Advertisement here

TERSESAT SELAMA 3 HARI DI GUNUNG CIREMAI

Kami Merencanakan Pendakian

Saya adalah seorang pendaki mungkin apabila dikategorikan Saya hanyalah pendaki yang amatir, karena pendakian yang Saya lakukan hanya untuk mencari kepuasan hati dan Mengagumi kebesaran Allah Swt. Pada awal tahun 2002, Saya dan ketiga teman Saya Encam, Naning, Peking, dan Saya sendiri Utis Sutrisna merencanakan sebuah pendakian tetapi Kami semua belum tahu untuk pendakian ke Gunung mana yang akan kami tuju. Disaat  Saya bertemu Naning dia bilang.

"Tis gw belum pernah naik Gunung sama lo kira - kira kapan kita bisa naik bareng Tis, terus ke Gunung mana yah Tis kayanya seru kalau kita naik bareng.?..”

"Wah gw belum tahu mau naik kemana, tapi gw pingin naik ke tanah tertinggi di Jawa Barat Ning, bagaimana kalo kita ke Ciremai aja Ning ..”

Tak lama kemudian Saya bertemu dengan salah satu teman Saya dia adalah salah satu orang yang pertama mengawali dan menemani hobi Saya melakukan pendakian Encam namanya,terus Saya pun memberitahukan percakapan dengan Naning ke Encam.

"Cam Naning ngajak naik bareng gimana kalau   kita naik Ciremai?...,”

 "Boleh Tis kapan?..”

 "Gimana kalau bulan April Cam?..”

 "Boleh!!!"

Kemudian salah satu teman Kami Peking datang dipertengahan obrolan Saya dengan Encam, Peking langsung gabung dengan obrolan Kami.

"Lagi ngobrolin apa lo berdua?....,” Tanya Peking.

"Gini King, Naning ngajakin naik bareng terus gw punya rencana sih pingin naik ke Ciremai!!” Sayapun menjawab.

 "Boleh tuh! gw ikut deh!” Jawab Peking setuju.

Keesokan harinya Peking  datang ke tempat biasa Kami nongkrong. 

"Wooy gw dah beli carriel baru nih yo siap berangkat”

Akhirnya Kami semua merencanakan lebih lanjut untuk pendakian yang belum tahu track atau jalur pendakian Gunung Ciremai sebelumnya, akhirnya Kami mencari informasi dari kawan - kawan Kami yang sudah melakukan pendakian ke Gunung tersebut, dengan informasi yang sangat minim Kamipun menentukan hari keberangkatan.

Proses Keberangkatan

Sebenarnya ke dua orangtua Saya tidak pernah mengizinkan  saya untuk melakukan pendakian, tetapi anak seusia Saya pada saat itu lagi senang-senangnya mencari sebuah pengalaman baru. Jadi setiap Saya  ingin melakukan pendakian, peralatan pendakian Saya selalu lebih awal dari yang lain di packing, karena apabila  ibu Saya sampai tahu pasti Saya akan batal atau gagal melakukan pendakian, jadi caranya Kami  meminta izin kepada kedua orang tua Saya. Dengan cara, Kami semua sebelum berangkat datang dahulu kerumah Saya setelah ibu Saya selesai Shalat subuh lalu Kami meminta izin kepadanya dengan perlengkapan yang sudah ada di punggung Kami masing-masing, itulah waktu yang sangat tepat menurutku untuk meminta izin kepada orangtua bisa di katakan dengan cara memaksa. Akhirnya kedua orangtua Saya mau tidak mau mengizinkan Kami walaupun wajah mereka menunjukkan tidak ikhlas mengizinkan Kami semua pergi untuk mendaki, Saya pun langsung mencium tangan ke dua orangtua Saya sambil meminta doanya

"Mah Utis berangkat dulu doain yah mah?...” Encam, Naning, Pekingpun bergantian meminta do'a kepada kedua orangtua Saya.

Kami semua melakukan keberangkatan pada hari selasa pagi kurang lebih  mulai berangkat dari rumah sekitar jam 5 pagi menuju terminal Bekasi, dan sebenarnya Kami semua tidak tahu dimana Gunung Ciremai itu tepatnya. Tetapi yang terpenting untuk Kami hanya tahu dikota mana Gunung Ciremai itu berada untuk Kami itupun sudah cukup, dan itu memang selalu yang Kami lakukan karena apabila dari salah satu teman mendaki Kami sudah tahu atau pernah mendaki Gunung yang akan Kami daki pasti Kami membatalkan pendakian ke Gunung tersebut, karena Kami merasa kurang asyik apabila sudah ada yang mengetahui Gunung yang akan Kami daki, alasan Kami kita berusaha ingin mengerti Gunung yang kita daki dengan bersama-sama mencari jalan sampai kepuncaknya, akhirnya kita semua menuju ke kota Cirebon dengan bus jurusan Cirebon dari terminal Bekasi.

Di separuh perjalanan bus yang Kami tumpangi, bus tersebut istirahat disalah satu SPBU lalu Kami  membeli makanan untuk mengganjal perut Kami tidak lama kemudian ada seorang lelaki berjaket kulit, berkacamata hitam kurang lebih berusia 30 tahunan menghampiri Kami.

"Mau ke mana mas?..”

"Ga ke mana - mana kok mas!” Kami menjawab

"Ah Mas - mas mau mendaki yah itu bawa tas besar - besar?...” Tanya lelaki jaket kulit penasaran

"Ia mas Kami mau naik ke Ciremai!" Jawab Encam.

"Oh mau ke Ciremai kalo mau naik ke sana?.., lebih baik lewat jalur Palutungan aja mas lebih landai dan pemandangannya lebih indah kalo dari jalur sana!” Balas lelaki jaket kulit.

"Oh gitu ya mas" ia sebenarnya rencana Kami semua ingin mendaki belum tahu lewat jalur mana tapi rencana Kami mau lewat jalur Linggarjati mas!” Encam menjelaskan.

"Wah lewat Linggarjati jalurnya lebih curam mas Saya juga suka membawa rombongan anak – anak Universitas  untuk melakukan pelantikan, di perkemahan di bawah kaki Gunung Ciremai lewat Palutungan!” Kata Lelaki Jaket Kulit menyarankan.

Kalo Mas-masnya mau nanti Saya antar kearah jalurnya, Kami merasa sudah sangat akrab dengan lelaki itu padahal Kami cuma bertemu ditempat istirahat bus, ia pun memberikan no. telepon dikertas kepada Saya lalu Saya simpan didalam dompet. Akhirnya kita semua mempercayai ucapan lelaki itu karena alasannya sangat masuk akal dan kelihatan dari ucapannya yang cukup mengetahui Gunung Ciremai dan terlihat postur tubuhnya lelaki itu seperti seorang pendaki yang berpengalaman dan iapun mengantar Kami sampai kearah jalur Palutungan, Kamipun berpisah setelah lelaki itu bilang kamu naik aja angkot itu dia kearah Palutungan kok.

Sampai di Pos Pendaftaran Jalur Palutungan

Kami semua tiba kesebuah pos pendaftaran untuk pendakian, lucunya Kami ragu dengan pos tersebut selain pos pendaftarannya sudah tidak layak banyak bagian yang rusak dan tidak ada satu orangpun yang menjaga pos pendaftaran tersebut, akhirnya kita istirahat dipos itu sambil bertanya kepada warga sekitar yang lewat.

"Pak permisi Saya mau tanya kalo mau mendaki mendaftar kemana yah pak?...” Kami bertanya.

"Oh tunggu disini yah mas, Saya panggil dulu pak Sandy yang menjaga pos ini tapi orangnya lagi di kebun?...” Jawab warga setempat

"Ia pak Kami tunggu..!”

Kami semua makin bingung, sambil menunggu Saya melihat-lihat kedalam pos dari luar karena masih terkunci itu ada sebuah mading didalam sana Saya melihat isi mading itu tentang keindahan pemandangan puncak Gunung Ciremai yang ingin Kami daki.

Tak lama kemudian pak Sandi datang akhirnya pos pendaftaran dibuka dan Kami semua masuk kedalam. Anehnya setelah Saya masuk ke dalam, mading yang Saya lihat dari luar tadi ternyata isinya bukan Foto-foto keindahan puncak Gunung Ciremai, melainkan sebaliknya ternyata mading tersebut berisikan Foto-foto evakuasi korban-korban pendaki Yang mengalami kecelakaan pada waktu pendakian, Saya langsung kaget tetapi Saya tidak bilang kepada salah satupun teman Saya, proses pendaftaranpun akhirnya selesai. Sebelum Kami semua melanjutkan perjalanan Pak Sandi lalu menanyakan perlengkapan Kami.

"Apa perlengkapannya sudah lengkap?...” Tanya Pak Sandi

"Lengkap pak"!, Pak rencana Kami  mau turunnya lewat jalur Linggarjati?..”

"Oh gitu...! kalo mau turun lewat jalur itu nanti di puncak sana ada satu "nisan" salah satu pendaki dari kota Bekasi kalian harus lewati terus jalan kedepan nanti terlihat ada plang atau papan petunjuk yang di paku di pohon jalur Linggarjati!” Pak Sandi menjelaskan.

"Ia Terima Kasih yah pak!"

Lalu Kami pun semua pamit berangkat untuk menempuh jalur Palutungan tersebut.

