena tidak ada surat ijin mendaki. Sebenarnya berbahaya, namun bapa juru lah yang seringkali naik turun ciremai jadi rasa takut akan tersesat pun hilang seketika, dan semakin semangatlah saya untuk ikut bergabung bersama bapa2 itu. Kenapa saya bilang bapa2 karena saya yang paling muda di antara mereka yang sudah berumur 35 ke ats sedangkan saya masih berumur 18 tahun. dan kata beliau sang jurukunci pun berkata kalian patut berbangga karena tak ada yang bisa seperti kita berada di dalam kawah ciremai sambil solawatan dan menjalankan shalat duhan di dalam kawah,
ReplyDeleteKang klo boleh tau itu acara apa ya kang,melakuakan solawat dan shalat duha di kawah?
DeleteAbdi hoyong terang punten nya kang
Yaampun. Saya merinding bacanya. Ikut seneng masnya bisa kembali dengan selamat. Saya bacanya sampe berkaca-kaca, seriously.
ReplyDeleteKalau boleh saya tau, kabar terakhir dari naning gimana mas? Sudah sembuh kah? Semoga sudah. Amin. :')
Terimakasih ya mas, untuk naning alhamdulillah sudah kembali sehat seperti semula dan sabtu kemarin kita berempat bru saja wawancara dengan team yg ingin membuatkan document pendakian kita mas doakan semoga documenter tersebut bisa bermanfaat untk orang banyak amin!!!
DeleteLuaarrr biasaaaaaaaa kang! Pengalaman luar biasa, yang gak akan terlupakan..
ReplyDeleteWaoo keren pengalamannya bro... Gue pernah ke puncak ciremai terakhir naik ke ciremay 2005...wah jd pingin kesana lg ni...
ReplyDeleteka utis bagus bgt nulis cerita nya, sy sampai terlena emosi liat tulisan ka utis. thx udh share pengalamannya ka utis. ada keputusan yang salah yg di buat kelompok ka utis yaitu 'menyusuri sungai'. tp sy maklum krna ka utis dkk awam dlm hal ini. terlebih dr itu saya bener2 terlena sm tulisan ka utis yg di buat secara uruh. lanjutkan kak (y).
ReplyDeleteTanks ya dah mw baca,oh ia brother seharusnya yg benar itu bgaimana apabila kita tersesat atau ga dpt jln keluar dri hutan,tolong share ya pasti sgt bermanfaat untuk gw dan tdk menutup kemungkunan untuk orang banyak?
ReplyDeletegini ka, sebelum nya sy pengen memuji sosok 'encam' yg udh mau manjat pohon untuk cari jalan keluar..heheh. salut buat kelompok kakak.
ReplyDeleteknp sy bilang keputusan salah menyusuri sungai? krna resiko nya bisa naik 50%.sebab kalo menyusuri sungai kemungkinan besar kk berhadapan dgn jurang, air terjun dan belom lagi klo ad banjir bandang.terlebih di gunung pohon di sekitar sungai relatif kecil2 dan rapat(semak) susah untuk di lewatin,jarak pandang pun terbatas sm semak rapat/tebing.dengan kata lain ka utis cmn bs liat kedepan. kalo alasan kaka takut kekurangan air,baik nya ka utis stok air di sungai sebisa yg kalian bawa untuk jaga2. tetep observasi / cari jalan keluar di tanah bukan di sungai. tetep melalui punggungan gunung,krna bukan cmn sungai yg mengarah ke bawah. punggungan pun gitu(meskipun kebawah nya ga sampai kaki gunung).punggungan bisa aja putus/patah/tertutup semak,tp ka utis bs dengan mudah menemukan punggungan lagi yg ke arah bawah. poin plus nya lg ka utis msh bs mengira2 brp jarak yg harus di tempuh jika ka utis Bsa kliatan cuaca,perkampungan,pemdangan luar, Brapa jarak2 punggungan lain bentukannya. beda hal kalo di sungai. poko nya jalan di sungai itu salah. tp ttp kehendak yg kuasa di atas segalanya. dan kita juga harus pinter kalo mau mendaki gunung. harus punya bekal tambahan untuk hal2 ky gitu. misal makanan tali lafia untuk stringline dll.
oia kak sy bukan mengguri. cmn mau share aja hehe.