Awal Memasuki Jalur Pendakian Palutungan

Kami melewati pemukiman desa  Palutungan, benar ucapan lelaki yang bertemu dibus memang jalur Palutungan sangat indah dan tidak terlalu curam.

 Sepanjang perjalanan Kami bercanda agar perjalanan yang Kami tempuh tidak terasa terlalu jauh dan cape. Disela waktu Kami melewati pemukiman Kami semua disuguhkan dengan hamparan ladang wortel yang tumbuh sangat subur dikaki Gunung Ciremai tersebut. Kami menyempatkan diri untuk meminta beberapa wortel dari sipemilik ladang, Kami membawa wortel tersebut untuk bekal diperjalanan. Selama Kami berjalan mengikuti jalan setapak yang Kami lalui benar-benar terasa alami sepertinya alam yang membuat jalur dengan sendirinya.

 Kami tidak menyadari bahwa jalur yang Kami lalui sepertinya sudah sangat jarang dilalui para pendaki. Track yang Kami lalui terbentuk asli dengan sendirinya, Kamipun terhalang dengan tumbangnya salah satu pohon besar yang menutupi jalur setapak, akhirnya Kami berhenti melihat sekeliling dan berpikir mau lewat mana. Lalu tidak lama kemudian ada satu kelompok pendaki yang turun dari atas berlawanan arah dari Kami mereka menuruni jalur lewat pohon yang tumbang didepan Kami agak kaget dan kelompok pendaki yang turun itu hanya tiga orang akhirnya menghampiri Kami ia bertanya kepada Kami.

"Mas baru mau muncak ya?....”

"Ia Mas, wah jalurnya tertutup pohon tumbang ya mas?...”

"Ia, masnya telat kita dah turun masnya baru mau muncak!, kalo gitu Saya lanjut turun yah mas, sukses yah sampai puncak!” Kata para pendaki tersebut memberikan semangat.

"Ia mas tanks yah mas hati - hati juga mas!”

Lalu Kami semua melanjutkan perjalanan dengan melewati pohon besar yang tumbang itu yang sangat licin penuh dengan lumut.

Kami semua dengan hati-hati sambil sedikit merangkak sambil memegang ranting-ranting pohon tumbang itu melewati akhirnya Kami semua sampai menemukan jalur setapak lagi.

Langitpun mulai gelap dan Kami menemukan rombongan pelantikan pecinta Alam salah satu Universitas kota Cirebon. Kami memutuskan mendirikan tenda didekat rombongan pelantikan tersebut.

Waktu semakin malam udara disekitarpun mulai terasa dingin. Untuk menghangatkan tubuh, Kami membuat kopi dan memasak untuk makan malam. Tak lama kemudian Kami mendengar seperti suara rombongan sampai ke tenda pecinta alam yang berada di dekat tenda Kami. Lalu Kami mengunjungi ketenda mereka Kami berkenalan dan sempat sebentar mengobrol sambil menikmati agar–agar yang Kami buat dimalam itu.

 Ternyata mereka dari salah satu Universitas kota Cirebon baru saja melakukan kegiatan mencari jejak.

Pagi haripun tiba matahari sudah menembus kabut dan dedaunan, Kami terbangun lalu Kami mandi disungai yang dekat tenda Kami dan yang lain mengepak peralatan pendakian ada juga yang membuat sarapan untuk mengisi tenaga Kami.

Setelah semua selesai Kami pamit dengan rombongan pelantikan pecinta alam itu dan disitulah akhir Kami bertemu orang lain selain Kami berempat, Kami terus melanjutkan pendakian melewati jalan  setapak yang benar-benar alami dan banyak sekali papan peringatan yang dibuat para pecinta alam (ranger) untuk tata tertib pendakian Ciremai, ada yang berisikan

"DILARANG BICARA TIDAK SOPAN / SEMBARANGAN"

Kami melanjutkan perjalanan menuju puncak Gunung Ciremai sepanjang perjalanan Kami masih tetap menghibur diri Kami dengan bercanda karena memang salah satu dari Kami yang bernama Naning sangat kocak anaknya, kebetulan Naning itu belum pernah melihat bagaimana Edelweis (bunga abadi yang ada di Gunung) yang masih di tangkainya atau dipohonya langsung, disepanjang jalan Kami semua membohongi Naning kalo ada bunga liar yang Kami lewati, Kami semua bilang kepadanya.

"Ning tuh bunga abadi…!"

Dengan senangnya Naning memetiknya lalu Kami menertawakannya.

"ha..ha..ha..!!!!"

"Bukan Ning nanti mungkin dipuncak sana kita bisa nemuin Edelweis”.

Misteri Goa Walet Yang Ada di Dekat Puncak Gunung Ciremai

Mungkin kurang lebih sekitar dua jam lagi perjalanan apabila dilihat dengan mata kepala Kami bisa sampai dipuncak, tiba-tiba Peking menghentikan perjalanan ia berkata.

"Woy break dulu yah kayaknya gw gak sanggup lanjutin lagi perjalanan, lagian juga  gw susah nafas terus sudah sore gimana kalo kita buka tenda disini?...” Teriak Peking.

"King bentar lagi sampe ke puncak tuh dah kelihatan Puncaknya!” Balas Saya.

Peking tetap saja tidak bisa melanjutkan perjalanan lagi mungkin karena oksigen mulai menipis karena ketinggian, Peking makin terasa susah bernapas. Akhirnya Kami memutuskan untuk ngecamp atau membuka tenda. Ternyata disekitar kita ada sebuah Goa yang tidak Kami ketahui sebelumnya, Kami tahu karena melihat papan petunjuk yang dipasang dipohon yang bertuliskan "Goa Walet" yang posisinya berada dibawah sana. Tetapi Saya pribadi jujur awal melihat mulut Goa tersebut merasa sangat takut lalu Saya berpendapat.

"Gimana kalo diriin tenda di luar Goa aja?....”

"Gw gak mau kalo diriin tenda di luar goa mending di dalem aja lebih Aman, kalo ada badai kita gak bakal kena badai” Protes Peking.

Saya berpikir gak akan terkena badai karena posisi untuk menjangkau kegoa tersebut harus turun  mungkin sekitar 5-7 meter dari kami berdiri, jadi sebenarnya walaupun Kami mendirikan diluar goa kita terlindung dibalik tebing yang ada disekitar kita atau tepatnya Kami semua berada disekitar antara tebing tersebut.

Akhirnya Peking malah emosi dia tetap saja memaksa Kami semua untuk mendirikan tenda didalam goa sampai ia membanting dirigen stok air minum yang ia bawa. Akhirnya Encam dan Naning menenangkan keadaan saat itu mereka bilang,

"Ya udah Tis kita cek aja dulu kedalam goa itu siapa tahu ada tempat yang enak?...”

Lalu Kami semua mengecek kedalam goa, dimulut goa banyak sekali botol-botol air mineral .

yang berfungsi menampung tetesan air yang jatuh dari stalaktit yang ada di sekitar mulut goa. Yang ada dibenak Kami, mungkin air itu untuk membantu para pendaki yang kehabisan stok air untuk menuju puncak karena sudah tidak ada lagi sumber air untuk menuju puncak selain tetesan air dari stalaktit tersebut.

Dengan bantuan senter dan lampu badai untuk menerangi pandangan mata Kami untuk melihat kedalam goa, karena benar-benar tidak ada cahaya selain dari senter dan lampu badai tersebut saat Kami mulai kedalam goa itu.

Akhirnya Kami menemukan tepat yang sangat sempit tetapi cukup untuk berbaring empat orang, tanahnya sangatlah halus mungkin seperti rumah-rumah dipedesaan yang lantai hanya tanah yang sudah keras dan mengkilat hitam, kurang lebih seperti lantai yang terbuat dari tanah dan di atasnya sudah diberikan plastik untuk menahan tetesan air dari atas goa tersebut. Kami pun tidak pernah tahu siapa yang memasangnya, akhirnya Kami memutuskan menginap di tempat itu karena dari yang Kami lihat hanya tempat itu yang terbaik menurut Kami.

Kami semua membawa peralatan Kami kedalam Goa itu dan merapihkan untuk menginap semalam ditempat itu walaupun Kami tidak bisa mendirikan tenda untuk Kami tidur, Kami hanya menggunakan tenda dan matras untuk mengalasi Kami tidur. 

Di atas langit - langit goa tersebut memang banyak sekali sarang burung walet karena burung-burung walet banyak bersarang diantara celah atap goa dan berterbangan dari langit-langit goa tersebut. Kami berpikir mungkin goa ini dinamakan "Goa Walet" karena banyak sekali burung walet yang bersarang di goa ini.

Tanpa Kami sadari dari tempat berbaring Kami yang kurang lebih 2 x 3 meter di bawah kaki Kami ada lubang yang sangat gelap, Kami cek dengan menjatuhkan batu ke dalam lubang atau rongga goa tersebut untuk mengetahui apakah dangkal atau sebaliknya. Ternyata lubang itu sangat dalam sampai batu yang tadi Kami jatuhkan sangat lama menyentuh dasar lubang tersebut, pantulannya terdengar sangat jauh, rasa ketakutan Saya semakin tambah, lalu waktu semakin malam Kami memutuskan untuk berbaring, tidak lama kemudian Encam berteriak disaat Kami semua sudah mulai tidur.

 

"Aduh gw kebakar, Aduh gw ke bakar...!!” Kami semua terbangun lalu bertanya.

 

"Apa yang ke bakar Cam?....,”

 

"Ini badan gw kaya ke bakar?...” Kata Encam Menjelaskan.

 

Lalu Encam membuka jaket yang ia pakai dengan penerangan senter dan lampu badai Kami melihat kearah yang terasa terbakar pada tubuh Encam tepatnya dibawah ketiaknya ternyata kulitnya terkelupas, bahkan ada bagian kulit yang ikut menempel dijaket Encam karena jaket Encam berupa rajutan benang atau sweater rajut, kulit yang terkelupas mungkin kurang lebih lebarnya setelapak tangan orang dewasa. Lalu Kami mengobatinya dengan peralatan P3K yang Kami bawa, ternyata penyebab kulit Encam terbakar karena, minyak tanah yang tumpah dijaketnya dari lampu badai yang dia taruh didalam Carriernya yang dibalut jaket untuk terhindar dari benturan. ternyata isi minyak di dalam lampu itu masih tersisa dan tumpah dijaketnya. 

Pengalaman yang kita dapat dari kejadian itu ternyata minyak tanah sangat berbahaya apabila dikeadaan suhu tertentu yang dingin apabila terkontak langsung dengan kulit. Lalu Kami semua melanjutkan tidur suasana didalam goa semakin mencekam tidak lama kemudian Naning membangunkan Saya.

"Tis bangun…!"

 

"Kenapa Ning?..”

"Gw pingin kencing tapi dimana yah gw serem nih?..” "Sama gw juga dari tadi nahan kencing Ning!”

Encam dan Peking akhirnya terbangun dari tidurnya karena mendengar obrolan Kami berdua mereka pun menyarankan,

"Ya udah kencing aja di depan sini Ning!”

Jadi akhirnya Kami berdua buang air kecil di lubang yang ada di bawah kaki Kami yang sebelumnya lubang yang Kami cek dalam sekali itu, Kami berdua pun melanjutkan istirahat karena besok pagi Kami semua harus sudah melanjutkan pendakian ke puncak. 

Pagi hari pun tiba Kami lihat jam sekitar 06.15, tetapi Kami semua tidak melihat cahaya matahari sedikitpun yang masuk kedalam goa. Tiba-tiba Peking bangun dari tidurnya belum sedikit pun minum ataupun mengucek kedua matanya ia seperti orang menyanyi dan yang sangat anehnya ia menyanyikan lagu yang Saya tidak tahu liriknya karena pas Saya perhatikan lalu Saya tanyakan.

"King lo nyanyi lagu siapa?... “

“Gw gak nyanyi apa - apa kok?...” Jawab Peking dengan santainya.

Saya pun bingung karena Saya jelas-jelas mendengar Peking menyanyikan sebuah lagu, syair lagu yang Peking nyanyikan yang Saya masih ingat dengan jelas "Aku Terdampar Di Hutan yang Luas Ini" dan jujur saja nadanya lumayan bagus Peking nyanyikan, yah sudah Saya mengabaikan nyanyian tersebut, lalu Kami semua mengepak barang masing-masing untuk melanjutkan pendakian ke puncak.

 

Pendakian Menuju Puncak Ciremai (Batu nisan Pendaki Dari Kota Bekasi Yang Ada di Puncak Ciremai)

 

Kami semua melanjutkan pendakian kepuncak Gunung Ciremai ternyata untuk mencapai puncak Kami harus melewati jalur yang sangat terjal penuh dengan bebatuan dan sudah tidak ada lagi pepohonan yang tumbuh besar disekitar puncak sana. Mau tidak mau Kami semua merangkak dengan beban carrier masing-masing yang Kami bawa hanya dibantu bebatuan yang ada disekitar untuk berpegangan, banyak juga bebatuan yang jatuh akibat Kami jadikan pijakan dan pegangan. Ada beberapa batu yang jatuh mengenai kepala diantara Kami akhirnya Kami mendaki dengan berzig-zag agar bebatuan yang jatuh tidak tertimpa lagi karena sangat berbahaya apabila diantara Kami tergelincir kebawah sana. Mungkin kurang lebih satu setengah jam Kami melewati jalur yang sangat curam itu akhirnya Kami sampai dipuncak Gunung Ciremai.

Kami berempat sangat bangga dan sangat mengkagumi kebesaran Allah SWT. Mungkin itu semua ungkapan yang umum bagi parapendaki karena dengan kita berada dipuncak atau berdiri ditanah yang Allah SWT, ciptakan lebih tinggi dari sekitarnya kita semua akan merasakan makhluk yang sangat kecil yang tak ada bedanya dengan butiran debu. Itu menurut Saya mungkin inilah salah satu Allah SWT memberikan hobi atau sebuah keinginan pada setiap umatnya, apapun keinginannya tanpa terkecuali apabila sudah dapat mencapainya Allah SWT memiliki tujuan agar setiap umatnya dapat mensyukuri nikmat yang ia telah berikan dan untuk memahami bahwa kita semua mahluk yang tidak sempurna agar dapat mengetahui kebesarannya.

Kami berempat menikmati pemandangan yang sangat indah dari puncak sambil menikmati wortel yang Kami bawa dari perkebunan dibawah kaki Gunung Ciremai, ternyata wortel yang Kami bawa dimakan dengan gula pasir terasa nikmat apa karena laper yah. Tidak lama kemudian Kami mengambil gambar disekitar puncak yang Kami sudah capai, Kaldera (kawah) terlihat indah banget berwarna hijau. Tiba-tiba ada seekor burung yang datang menghampiri di saat Kami mengambil gambar (Foto-foto) Kamipun tidak tahu nama burung itu, warna burung itu kepalanya coklat tua sebesar burung poksai uniknya burung itu tidak takut dengan Kami semua, ia meloncat-loncat mendekati Kami semua. Lalu Naning mendekati burung itu Naning seperti mengajak ngobrol burung itu.

"Burung - burung sini!!”

Dan Naning memuji burung itu bagus, Kami semua ternyata memiliki pemikiran yang sama. Agak aneh juga yah belum pernah selama pendakian sampai puncak Gunung yang Kami pernah daki bertemu seekor burung yang terlihat jinak, tak lama kemudian burung itu meloncat agak menjauh dari Kami semua dan burung itupun terbang entah kemana.

Lalu kurang lebih sekitar satu jam Kami dipuncak sana setelah selesai menikmati salah satu kebesaran Tuhan, istirahat dan mengisi perut, Kamipun menghabiskan perbekalan Kami di puncak selain memang Kami membawa perbekalan secukupnya karena Kami pikir Kami akan lebih cepat untuk perjalanan turun melalui jalur

Linggarjati dari pada jalur Kami mendaki, pikir Kami sore hari sudah sampai ke Linggarjati. Salah satu dari Kami ingat bahwa ada seorang pendaki dari kota Kami yang dibuatkan batu nisan oleh keluarganya dipuncak Gunung Ciremai. Lalu Kami memutuskan untuk mencari batu nisan tersebut, karena Kami semua tidak pernah tahu sebelumnya jadi Kami sangat ingin mengetahui batu nisan itu.

Akhirnya Kamipun menemukan nisan tersebut walaupun sebelumnya Kami salah dengan batu nisan tersebut, karena dipuncak sana ada sebuah patok itu istilah dari Kami karena benda tersebut terbuat dari batu yang dicor.

Kami semua sudah mendoakan patok tersebut yang Kami kira nisan lalu Kami melanjutkan perjalanan untuk turun dari puncak menuju jalur Linggarjati. Ternyata sebelum Kami menemukan jalur Linggarjati Kami menemukan sebuah batu nisan yang sebenarnya yang dikatakan sebelumnya oleh Pak Sandi, yaitu salah satu korban kecelakaan pendaki di Gunung Ciremai ternyata ialah pendaki yang berasal dari kota Kami Bekasi, ternyata lengkap seperti batu nisan pada umumnya bertuliskan Nama, Tanggal, Bulan, dan Tahun wafatnya. Saya hanya ingat ia wafat persis satu tahun yang lalu 2001 kalau tidak salah bulannya sama dengan Kami mendaki yaitu bulan April, disekitar batu nisan tersebut ada beberapa botol air mineral dan botol parfum, mungkin itu adalah bukti bahwa banyak juga para pendaki yang mendoakan salah satu pencinta alam yang telah mendahului kita semua.

Kami semua bersama-sama mendoakan dan Encam meninggalkan sebotol bekal air mineral yang ia bawa. 