Tanks untuk share pengetahuanya, semoga bermanfaat untuk orang banayak!!
DeleteKerennn!! Merinding bacanya suwerrr...btw saya waktu itu mendaki gunung ciremai jalur linggasana w/ tapi gagal muncak karena saya tiba2 kedingingan serasa hypotermia&udah susah napas jadi dibantu ranger untuk turun&ktanya lebih baik jgn dilanjutin, tp dibilang mistis iya..soalnya awal saya&10 tmn saya waktu smpe dipos kuburan kuda ada mas2 mendaki sendirian agak aneh sih tp kita tetep positif thinking&tbtb dia ngasih aiminum...anehnya itu air seger bgttt eh pas kita mau bilang makasih doi udh ngilang masss. Terus saya&tmn2 ngecamp di pos selanjutnya, waktu tidur denger suara kuda lagi jalan;( terus disitu wktu saya jd kedinginan&sesak napas sampe akhirnya 3 teman saya turun kebawah buat manggil ranger karna panik takut saya knpa2, dan ternyata rangernya org pinter gitu...dia nanya nama saya siapa eh gataunya ada yg nempelin badan saya...terus yg bikin aneh ternyata nama nisan pendaki yg meninggal disana itu namanya sama dg nama saya, tinggal di bekasi juga&daerahnya sama juga. Jadi agak feeling gitu deh..
ReplyDeletebrother tanks sebelumnya sudah mw share pengalamanya, saya mau tanya tahun berapa agan mendakinya dan maaf banget klo boleh tau siapa nama agan dan tinggal di mana bekasinya?
Deletekarena nama pendaki yang di buatkan nisan di puncak sana apakah sama dengan yang kami tau dan batu nisan itu sekarang dari teman2 yang kesana sudah tidak ada lagi !
WAAHH merinding bacanya... aku asli orang kuningan dan belum pernah mendaki dan gak mau mendaki sepertinya :D
ReplyDeletemeski banyak teman2 saya yg sudah hampir 2kali mendaki kesana.. mungkin perjalanan mendaki sekarang berbeda dengan pendakian yg kak utis jalani dulu yaa...
kalo bisa share foto2 saat mendaki nya. :)
Tanks ya sebelumnya sudah sempetin mampir, di sini bisa lihat sebagian foto2 kami yang saya buat sebagai banner http://bukuharianoethis.blogspot.co.id/
DeleteTerima Kasih..
DeleteCerita kerenn,
ReplyDeleteBener bener luar biasa bang ceritanya serasa terbawa alur cerita bang utis.
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteBro, gw baru tau detail ceritanya..
ReplyDeleteDasyat memang, baca cerita ini gw kebawa kesuasana yg lu alamin..
Alhamdulilah kita masih bisa ketemu sampe sekarang,,,
Mari ngopi dulu...!!!
tanks can, ia can alhamdulillah masih di beri kesempatan untuk menjalani yang lebih baik.
DeleteWah.. Hebat perjuangannya bang, saya baca dari jam 1 sampai jam 4 pagi :) , ohiya, klau film dokumentarnya sudah selesai dibuat mohon di informasikan ya mas, pengen nonton soalnya :D
ReplyDeleteSae pisan kang pengalaman sareng tulisanna.. Sukses selalu..salam ka sadayana kang.. #Salamransel
ReplyDeleteSiap kang Anggi nuhunnya tos mampir, salam stabil oge nya kang !!!
Deletesaya pernah kecikurai tapi alhamdulilah tidak diizinkan untuk mengalami hal yang angker-angker.
ReplyDeletesaya hari minggu kmren jg abis dr ciremai a..