Misteri di Lembah Gunung Ciremai

Kemudian Kami semua melanjutkan kembali perjalanan mencari jalur Linggarjati. Ketika Kami menyusuri jalan sekitar bibir kawah, Kamipun menemukan jalan setapak yang Kami kira jalur Linggarjati. Kami mengikuti jalur setapak tersebut tidak lama kemudian sekitar 15 menit Kami menelusuri jalan tersebut, ternyata jalur setapak tersebut terputus tidak ada jalan lagi tertutup tanaman liar yang ada di sekitar puncak. Dengan cepat Kami semua memutuskan kembali lagi ke puncak karena Kami tidak mau ambil resiko untuk tersesat di Gunung ini, belum ada satupun dari Kami yang panik setelah menemukan jalan setapak yang salah tersebut. Lalu Kami menemukan kembali jalan setapak salah satu dari Kami mengecek jalan setapak itu terlebih dahulu dan setelah dicek betul jalur itu benar-benar jalur untuk turun kekaki Gunung Ciremai. Kami menganggap bawah jalur yang Kami lewati itu benar mengarah ke Linggarjati setelah sekitar 20 menit Kami menempuh jalan setapak yang Kami jadikan acuan untuk sampai kekaki Gunung Ciremai tepatnya jalur Linggarjati. Ternyata Kami semua disuguhkan dengan pemandangan yang Kami tidak pernah lihat sebelumnya terutama Naning kawan Saya yang belum pernah melihat bagaimana pohon edelweis ternyata Kami semua berada di ladang bunga abadi tersebut dan yang luar biasanya pohon edelweis sangat besar-besar bahkan Naning sempat memetik bunga tersebut sambil menaiki salah satu pohon edelweis disana, dan bahkan Encam untuk memetik bunga sempat menarik dulu dahan agar bisa memetik bunga yang berada di pucuknya yang bagus dan sedang mekar. Dengan sangat gembiranya Kami semua mulai memetik bunga - bunga abadi tersebut sambil menyusuri jalan setapak hingga tanpa Kami sadari ternyata Kami berada sudah tidak dijalan setapak lagi melainkan Kami semua berada didalam rongga tanah. Mungkin dapat diibaratkan persis seperti jalur air yang sudah kering awalnya rongga itu dalamnya sekitar betis orang dewasa, tetapi tanpa Kami sadari sambil memilih-milih bunga abadi tersebut ternyata rongga tanah yang Kami susuri semakin dalam dan besar malah kurang lebih Kami ada di kedalaman 4 - 5 meter dalam rongga tanah tersebut. Kemudian Kami berhenti sejenak untuk istirahat dan membicarakan

"Kenapa kok makin lama makin dalam sama makin lebar yah?....,”

"Cam gimana kalo kita balik lagi ke atas soalnya nih jalur gw gak yakin?....” Saran Saya kepada Encam.

"Wah Tis kalo kita naik lagi udah jauh banget nih puncak dari sini kita semua bisa ke maleman sampe bawah” Jawab Encam.

Kedua teman Sayapun yang lain mereka berpikir sama.

"Ia ternyata kita sudah jauh juga dari puncak?...,”

Mungkin kita sekarang sudah sampai Lembah Gunung ini. Perasaan Saya pribadi sudah mulai tidak enak meskipun dari Kami ada yang masih santai dengan keadaan saat itu malah ada yang berpendapat diantara Kami.

"Siapa tahu kita bisa nemuin jalur baru dan lebih cepat sampai ke bawah sana”.

Kamipun terus menyusuri jalur air (rongga tanah kering) yang terus semakin dalam akhirnya Kami memutuskan untuk naik ketepi rongga, Kami terus menyusuri tepi rongga tersebut akhirnya Kami ditemukan hamparan rumput gajah yang sangat luas mungkin Kami dapat mengibaratkan seperti kita melihat sawah-sawah yang terhampar sangat luas dipedesaan. Dari jarak kurang lebih 50-100 meter baru terlihat sebatang pohon kecil yang hidup di dataran tinggi di antara rumput - rumput gajah disekitarnya. Dengan berpikir positif Kami semua melanjutkan perjalanan untuk menuju ke kaki Gunung, lagi-lagi Kami mengulangi kejadian yang sama awalnya Kami menelusuri hamparan rumput liar tersebut hanya sekitar tingginya sebetis orang dewasa, Semakin Kami menelusuri kebawah sana, ternyata Kami harus mengeluarkan belati yang Kami bawa untuk membuka jalan yang terhalang rumput itu terus semakin tinggi.

Naning adalah orang yang terpendek dari Kami semua ia mulai tertutup oleh rumput liar tersebut tinggi rumput liar hampir melewati pundak Naning, tidak lama berselang Naning yang berjalan dipaling belakang berteriak 

"Mundur....mundur...mundur...!!!!”

"Kayanya kita gak bisa terusi jalur ini semakin kebawah semakin tinggi rumputnya kita semua bisa ketutup rumput ini?...” Seru Naning.

Saat Naning berkata seperti itu ia sudah berada diatas pohon yang ada di sekitar situ yang tingginya mungkin 3 - 4 meter batang pohon itu besarnya kurang lebih selengan orang dewasa, Mengapa Naning naik keatas pohon tersebut ternyata Naning merasa menginjak benda yang bergerak dan licin itulah sebabnya ia naik keatas pohon ia takut yang ia injak itu adalah ular yang besar. ( ungkapan ini di ucapkan setelah Kami sudah dalam perjalanan pulang ke Bekasi ).

Akhirnya Kami mengikuti perintah Naning, Kami semua kembali turun kerongga tanah yang tadi yang tingginya mungkin 2-3 kali lipat dari kita semua,

Langit pun mulai gelap, tanpa Kami sadari sampai saat ini bagaimana Kami semua bisa keluar dari rongga itu. Yang masih sangat jelas sampai sekarang kurang lebih sekitar jam lima sore Kami menemukan aliran air seperti sungai yang airnya sangat sedikit dan penuh bebatuan itu berada di tengah-tengah jurang disebelah kanan dan kiri Kami tebing - tebing yang sangat curam, haripun semakin malam akhirnya Kami semua memutuskan untuk mendirikan tenda didekat sungai tersebut.

 Malam Pertama Kami Tersesat di Lembah Gunung Ciremai

Kami akhirnya dengan cepat mendirikan tenda untuk beristirahat. Setelah tenda selesai berdiri, Kami baru menyadari bahwa perbekalan makanan Kami sudah habis, mungkin untuk menghangatkan tubuh dan menambah tenaga masih bisa walaupun hanya dengan meminum segelas kopi panas. Akhirnya Kami membuka carrier yang dibawa oleh Naning karena dia yang membawa konsumsi Kami lalu Naning mencari kopi dan gula ternyata kopi dan gula yang Kami bawa hilang dari carrier. Kami semua mencari dan membongkar carrier itu tetap saja kopi dan gulanya tidak ada, yang tersisa hannya garam dan cabai saja, dengan keadaan yang sangat dingin dan perut Kami terasa sangat lapar Kami semua menyemil garam dan cabai yang masih tersisa Kami anggap lumayan untuk memberikan rasa pada lidah Kami yang tadinya hanya meminum air dari sungai yang Kami telusuri. Saat itu Saya ingin membuang air kecil lalu Saya keluar dari tend kearah belakang tenda di saat sedang membuang air kecil Saya tidak sengaja melihat lampu - lampu pemukiman di wilayah kaki Gunung Ciremai, Saya langsung memanggil salah satu kawan Saya.

"Ning kita dah deket tuh lampu - lampu pemukiman dah keliatan dari sini sama genting nya!”

Naning, Encam, Peking mereka langsung keluar dari tenda langsung bertanya,

"Mana?....” Tanya mereka.

Ia pun semua melihat pemukiman yang terlihat cukup dekat dengan tempat Kami bermalam. Kami semua kembali masuk ke dalam tenda, Naning merencanakan untuk besok pagi.

"Besok kita semua bangun jam limaan pagi terus kita tutup tenda paling sekitar jam sembilan kita dah sampe diperkampungan”

Kami semua benar - benar sangat gembira melihat perkampungan yang cukup dekat terlihat sampai rasa lapar agak Kami lupakan bukan hilang, Kami langsung beristirahat untuk besok paginya melanjutkan perjalanan ke perkampungan yang tadi Kami lihat itu.

Sekitar pukul lima pagi Kami semua sudah terbangun mungkin karena Kami semua sudah tidak sabar lagi ingin cepat sampai di perkampungan agar bisa mengisi perut yang sudah kosong dari kemarin.

Kami bergegas menutup tenda dan mengecek perlengkapan yang Kami bawa masing - masing karena jangan sampai teledor seperti kasus gula dan kopi kemarin tiba-tiba bisa hilang, setelah semua sudah beres perlengkapan yang Kami bawa Kami pun berdoa meminta agar di lancarkan dalam perjalanan pulang.

Sebelum Kami melangkah untuk melanjutkan perjalanan, Kami memastikan melihat kearah perkampungan yang Kami lihat cukup dekat semalam ternyata tidak ada satu rumah penduduk yang Kami lihat Kami semua hanya melihat hamparan hutan yang sangat luas dan tertutup oleh pepohonan yang besar dan rindang Kami hanya melihat hamparan hutan belantara, padahal Kami sangat jelas semalam melihat pemukiman penduduk dengan jelas terlihat sampai bola lampu dan genting rumahnya.

Kami semua mulai sadar ternyata Kami memang mulai tersesat semakin dalam ke hutan yang Kami daki ini, di dalam pikiran Kami semua sama Kami tersesat bukan hanya karena salah arah tetapi ada sebab lain. Namun di antara Kami tidak ada yang berani mengucapkannya.

Encam mulai mengambil alih untuk membuka jalan,

"Ayo pasti kita dapet jalan keluar gw yakin, Ayo kita semangat

Kami mulai melangkah mengikuti kemana arah Encam yang menjadi pembuka jalan dia memilih mengambil naik ke atas tebing yang ada di sebelah kiri Kami.

Kami pun mulai merangkak menaiki tebing itu tanpa alat bantu sama sekali untungnya tebing itu tanah bukan bebatuan Kamipun bisa menaiki tebing dengan cara memegang akar-akar, ranting, dan bebatuan untuk membantu Kami mencapainya atas tebing itu.

Sampai diatas tebing Kami berada dihutan yang sangat lebat dan pepohonan yang sangat besar mungkin untuk dipeluk oleh tiga orang dewasa pun belum tentu bisa memeluknya. Keadaan di hutan tersebut benar-benar alami, sebelumnya Kami tidak pernah menemukan suasana atau keadaan hutan yang sealami ini sampai tak tampak seorang pun pernah menjamahnya.

Lalu Encam membawa Kami untuk menemukan jalan keluar dari lembah atau hutan ini, setelah sekitar dua jam Kami terus membuka jalan, Kami menemui jalan buntu Kami berada di atas jurang yang sangat curam entah berapa meter kedalaman jurang tersebut. Encam pun mengambil arah balik tak lama kemudian Peking berhenti dan berteriak agak kencang.

"Kalo gini berarti kita di bawa Setan kederrr ! Gw tahu mungkin ini semua gara-gara edelweis yang kita petik di puncak. Pokoknya semua buang bunganya!!" .

Di salah satu antara Kami mulai mengeluarkan bunga tersebut dari carriernya untuk membuangnya, dengan keadaan yang sangat panik Kami membuang bunga abadi yang Kami petik di puncak sana Kami letakkan didekat pohon besar yang berada disana sambil membaca surat Al-fatihah bersamaan. Alasan Peking atau Kami mencurigai bunga tersebut karena Kami bisa sampai kejalur ini karena rongga tanah yang ada didekat puncak yang Kami lewati di atas sana dengan ladang bunga abadi yang tumbuh mekar berada dihamparan Kami.

Perjalananpun Kami lanjutkan dengan keadaan yang sangat panik dan takut salah satu dari Kami ada yang memulai Bertakbir.

"Allah...huakbarAllah...huakbar Allah...huakbar...”

Lalu Kami berempatpun bersama-sama Bertakbir dan bahkan selama Kami mencari jalan keluar entah karena rasa takut yang mulai ada di diri kita semua tanpa Kami sadari Kami bertakbir seolah-olah seperti tak mau terputus apabila dari salah satu teman Kami terputus mengucapkan takbir otomatis salah satu dari Kami melanjutkan takbir begitu terus yang Kami lakukan, selama Kami mencari jalan keluar. 

Burung - burung Penghuni Lembah Ciremai

Belati Encam terus menyingkirkan ranting-ranting yang menghalangi perjalanan dihutan yang Kami lewati, setelah Kami melewati hutan yang sangat lebat dan pepohonan yang sangat besar–besar. Kami menemui hutan kering istilah itu Kami yang memberikan nama karena hanya berisikan ranting-ranting kering yang tidak ada daunnya, selain itu cukup luas hutan kering tersebut.

Sekitar lima menit Kami memasuki hutan kering tiba-tiba satu demi satu burung-burung berdatangan jenis burungnya sama persis seperti jenis burung yang Kami temui dipuncak sana, yang Kami tak habis pikir saat Kami bertemu dipuncak sana hanya satu ekor burung yang datang menghampiri Kami.

Di hutan kering sangat berbeda Kami dihampiri ratusan burung dengan jenis yang sama mengikuti Kami selama perjalanan di hutan kering itu. Uniknya burung-burung itu tidak takut sama sekali dengan Kami ia tidak terbang melainkan seperti orang berjalan ia hanya meloncat-loncat di sekeliling Kami.

Kami Pun merasa ketakutan dan benar-benar kejadian ini belum pernah terjadi kepada Kami berempat, dengan jumlah burung terus-menerus semakin banyak selama Kami mencari jalan keluar dari hutan kering namun apabila burung-burung itu mematuki Kami semua, mungkin Kami tidak bisa melanjutkan mencari jalan pulang.

Kami sangat beruntung burung-burung yang sangat amat banyak itu malah terlihat jinak dengan Kami sampai-sampai Naning mencoba berbicara kesalah satu ekor burung yang persis hinggap diranting yang persis didepan mata kepala Naning, Burung itu hinggap dan menoleh kearah Naning spontan mengajak seekor burung untuk bekomunikasi Naning bertanya kepada burung itu dengan nada yang sedikit putus asa untuk menemukan jalan pulang.

"Burung lo tau ga kemana jalan pulang?”

Kamipun menghentikan langkah dan bertanya kepada Naning,

"Ning dia gak bakal ngerti bahasa kita?...”

"Siapa tau dingasih tahu jalan pulang kasian dia sama kita!” Jawab Naning putus asa.

Jujur terus terang buat Saya pribadi disaat kejadian itu Saya pun merasa putus asa karena yang Kami lihat hanya ranting-ranting kering disekitar Kami. Yang dapat Kami lihat hanya warna coklat tidak ada warna lain dan jumlah burung yang sangat banyak. Lalu Peking menghentikan langkahnya dan ia berkata dengan rasa emosi yang bercampur aduk yang sudah putus asa.

"Gw punya ide Cam bagai mana klo hutan kering ini kita BAKAR? “

"Gila aja lo King kita semua bisa MATI KONYOL kepanggang, gw gak setuju!” Jawab Encam.

Saya dan Naning tidak setuju dengan ide Peking untuk membakar hutan kering ini. Peking tetap Saya ingin melakukan hal konyol itu dia bilang,

"Kita cari sungai di deket sini kita bisa aman di sungai itu, kita gak bakal ke panggang terus team SAR datang kita bisa selamat paling resikonya kita di penjara. Daripada kita semua mati konyol kelaparan cari jalan keluar”

Kami bertiga tetap saja tidak setuju dengan pendapat Peking, Encam tetap saja ia optimis untuk bisa dan yakin keluar dari hutan ini.

Pada saat kejadian itu dalam pikiran Encam adalah,

"Yang ia ungkapkan setelah Kami keluar dari hutan itu”

Ia memiliki rencana lebih baik kita terus mencari jalan keluar untuk mengisi perut kita, selama mencari jalan keluar kita bisa memanah burung-burung yang banyak disekitar kita bahkan bisa Kami tangkap burung-burung tersebut karena sangat banyak dan jinak dari pada kita membakar hutan 

Akhirnya Kami tidak melakukan pelanggaran hukum untuk membakar hutan kering itu, Kami semua melanjutkan perjalanan untuk mencari jalan keluar dari hutan kering yang sedang Kami cari jalan keluarnya.

Langkah demi langkah Kami menyusuri burung-burung yang sangat banyak sedikit demi sedikit ia berkurang dan tak lama kemudian Kami keluar dari hutan kering dan Kami tidak melihat lagi seekor burung pun yang tadi mengikuti Kami selama berada di hutan kering sampai keluar, Kami menemukan hutan yang hijau banyak pepohonan lengkap dengan daunnya.

Setelah Kami berada dia antara perbatasan hutan kering dan hutan hijau, Encam langsung menaiki salah satu pohon yang ada disekitar Kami yang tingginya sekitar 10-15 meter ia hanya ingin memastikan dimanakah perkampungan yang Kami lihat tadi malam itu, setelah Encam sudah terlihat tinggi menaiki pohon Saya bertanya

"Keliatan jalur pulang Cam?”

Encam tidak menjawab, mungkin karena kurang jelas mendengar karena ia lumayan tinggi menaiki pohon itu, setelah melihat-lihat sekeliling iapun turun dari pohon.

Ia berkata dengan nafas yang terlihat benar-benar sangat capek

"Gw ga bisa liat apa - apa kecuali luasnya hutan belantara ini, setelah nanti kita lewatin hutan hijau itu kita ketemu lagi hutan kering tapi gak terlalu luas kaya yang kita baru lewatin ini, kayaknya itu keliatan dari ata makin landai, ternyata Allah benar-benar menciptakan hutan ini seperti di sekat-sekat kelihatan dari atas sana segaris ijo segaris lagi coklat, ijo muda pokoknya kaya gitu dah!”

Kami semua mendengar kabar dari Encam semakin merasa tidak yakin hari ini Kami dapat keluar dari hutan belantara, selain waktupun terus berjalan kira-kira saat itu pukul sembilan pagi dan Kami menyimpulkan bahwa masih panjang lagi jalur yang Kami harus tempuh untuk sampai di sebuah perkampungan yang belum jelas keberadaanya, dan sangat tidak mungkin Kami bisa sampai hari ini 

Setelah istirahat sebentar, yang Kami punya hanya stock air semua hanya bisa minum, lagi-lagi untuk menahan lambung yang sudah terasa sakit, karena Kami tidak menemukan sedikitpun buah atau apapun yang dapat dimakan kecuali pucuk-pucuk daun muda yang Kami tahu tidak beracun yang bisa dimakan oleh Kami di sekitar hutan ini untuk menahan asam lambung Kami.

Kami memulai melanjutkan langkah, lagi-lagi Kami harus memotong ranting-ranting yang menghalangi Kami, suasana kembali lagi seperti sebelum Kami melewati hutan kering, Kami disuguhkan pepohonan yang sangat besar - besar dan di sekitarnya dipenuhi pepohonan kecil - kecil yang menghalangi Kami.

Di pertengahan perjalanan Saya dan Encam mengalami kejadian cukup aneh, Kami berdua tiba - tiba seluruh kaki Kami berdua terasa ada yang bergerak sangat banyak terasa kecil - kecil dan sakit dan sangat perih Kami pun berdua berteriak,

"Aduh..,aduh....aduh.....Apaan ini kok sakit banget kekaki gw ada yang bergerak? 