ReplyDeleteberdua aja,sma pacar..
lewat jalur apuy..
jalan di trek yg bener, berdua aja jg uwdh takut,smpe bertanya" dlm hati,"ini bner gk ya jalannya? kok berasa gk ngelewatin jlan ini pas naik?"
gk ada yg naik/turun..
apa lagi klo smpe kesasar gtu ih,naudzubillah..
tp alhamdulillah sampai ke rumah dgn selamat..
semangat terus a....
Alhamdulilah saya tgl 17 desember kmarin berhasil muncak ke ciremai seorang diri n ga nemuin kjanggalan
ReplyDeletePokonya ciremai mantap
ReplyDeleteIzin copy bolh gk untuk blog saya
ReplyDeleteGan boleh saja slama bertujuan baik tp tolong sertakan suber tulisan, maaf sblmnya krn saat ini kami mash ada urusan untuk pembuatan film dokumenter mohon pengertiannya gan?
Deletesalut bang ama pengalaman ane.....sampe merinding aku baca'anya ,,,,, pengalaman yang tak pernah telupakan oleh waktu bang....tetap semangat bang perjalanan masih panjang #salam _stabil bang...
ReplyDeleteAssalamu alaikum
ReplyDeletekepada bang utis
saya rencananya ingin buat komik dan gabung di Line Webtoon, yang ada di TV itu loh, dan saya ingin mengangkat kisah bang utis sebagai komik pertama saya, tapi tentunya saya ingin meminta persetujuan abang terlebih dahulu, bagaimana bang ? boleh tidak ?
kalau misalkan abang setuju, mohon kirimkan foto bang utis dan kawan kawan ke email saya di -muhadlinaris@gmail.com- agar saya dapat membuat gambar yang setidaknya sedikit mirip dengan wajah abang dkk, atau apabila abang setuju tapi tidak berkenan memberikan saya foto abang dkk, izinkan saya membuat gambar sendiri.
dan kalau abang beneran setuju,saya mohon doanya bang :D
Wassalamu alaikum
ceritanya seruuu, kondisinya kerasa banget pas bacaaa :') untung mas utis bisa pulang dan bisa nyeritain pengalaman ekstrimnya ini ke kitaaa :') januari kmrn juga aku baru dari ciremaiii, pulang pergi dari jalur apuy, cari aman aja soalnya dadakan. aku hampir tersesat gara gara turun dari puncak mau ke goa walet sendiriann, udah di bibir jurang, untungnya aku kepeleset, kalo aku ga kepeleset, mungkin aku jatuh ke jurang wkwk
ReplyDeleteKang utis, tolong diperkenalkan dari foto2 yg ada yg mana yang nama encam, naning sama peking??
ReplyDeleteUdah sya perkenalkan ya kang,slm kenal ya kang dri kami?
Deletealur crita bikin pmbaca ngalamin suasananya,
ReplyDeletesmoga slalu stabil kang, encam, naning, peking.
mention dong klo ada update documentr atau apapun, thanx
Tanks ya gan,oh ia docimentasi kami sudah di upload ya!!!
Deletesalut dan terharu... iya mas sultan semoga foto2nya ad di upload :D
ReplyDeletehebat...,saya bukan pendaki ataupun PA
ReplyDeletetapi begitu baca kisahnya kang utis dkk langsung merinding saya...
salut kang saya bisa kebawa dan bisa ngrasain kayak gmn perjuangnnya pada saat itu.
sehat terus kang utis dkk aamiin..
Amiin...! Tanks ya kang, slm knal dri kami.
DeleteSudah jadi kah pembuatan film dokumenter nya kang? Saya membaca nya sangat merasakan kondisi Dan suasananya! Terharu atas nama persahabatan! Salam Rimba kang! Sangat di harapkan kabar film dokumenter nya kang saya sà ngat menunggu!
ReplyDeleteNuhun nya kang dah mw nyimak dan supportnya,punten kang film documenternya batal kang ada hal2 yg unik jg kang yg membuat documenter batal dan yg utama mungkin blm jodoh kang mungkin nti indah pada waktunya ya kang.
DeleteSlam stabil sllu ya kang!!!
Dear All Brother,
ReplyDeleteMohon maaf sebelumnya untuk Film documenter yang kemarin sedang kami kerjakan dibatalkan karena mungkin kami dan team yang membuat film documenter belum Jodoh untuk mengangkat pengalaman kami, semoga kami menemukan orang yang tepat untuk membuat film documenter pengalaman kami dan sesuai dengan apa yang pernah kami alami yang terutama dapat menyampaikan pesan yang baik untuk orang banyak Amin !!!!
Tanks untuk semua support dan yang sudah melauangkan waktunya untuk mampir melihat pengalaman kami sekalai lagi terima kasih.
Ajiib bangt sumpah...moga jd pembelajaran buat kita smua.. sy asli kuningan n udah bbrpa x muncak ciremai & alhamdulillah sy msh dilindungi tiap muncak ciremai.. cm kmrin taon baru 2016 bareng istri kita berlima lewat palutungan blm jodoh puncak bnyk crita tp sy ga bs merangkai kata...salam kenal buat bang utis.. ditunggu pengalaman slnjutnya
ReplyDeleteTanks ya kang yayat dah luwangin wktunya untuk membaca pengalaman kami,oh ia kang sbnernya sya jg g bisa nulis ini smua alhamdulillah ngalir bgtu aja krn ini smua yg kami rasakan pd saat itu coba aja kang share pngalamannya pasti ngalir aja ko klo bner2 dri hati kita.
DeleteSalam stabil sllu ya kang!!
Cara mas utis mengemas cerita ini menarik sekali mas. detail dan alurnya berkembang. Pembaca jadi merasakan hal yang sama. Salut !!!
ReplyDeleteTanks ya mas bagus,itu mungkin krn kejadian itu entah knp kami berempat msh ingat jd bukan saya mengemas ko mas mlh msh banyk kesalahan dri tanda baca dan kata2nya!
DeleteMaklumin ya mas krn sya bukan seorang penulis!!!
Salut buat mas utis dan teman-teman.
ReplyDeleteCerita pengalaman yg sangat hebat.
bila dijadikan film dokumenter saya yakin bakal menjadi karya besar.
Saya juga pernah tersesat di gunung jadi saya tau bagaimana keadaan mas dkk sewaktu tersesat.
Bertemu burung di gunung bertanda tidak baik,
Ada gak rencana mae utis dan teman2 kembali mendaki gunung tersebut?
thanks !!
Tanks sdh mampir ya gan,amin mudah2an pengalan kami dpt berguna utk orang banyak.untuk mendaki ke sana lg mungkin kami rasa sudah cukup insaallah kami ingin mengenal dan menikmati kebesaran tuhan yg lainnya amin....!!!
Deletemantap cerita nya bng.... salut buat abng2 ber 4.... saya dari SEKBER PA SUMBAR... kapan-kapan muncak di sumatra barat ya bng.... salam kenal....!!!
ReplyDeletemantap bng... lanjut kan... kapan kapan muncak di sumatra barat bng... saya dari SEKBER PA SUMBAR... salam kenal bng
ReplyDeleteTanks ya bang yunus, insaallah bang kami si ijinkan kesana,salam kenal jg dri kami ya bang!
DeleteGak sengaja nemu catetan ini pas gue browsing misteri Gunung Ciremai, pas banget hari ini baru mount trail sampai pos 2 ciremai via Palutungan. Iseng browsing karena sepanjang jalan turun sendiri dilolongin suara anjing, semoga nanjak ciremai atau gunung manapun ga nyasar. Memang benar gunung ciremai wingit, saya sendiri orang kuningan baru nanjak 2x.
ReplyDeleteHebat mentalnua mas utis sama dkk, kondisi susah dan tersesat harus keep positive saya kalo diposisi dan kejadian timnya mas utis belum tentu fight kayaknya. Semoga gak kapok nanjak ya, cuma iya Ciremai itu cantik dan berbahaya, feeling bisa lebih kebuka dan keasah sih kalo saya, isntingnya jadi kuat.