Peking dan Naningpun, yang berjalan lebih dahulu ia berbalik kearah Kami berdua.

"Kenapa Cam?”

Mereka berduapun bingung melihat Kami yang sedang kesakitan sambil menepak-nepak kaki Kami, Kaki Kami berdua terlihat tidak ada luka sedikitpun atau sobekan tapi anehnya terasa sakit, perih dan seperti ada yang bergerak di dalam kulit kaki Kami, Encam pun teriak.

"Alkohol....alkohol di mana? “ 

Akhirnya Encam menggosokan kekakinya dengan perban yang sudah diberi alkohol Sayapun sama melakukan itu tidak lama kemudian rasa sakit itupun berlahan hilang, Kami mencoba mencari penyebabnya karena selain dari Kami berdua Naning dan Peking memakai celana panjang jadi mereka tidak merasa kesakitan hanya Saya berdua yang menggunakan celana pendek.

Jalan yang Kami lewati sangat lebat penuh dengan tumbuh-tumbuhan liar yang Kami sebelumnya tidak ketahui. Ternyata Kami tahu penyebab kaki Saya berdua Encam terasa sakit. Karena kedua kaki Kami menyentuh tumbuhan yang apabila terkontak langsung dengan kulit ia akan terasa gatal perih dan nyeri. Salah satu dari Kami mencabut tumbuhan liar itu dan mencoba menempelkan kekulitnya ternyata benar daun itu yang menyebabkan Kami berteriak merasa kesakitan.

Ternyata hutan hijau yang Kami lewati saat ini sangat berbeda dengan hutan hijau sebelumnya, Saya seringkali tergores ranting-ranting dan terkena duri hutan yang ukuran nya lebih besar dibanding duri-duri yang ada didataran rendah. Walaupun Saya mulai banyak luka dari jalur yang Kami lewati, Saya tidak terlalu menghiraukan rasa sakit hanya pada awal saja terkena lalu tidak lama kemudian tidak terlalu terasa kecuali terkena tetesan air embun yang ada didedaunan lumayan terasa perih, tidak lama berselang, sendal Saya bukan hanya putus, tepatnya berantakan kebetulan hanya Saya sendiri yang tidak membawa sepatu Saya hanya membawa sandal. Salah satu dari Kami memberikan sandal jepit tidak lama kemudian sandal itupun putus karena jalur yang Kami lewati basah dan licin penuh dengan tumbuh-tumbuhan liar yang tak beraturan. Akhirnya mau tidak mau Saya harus melanjutkan perjalanan tanpa alas kaki, telapak kaki Saya pun mulai mengeluarkan darah karena tergores entah ranting atau apapun itu ternyata yang terluka bukan hanya Saya, Encampun ternyata dari kaki dan tangannya mulai mengeluarkan darah juga, mungkin karena Kami berdua hanya menggunakan kaos dan celana pendek saja. Di tengah perjalanan Kami terhenti, Encam memiliki ide

"Bagaimana kalau sekarang kita cari sungai terus kita telusurin karena air pasti mengalir dari tempat yang tinggi ketempat yang rendah, selain itu kalo kita kemalaman kita bisa buka tenda di sekitar sungai agar tidak susah cari air, bagaimana?”

Kami semua setuju dengan pendapat Encam itu. Encam akhirnya langsung memilih jalur ke arah yang terdengar aliran air sungai, Kami bertiga bergerak mengikuti dibelakang Encam. Tak lama berselang Kami bertiga yang hati-hati memilih jalan yang tidak rata terus menurun dan agak licin, Kami mendengar patahan-patahan ranting yang tertimpa benda.

Krusaaaakkkkkkk.......debuggggg!!

Kami semua melihat kedepan ternyata Encam yang tadi di depan Kami terpelosok, Kami semua berteriak.

"Cam..cam....cam..Lo ga apa - apa ?”

Tidak ada jawaban dari Encam sedikit pun, Kami semua sangat takut terjadi apa-apa padanya, Kami terus bergerak semakin cepat kedepan dan ternyata didepan Kami seperti tebing yang lumayan dalam penuh dengan rerantingan dan tanah yang agak gembur, Kami bertiga melihat Encam dibawah sana yang sedang menahan kesakitan. Mungkin jaraknya sekitar 7-8 meter dari tempat

Kami berdiri, Kami langsung turun menghampiri dengan rasa takut melihat Encam yang sedang berbaring menahan kesakitan.

"Cam lo ga apa - apa ?”

"Eee..Gw gggg...pa..apaa..!” Jawab Encam dengan suara yang tertahan seperti susah bernafas.

Kami bertiga berusaha membantu Encam untuk bangun dan memberikan air minum akhirnya Encam bisa kembali bernafas normal, untungnya badan encam tidak tertancap ranting pohon yang patah persis didekat pinggang belakang entah apa jadinya apabila ranting itu menembus ditubuh Encam mungkin Encam tidak dapat lagi melanjutkan perjalanan.

Dengan kejadian yang baru saja Encam alami Kami semua semakin takut terjadi sesuatu kepada Kami berempat dari hutan belantara ini yang Kami tidak ketahui ada apa didepan Kami, Disela Kami beristirahat dan menunggu Encam untuk kembali membaik, Saya mulai mengingat selama pendakian ke Gunung Ciremai ini Kami berempat hanya bertemu satu kelompok pecinta alam mereka berjumlah tiga orang yang mengaku baru saja turun dari puncak sana. Kami sempat berbicara dari salah satu mereka,

"Dah turun mas?..”

“Ia nih mas wah masnya telat sih kita semua dah dua hari disini sekarang kita turun dulu ya mas!”

Setelah Kami sedikit mengobrol ternyata yang melakukan pendakian dijalur Palutungan yang sedang Kami tempuh hanya Kami berempat saja tidak ada pendaki lagi selain Kami berempat yang sedang menuju kepuncak Ciremai, kabar itu Kami tahu dari salah satu pecinta alam yang Kami jumpai selama Kami berada di Gunung Ciremai, mereka bertigalah dan peserta pelantikan menjadi orang terakhir yang Kami temui selama Kami melakukan pendakian sampai saat ini. Setelah Encam merasa membaik Kamipun bersama-sama berdo'a didalam kondisi yang benar-benar merasa ketakutan semoga tidak terjadi apa-apa dengan Kami selama melanjutkan mencari jalan untuk keluar dari hutan itu.

Peking mulai mengambil alih untuk membuka jalan tak lama kemudian Kami melanjutkan perjalanan Kami, Kami belum menemukan sungai tetapi Kami malah kembali menemukan hutan kering yang sebelumnya Encam lihat dari atas pohon yang ia naiki, Kamipun masuk kembali kehutan kering berharap Kami semakin mendekati aliran air sungai. Di saat Kami mulai memasuki kedalam hutan kering satu persatu burung yang sama seperti dihutan kering sebelumnya berdatangan tidak kalah banyaknya jumlah burung itu seperti dihutan kering yang sebelumnya Kami lewati, Kami berempat hanya saling melirik dengan masing-masing memiliki rasa takut yang tidak jauh berbeda, Naning kembali seakan mengajak bicara pada burung-burung itu mungkin yang ada dalam perasaan Naning pada saat itu mungkin tidak jauh berbeda dari Kami bertiga yang semoga burung-burung itu benar-benar makhluk yang nyata dialam kehidupan kita bukan sebaliknya.

Naning berbicara pada burung-burung itu,

"Burung kita teman tolong kasih tau jalan keluar dari hutan ini!”

Kondisi mental Kami pada saat itu benar - benar kacau bercampur aduk ketakutan, emosi, cape, putus asa dan rasa lemas yang semakin terasa karena tidak sedikitpun makanan yang masuk ke lambung Kami, tiba-tiba salah satu dari Kami mulai berteriak.

"Tolong.....tolong.....Pak Sandi....tolong kita tersesat dihutan ini,tolong......tolong.......team SAR......!!!” Dengan keadaan seperti itu Saya merasa sangat putus asa dan Kami semua tidak bisa menutupi kesedihan dan rasa takut itu, Kami semua bergantian berteriak meminta tolong dengan suara yang agak parau dan memohon kepada Allah SWT, untuk diberikan petunjuk jalan keluar dari hutan belantara ini. Burung-burungpun mulai berkurang sedikit demi sedikit Kami semua berharap seperti dihutan kering sebelum nya Kami akan cepat keluar dari hutan kering ini, alhasil dugaan Kami benar Kami sedikit demi sedikit mulai keluar dari hutan kering itu lagi-lagi, Burung-burung itupun menghilang entah kemana.

Lalu Kami menjumpai hutan yang berbeda dari hutan-hutan sebelumnya yang Kami sudah lewati. Suara aliran airpun mulai terdengar gemuruhnya walaupun terdengar belum begitu jelas Kami semua sedikit mempercepat langkah mencari sumber suara aliran air yang berasal dari mana karena Kami yakin pasti itu sungai.

Karena waktu pun semakin gelap Kami takut kemalaman ditengah hutan belantara itu yang tidak ada tempat yang landai untuk mendirikan tenda tempat Kami beristirahat karena track yang Kami lewati mulai curam dan cukup lembab. Kami Pun mulai berhati-hati melewati track yang Kami tempuh akhirnya Kami mendengar semakin jelas arah sumber aliran air itu Kami semakin yakin bahwa tidak lama lagi Kami menemukan sungai.