Tanks ya mba aya dah mw nyimak,oh ia mba buakan krn kekuatan kami atau apa yg ada di diri kami pd saat itu saya pribadi sbenarnya sudah ga kuat mba,kami berempat di waktu itu benar2 di berikan bukti nyata kekuatan & kasih syang Allah kepada setiap hambanya kami seperti di berikan kesempatan kedua untk melanjutkan langkah untk lbh baik amin...!,krn mba pada saat itu anehnya saat kami semua mulai bertaqbir slma mencari jln keluar di situlah hal2 yg tak pernah ada di benak kami mengalir bgtu saja !!
DeleteOh ia teh klo berkenan share dong documentasinya pasti sudah banyak yg berubah kondisi saat ini di sana?
DeletePertama naek Gunung Cirmai via Palutungan dulu sekitar taun 2002/2003 ane lupa. Sampe palutungan dah Isya, sholat berjamaah di Masjid eh imamnya baca ayat yg ada bunyi "Innalillahi wa inna ilaihi rojiuun..."
ReplyDeleterada ngeri juga padahal, karena sebelumnya, buat ane gunung Ciremai itu penuh mistis.
Abis isya langsung naek, karena ga tau medannya, malem pertama camp sekitar 100 meter sebelum Cigowong. (ga tau kalo Cigowong ada di depan)
karena dah pada cape, ada tempat lega dikit dibawah pohon gede kalo ga salah banyak pohon pisang juga ya, nah disitu ane ngecam.
Sempet denger suara gamelan juga, tapi karena posisi dalem tenda n dah lelah, maka tidur adalah solusi terbaik.
Keren n mantap deh petualangan si agan ini. Salut...
Alhamdulillah, sampe saya baca selese akang dkk selamat,semoga sampe hari ini kang utis dkk diberi perlindungan dan diberi kesehatan oleh allah. Setelah saya baca cerita akang, saya sangat bersyukur sampai hari ini saya masih diberi perlindungan allah. Saya mw sedikit cerita juga kang, baca cerita akang saya jadi inget kejadian yg pernah saya alami juga saat mendaki gn ceremai th 2011 silam. Pendakian Gn ceremai adalah pendakian perdana saya dalam kegiatan pendakian. Saya naik&turun lewat jalur linggarjati. Sepanjang perjalanan naik sampe puncak, alhamdulillah dengan selamat. Tapi saat turun saya pos setelah pengasinan sebelum sampe pos bapa tere, sepanjang jalan saya mendengar suara musik gamelan seperti di acara nikahan/hajatan sunatan. Suaranya terdengar jelas, waktu itu saya masih awam, saya pikir unik "ko bisa ya suara yg hajatan kedengeran sampe sini", terus saya cerita aja ke temen yg udah biasa mendaki " bank ko suara yg gamelan yg hajatan bisa sampe sini ya?", terus temen saya nanya dari arah mana suaranya, sayapun langsung menunjuk arah yg saya kira tepat sumber suara berasal,daerah yg kemiringannya curam(jurang) terus temen saya cuma bilang salah denger, terus saya disuruh langsung jalan lagi dan dialihkan pembicaraan. Ga berapa lama Setelah melewati pos bapa tere waktu itu jalurnya rusak karna ada pohon tumbang, jalurnya lebih mirip perosotan, dan disitu saya kepleset jatuh, tapi dengan cekatan tangan saya langsung memegang menutupi potongan batang pohon berbentuk runcing tepat di bawah dada kiri saya, sehingga dada kiri saya hanya membentur tangan yg tertusuk ke batang pohon karna tertindih badan saya. Saat itu saya jadi tersadar bahwa saya kurang berdzikir dan berdoa, sehingga saya lupa melakukan pendakian tsb untuk niat baik saya agar lebih mencintai allah. Dr kejadian itu akhirnya saya sepanjang perjalanan turun dalam hati sy terus memanjatkan doa dan berdzikir, sy pun berdoa untuk dpt pulang bertemu dg ibu sy agar mendapat doa dan keberkahan atas setiap izin yg diberikannya. Maklum pendakian ini saya tidak izin pada ibu ataupun saudara lainnya. Dr hal ini stiap sy pergi kemanapun selalu izin dan memberitahu kapan pulangnya.
ReplyDeleteAmin teh nuhun,terima kasih ya teh tari udh sempetin mampir & mw share pengalamannya semoga apa yg kita share di sini dpt nermanfaat ya teh, oh ia teh klo berkenan te2h share jg documentasinya link di atas teh di sana jg udh ada kwan2 yg lain share documentasinya di sana biar kita bisa sllu bersilahturahmi.
DeleteSuper sekali bang.. Aku baca ceritanya dari awal sampe akhir non stop, bahkan sampe komen-kumenya juga aku baca. Film dokumenter kok gk jadi dibuat bang? Padahal pasti seru banget tuh kalo jadi dibuat. Oya bang, share foto waktu reuni bet 4 di Pantai dong.. Makasih, Salam Lestari!
ReplyDelete-farq
Tanks ya sudh berkenan menyimak pengalaman kami,untk film documenternya batal mungkin blm jodoh atau myngkin blm waktunya mhon doakan smoga ada yg berkenan mengangkat pengalaman kmi dan bisa trwujud niat kmi ingin menyampaikan apa yg pernh kami lwti,untk reuni kami blm sempat jln breng lg insaallah kita bisa jln breng lg + keluarga masing2 amin . .!
DeleteTanks smoga kita smua stabil sllu !!!
Keren ceritanya jd ngerasa kita yg tersesat :v
ReplyDeleteGila keren, amazing. Story teller nya nyangkut banget sama para pembaca. Salut. Keren dah pokoknya. Terharu dan perfecto 😘
ReplyDeletePecah!
ReplyDeleteSalam Rimba!
ReplyDeleteSalut untuk kebersamaannya! Tahun 1995 saya muncak berlima & 1996 muncak berenam. Saya tidak akan cerita tentang hal mistis - karena sudah banyak menceritakannya diatas (atau mungkin kami tidak mengalaminya, hehe), tapi saya pribadi ingin mengulang menekankan lagi bahwa naik gunung atau muncak bukan soal gaya, prestasi. Selain menikmati & mensyukuri indahnya alam dari Yang Maha Pencipta, saya(kita) juga belajar merendahkan hati untuk tahu siapa saya dimata teman-teman & siapa mereka dihadapan saya. Selama ini saya hanya tahu kapasitas saya berdasarkan strata dan eksistensi saya di kota di mata sesama di kota. Siapa aslinya saya & mereka, saya serahkan kepada alam untuk menjadi jurinya. Nilai yang alam berikan kepada saya tidak mutlak untuk selamanya, nilai minus untuk diperbaiki lagi, nilai plus untuk diamalkan. Mengasah mental untuk bisa bertahan hidup ditengah komunitas (dikota atau dimanapun) lebih diutamakan daripada sekedar sebagai penakluk.
Maaf, tidak ada maksud menggurui, karena hingga saat ini pun saya masih ingin belajar, karena 12 Maret 2016 saya & teman akan kembali muncak lewat jalur Palutungan. Gunumg Ceremai mungkin sudah menjadi tempat favorit untuk saya rekomendasikan kepada orang yang ingin mencintai alam -bukan sekedar "pecinta", karena respon alam Ceremai untuk membalas "cinta" yang begitu cepat dan kentara.
Untuk tambahan bila mengambil jalur Palutungan, aura mistis atau "welcome"nya alam Gunung Ceremai bisa dirasakan bahkan sejak desa Cisantana! (desa yang lupa sudah berapa kali menjadi tempat "penepian hati" buat saya yang dari hiruk pikuknya kota Bandung)
Terima kasih bisa berbagi dan Salam Rimba!