Menurut Kami karena saat itu lebih baik Kami bermalam di dekat sungai dibandingkan di dalam hutan yang Kami sedang lalui ini, tak lama kemudian Kami benar-benar menemukan sungai yang Kami cari tetapi untuk Kami bisa kesungai tersebut, Kami harus menuruni tebing yang dalamnya kira-kira 20 meter dan sangat curam untuk melewati sampai ketepi sungai yang ada di bawah sana.

Setelah Kami mengecek bagaimana caranya untuk bisa kebawah sana dengan aman, akhirnya Kami semua sepakat memilih merambat melewati tebing itu karena menurut Kami tidak ada jalan lain kecuali turun dari tebing. Bagaimanapun caranya Kami semua harus melewati tebing itu berlahan satu persatu dari Kami mulai menuruni tebing itu dengan bantuan yang seolah-olah disediakan oleh alam akar-akaran dan ranting-ranting yang menjorok kebawah tebing.

Kami terus berusaha jangan sampai terjatuh karena posisi tebing dapat dikatakan nyaris tegak lurus, sesekali Kami tidak dapat menjangkau ranting ataupun akar untuk berpegangan Kami mau tidak mau menusukan kesepuluh jari Kami ketanah yang menjadi dinding tebing tersebut, Kami semua sudah tidak memperdulikan rasa sakit yang terasa pada jari-jari Kami, yang terpenting untuk Kami bisa bertahan merambat di dinding tebing untuk mencapai sungai itu dengan selamat.

Namun Saya berdua Encam yang tidak memakai sarung tangan alhasil telapak dan jari-jari Kami sedikit demi sedikit mengeluarkan darah, karena hanya jari-jari tangan dan kaki Kami yang menjadi tumpuan untuk dapat bertahan merambat di dinding tebing tersebut. Terkadang tanah atau batu yang Kami jadikan pegangan atau pijakkan sering jatuh (longsor). Longsoran batu-batu dan tanah itupun sering menimpah diantara Kami yang turun lebih awal, Kami menuruni tebing itu mengatur jarak dengan cara zig-zag agar longsoran tidak menimpa kepala Kami.

Akhirnya satu persatu dari Kami sudah sampai kebawah sana,

"Ayo semangat gw dah sampe bawah........!!”

Kami semua tidak menyia-nyiakan air sungai itu Kami langsung meminum air sungai yang sangat jernih dan segar itu yang dinginnya seperti air yang kita ambil dari dalam kendi dari tanah liat. Kami semua tak henti-henti mengucapkan syukur kepada Allah, Ternyata Allah membuktikan lagi kebesarannya tanpa Kami sadari Kami mampuh menahan berat badan Kami dan ditambah beban carriel dipundak Kami masing-masing dan dalam kondisi yang nyaris bergantungan di dinding tebing Kami semua mampu menahan beban itu "Subhanallah,” baru saja Kami semua diberikan kekuatan.

Sambil menikmati segarnya air sungai dan istirahat sejenak karena badan Kami sangat terasa lelah lambung yang belum terisi apapun kecuali air dan pucuk-pucuk daun muda yang ada selama Kami lewati, setelah istirahat Kami semua memutuskan untuk mengikuti aliran sungai, karena keadaan sekitar Kamipun mulai gelap menunjukkan sore hari dan kabut-kabut tipispun mulai menghalangi pandangan mata Kami.

Kami bergegas melanjutkan perjalanan menelusuri aliran sungai karena sungainya tidak banyak airnya kira-kira paling dalamnya sekitar betis orang dewasa dalamnya kurang dari setengah meter. Mungkin karena sungai itu berada masih di dataran tinggi, Kami terus berjalan kurang lebih Kami berjalan 15-20 menit, Kami ditemukan seperti air terjun yang tidak terlalu tinggi mungkin sekitar 7-8 meter jarak untuk sampai ke bawah sana. Setelah Kami melihat-lihat kebawah sana sambil berpikir bagaimana caranya Kami semua bisa turun sampai kebawah Encam menanyakan tali Gunung yang Saya bawa dibalik bag cover.

"Tis mana tali Gunung yang kita bawa?”

"Ada Cam gw ambil ya!” Jawab saya.

"Kita bisa turun pake tali ini aja satu tangan pegangan tali terus satu tangan lagi pegangan batu - batuan pasti bisa tapi hati - hati ya!” Encam menjelaskan.

"Gw duluan Cam pegangngin talinya yah Cam" Seru Nanng.

Kami semua memberi semangat Naning untuk mencoba mencari cela-cela untuk sampai kebawah sana mungkin tidak terlalu tinggi jaraknya yang jadi masalah tebing yang berdinding bebatuan itu sangat licin, karena bebatuan sudah berlumut dan air sungaipun membasahi hampir seluruh dinding tebing yang mirip air terjun itu dan dibawah sana penuh dengan bebatuan.

"Ayo Ning hati - hati pasti bisa kita turun!”

Itu yang terucap dari Kami, dengan berlahan Naning memegang tali yang Kami pegang dari atas sedikit demi sedikit Naning mulai mendekat kebawah sana dan ia sampai, ia berteriak dari bawah sana.

"Ayo lo semua pasti bisa ikutin gw caranya waktu tadi turun!”

Kami semua satu persatu berhasil menuruni yang mirip air terjun itu 

Setelah Kami semua sampai ke bawah perjalanan Kami lanjutkan mungkin sekitar satu jam lamanya Kami menelusuri sungai itu lagi–lagi, Kami ditemukan mirip sekali seperti air terjun yang baru saja Kami lewati. Hanya bedanya tingginya dan sebuah pohon besar yang sudah tumbang yang besarnya sekitar perut kerbau yang gemuk melintang seperti membuat sebuah jembatan sampai ke bawah sana.

Kami pun semua mencoba mencari ide bagaimana Kami semua bisa ke bawah sana, karena semakin Kami melewati jalan yang terus ke arah bawah atau mengikuti aliran sungai ini pasti Kami akan terus lebih cepat menemukan kaki Gunung Ciremai itu. Setelah Kami melihat-lihat sebatang pohon besar itu permukaanya penuh dengan lumut dan basah karena terkena aliran air sungai, dinding-dinding tebingpun benar-benar sangat berbeda dan tali yang Saya bawa pun tidak cukup panjangnya untuk sampai ke bawah sana. Lalu Sayapun memutuskan yang pertama untuk turun kebawah,

"Kayanya kita bisa turun kebawah lewat pohon yang tumbang ini pelan-pelan kita lewat pohon ini, nih pohon kita jadiin jembatan buat sampai bawah", Salah satu dari Kami bilang, "Tis bahaya takutnya walaupun tuh pohon gede takutnya dia keropos bisa patah tuh pohon pas kita lagi lewatin?”

”Gw coba dulu yah!!” Jawab Saya.

Saya mulai mencoba naik kepohon yang tumbang itu untungnya pohon itu melintang tidak terlalu curam mungkin bisa Saya ibaratkan seperti Perosotan yang ada di taman kanak- kanak.

Saya merangkak pelan-pelan karena benar-benar licin permukaannya dan Saya kawatir batang kayu yang besar itu sudah rapuh, kayu tua yang sudah tak ada kulit pohonya sedikitpun dan berbalut lumut. Setelah Saya terlihat aman menaiki pohon tumbang satu persatu mereka bertigapun membuntuti Saya dibelakang dengan menjaga jarak akhirnya Kami sampai kebawah.

Perjalananpun mulai Kami lanjutkan kembali, langitpun semakin gelap malam hari sebentar lagi tiba, Kami cepat-cepat mencari tempat yang kira-kira aman untuk mendirikan tenda untuk bermalam.

Keadaan Kami semakin memburuk fisik Kami mulai menurun dan sangat lemas Kami semua hanya bisa memaksakan melanjutkan perjalanan, hingga akhirnya Kami menemukan tempat untuk bermalam karena keadaan hutan sudah cukup gelap Kami semua tidak mau mengambil resiko apapun untuk melanjutkan track malam.

 

 Malam Kedua Kami Mengalami Salah satu Misteri di Gunung Ciremai

Akhirnya Kami melihat di sebrang sungai ada tempat yang kira-kira kurang lebih panjang dan lebarnya 3x2 meter yang berada persis sebelum air terjun yang tingginya puluhan meter sampai kebawahnya, Kami semua tidak melihat dasar dari jatuhnya air aliran sungai yang tepat berada kira-kira 1,5 meter dari tempat Kami mendirikan tenda. Kami tidak bisa mendirikan tenda selayaknya karena keadaan tempat yang Kami pilih ada ranting-ranting pohon ditempat itu seperti membuat atap dan akhirnya Kami mendirikan tenda ala kadarnya, yang penting Kami terlindung dari dinginnya malam dan terlindungi dari embun.

Pintu tenda Kamipun menghadap kejurang air terjun yang ada didepan Kami jarak pintu tenda Kami ke jurang hanya terhalang batuan yang tidak besar dan pohon yang merambat dibibir tebing, jadi Kami terhapit disebelah kiri Kami aliran sungai didepan Kami jurang sebelah kanan Kami pepohonan yang cukup lebat dan penuh rerantingan.

Setelah tenda Kami berdiri yang tidak jelas bentuknya Kami mulai menyalahkan lampu badai yang Kami bawa, satu Kami taruh dibibir jurang tepatnya didepan tenda diatas batu yang membatasi jurang yang satu lagi Kami taruh didepan pintu tenda digantung dengan beberapa ranting pohon.