Kang oetis ini di angkat di kick andy gak sih ceritanya??
ReplyDeleteTerus dokumenternya kenapa gak dibuat padahal aku nungguin bangeeetttttt.
Tanks ya sebelumya teh dah mw nyimak,Alhamdulillah belum teh dan blm pernah juga dapat kabar bahwa pengalaman kami mw di angkat di acara ntu teh,untuk Dokumenternya kami mohon maaf kami membatalkan dengan ada alasan2 tertentu teh,Mohon doanya teh semoga kami menemukan orang yang tepat untuk mengangkat pengalaman kami untuk tujuan yang lebih baik dan dpat bermanfaat untuk orang banyak !!
Deleteassalamu'alaikum
ReplyDeletepengalaman yang susah untuk di lupakan untuk kalian semua gan
alhamdulillah semua selamat.
saya kemarin juga baru pertama kali naik gunung ciremai lewat jalur palutungan tapi alahamdulillah semua lancar dari naik sampai turun
jangan kapok gan untuk naiik gunung lagi gan
salam semangat
terima kasih mas darul, klo boleh share mas dokumentasi pendakian kemarin mas di sini http://www.kaskus.co.id/thread/56c9c5c8de2cf2364b8b4574/3-hari-tersesat-di-gunung-ciremai
DeleteBiar bermanfaat untuk orang banyak dan di sana ada teman2 pendaki jg yang sudah share dokumentasinya!!
Salam stabil jg dari kami.
sampe pusing baca nya gan
ReplyDeletetpi seru kerenkern
Ajib gan.sekarang masih suka naik fan?
ReplyDeletemerinding bacanya, Alhamdulillah bisa selamat sampai rumah lagi.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteMantab kang ceritanya, saat baca ceritanya bener2 merasakan apa yang kang oethis dan tim rasakan.. saya bner2 penasaran sma yg dialamai kang encam dan kang nining... boleh kang cerita dri masing2 dishare kang, bsa jadi film dokumenter bgt ini kang...
ReplyDeleteKerennn... berasa ikut ngalamin. Alhamdulillah selamat semua.
ReplyDeleteIni keren bray.... LEbih keren dari Film2 gunung yang ada...Seandainya gw punya modal buat memfilmkan cerita ini.. Pasti keren nih Film....
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteEnter your comment...mantap tis ceritanya ente msih di cikunir
ReplyDeleteIa om ajis ane dah di cikunir lg sekarang,nah ente tinggal dmn?
DeleteSorry bgt mba komenya ke hapus tp lucunya sya g ngapus ko mba,dan notif di email jg dah ke hapus jd g bisa blikin komenya,sorry slm kenal dri kami ya mba,tanks bgt sebelumnya dah luangin waktunya & bersilaturahmi !!!!
ReplyDeleteLuar biasa pengalamannya gan utis,, campur aduk perasaan ane baca cerita gan utis. Ane pribadi pernah sekali naik ke puncak ciremai pas tahun 2005, Ane nyasar sndirian pas turun dr puncak gan,, waktu itu dah gelap,dan ane ga bawa penerangan apapun,ane dah ga inget detail kejadiannya gimana ane bisa terspisah sndirian dr rombongan,yang jelas ane selamat,ane pngn cerita gimana ane bisa selamat dan nyampe ke pos condang amis,tapi ane msih aja merinding gan tiap inget kejadian itu. Eh ko malah curhat yaa,,hehee. Salam stabill!
ReplyDeleteTerima kasih ya gan dah nyimak,oh gtu gan share dong pengalamanya dan documentasi pendakianya insaallah bermanfaat untuk orang banyak,agan bisa share di tread saya gan di sana ada temen2 yg lain yg sudah share pengalamanya setidaknya kita semua bisa bersilaturahmi gan.
DeleteSemoga kita semua stabil sllu gan di sisi vertical & Horizontal.
Mohon kritik dan saran, yg memiliki penglaman terkait dengan pendakian mohon agar berkenan berbagi semoga bisa bermanfaat ,!!!