Cahaya lampu yang Kami nyalakan lumayan agak membantu untuk pandangan mata Kami melihat sekitar depan tenda, terus terang Kami sebenarnya sangat takut di tempat yang Kami putuskan untuk bermalam, semua terpaksa harus memilih tempat ini karena Kami sudah tidak mungkin lagi bisa melewati air terjun yang sangat tinggi dan keadaan haripun sudah semakin gelap. Rasa dingin malam mulai terasa dan rasa lapar Kamipun semakin menjadi Kami semua hanya bisa menahannya, karena tak ada lagi yang bisa Kami lakukan pada saat itu selain berharap bisa keluar dari hutan ini. Selama Kami belum bisa memejamkan mata obrolan Kami berempat hanya bisa memberi semangat satu dengan yang lainya, kata-kata yang sering keluar dari mulut Kami.

"Kita pasti bisa pulang”

Kami merasa semakin solid tidak ada lagi perdebatan yang pernah ada diantara Kami dalam memutuskan sesuatu, Kami semua merasa lebih saling menjaga satu dengan yang lainnya. Yang sangat Kami khawatirkan pada saat itu Kami kehilangan salah satu diantara Kami karena keadaan yang sangat kritis Kami sudah dua hari satu malam lambung Kami tidak terisi apapun kecuali air dan pucuk - pucuk daun yang Kami bisa makan pada saat itu.

Kami semua mulai berusaha memejamkan mata Kami, posisi Kami di dalam tenda Naning berada persis di dekat mulut tenda, Saya berada di sebelahnya di lanjutkan Encam disebelah Saya dan Peking ada di paling kanan dari Kami. Suasana di sekitar Kami sangat hening dan terdengar hanya suara – suara alami di hutan itu , Saya seperti orang yang setengah tidur mendengar suara burung yang hinggap diatas tenda Kami, mengeluarkan bunyi layak nya burung yang sedang hinggap didahan pohon, disaat Saya mulai tertidur tiba-tiba Naning yang berada disebelah kiri Saya berteriak sambil ia menangis sampai tubuhnya gemetaran.

"ALLAHUAKBAR………..ALLAHUAKBAR .AKBAR....LAILAHHAILAULOH........ASTAGFIRULLAHALADZIM.....YA ALLAH..............!!!”

Terus-menerus Naning berteriak tidak berhenti Saya langsung kaget dan panik, Saya takut terjadi apa-apa dengan Naning. Encam dan Peking pun masih tertidur seakan - akan mereka tidak mendengar teriakan dari Naning. Saya langsung menyikut tulang iga Encam yang tepat berada di sebelah kanan Saya lalu dengan rasa kesakitan sikutan Saya Encam terbangun dan Pekingpun terbangun, Kami semua dengan rasa ketakutan dan panik pada saat itu melihat Naning berterik dengan rasa takut yang luar biasa sampai ia gemetar sambil menangis,Kami bertanya kepadanya.

"Kenapa lo Ning ada apa?”

Terus Kami bertanya dan Naningpun bergeser mendekati Kami ia hanya menjawab,

"YA ALLAH .....LAA ILLALLAH.......GW PINGIN MALAM INI KITA SEMUA JANGAN ADA YANG TIDUR KITA SEMUA BERDO'A SAMBIL NUNGGU PAGI, GW MOHON KITA SEMUA MALAM INI JANGAN ADA YANG TIDUR GW MINTA CUMA ITU !!!”

Kami terus bertanya,

“Ia ada apa Ning?”

Naning tetap menjawab seperti tadi ia tidak mau menceriakan apa yang telah terjadi dengannya, suasana semakin terasa tidak nyaman lampu yang Kami taruh dibibir jurangpun mati dengan sendirinya.

Kami semua tidak kuat melihat Naning yang terus ketakutan dan tidak berhenti menangis Kami bertiga tidak bisa menahan air mata, Kami semua berdo'a memohaon kepada Allah SWT semoga Kami semua selalu di lindunginya.

Suasana semakin terharu saat Encam berdo'a secara spontan mengeluarkan kata-kata yang sangat menyentuh dan mengungkapkan seluruh kepasrahan kepada Allah SWT, kata-kata yang keluar dari mulutnya yang Saya masih sedikit ingat.

"Ya Allah memang Kami makhluk yang sangat lemah yang penuh dengan dosa dan Kami makhluk yang sangat lah kecil mungkin lebih kecil dari butiran debu tolong selamat kan Kami dari hutan belantara ini keluarkan Kami dari hutan belantara ini ya Allah Kami memohon kepadamu karena engkau adalah maha pengasih maha penyayang, maha dari segala maha Kami hanya bisa memohon kepadamu karena hanya engkaulah yang mampu menyelamatkan Kami semua, dari hutan belantara ini ?".

Tak satupun dari Kami yang bisa memejamkan mata, suasana didalam tenda benar-benar yang Kami rasakan sangat amat mengharukan Kami hanya bisa duduk berkumpul saling berdekatan dan benar-benar memasrahkan dan mengikhlaskan apapun yang akan terjadi kepada Kami berempat pada malam itu.

 

Hari Ketiga Kami Tersesat

Waktupun terus Kami lalui dengan kondisi dan suasana yang sangat buruk Kami hanya bisa menjaga satu sama lainnya agar tak terjadi apa-apa diantara Kami pada malam itu saat berada di dalam tenda, akhirnya Kami sampai menemui pagi hari kurang lebih pukul 05:30, Kami semua dengan kondisi yang sangat buruk entah fisik Kami maupun mental Kami yang masing - masing semakin memburuk dan adanya kejadian semalam yang dialami oleh Naning.

Kami semua keluar dari tenda dan salah satu dari Kami ingin mematikan kedua lampu badai yang Kami nyalakan kemarin, ternyata yang menyala tersisa hanya satu yaitu yang Kami taruh di depan pintu tenda dan yang satunya yang Kami taruh sebelumya di perbatasan jarak antara jurang dan tenda yang ada didepan Kami. Kondisi lampu itu ternyata mati dan lampunya pecah seperti terlempar batu dan yang uniknya tak sedikit pun lampu itu bergeser dari tempat asalnya Kami simpan, tapi lampu itu seperti terlihat terkena benturan benda keras, Kami hanya bisa saling menanyakan karena cukup aneh tidak masuk di akal.

"Kenapa bisa pecah yah lampu padahal nih lampu gak bergeser atau jatuh dari tempatnya di taruh?".

Kami semua sampai saat ini belum tahu penyebabnya. Akhirnya Kami melipat tenda dan mengemasi barang - barang yang Kami bawa, di keadaaan hutan sekeliling yang masih agak gelap karena belum ada pantulan sinar matahari yang masuk ke dalam hutan.

Kabut dan embun pagi masih terlihat tebal keadaan yang sangat dingin Kami tidak menyempatkan memasak air untuk menghangatkan lambung Kami yang kosong, karena yang ada dalam pikiran Kami semua harus cepat menemukan jalan untuk keluar dari hutan ini.

Akhirnya Kami hanya bisa meminum air sungai yang ada didekat Kami yang sangat dingin Kami segera melanjutkan langkah untuk mencari jalan keluar. Kami semua kesulitan harus melewati jalur mana karena apabila Kami harus menelusuri aliran air, Kami semua harus melewati air terjun yang ada di depan Kami dan setelah

Kami lihat tidak mungkin Kami bisa melewati air terjun itu. Karena benar-benar curam dari jarak Kami berdiri sampai kebawah sana,jaraknya mungkin puluhan meter dan bahkan Kami tak dapat melihat dengan jelas jatuhan air itu sampai ke bawah, apabila Kami mengambil jalan menaiki tebing dan menelusuri hutan yang hanya acuannya menjaga jarak dari sungai. Jangan sampai jauh dengan aliran sungai karena Kami semua sangat takut akan tersesat dan kesulitan mencari aliran sungai lagi, karena sebenarnya Kami sudah pernah mengalami itu dihari sebelumnya yang Saya tidak ceritakan. Sebenarnya mengapa Encam menaiki salah satu pohon yang tinggi dan Naning mencoba menanyakan arah pulang kesalah satu ekor burung, yang sangat banyak di hutan kering sana.

Karena Kami semua sebelum dan sesudah memasuki hutan Kami mengalami sebuah kejadian yang sangat janggal yaitu Kami melihat arah matahari berubah - ubah empat arah, sedangkan sebenarnya arah matahari dari dahulu mungkin hingga nanti matahari hanya terbit dari timur dan tenggelam ke barat. Tetapi yang aku alami bukan seperti itu, pada saat itu Kami sebenarnyamengambil acuan arah matahari Kami akan turun kearah barat tetapi setelah selang Kami berjalan selalu berlawanan arah dengan apa yang Kami tuju. Malah Kami mengalami seakan-akan kembali lagi ketempat semula, Saya masih ingat sekali selama Kami melewati hutan belantara itu Kami selalu membuka jalan dan menandai jalan yang Kami lewati dengan memotong salah satu dahan yang ada di sekitar Kami, apabila kurang lebih Kami berjalan setengah atau satu jam, ternyata Kami pernah mengal ami seperti melewati jalan yang sama. Oleh karena itu Kami sangat ketakutan apabila memasuki hutan belantara seperti itu lagi, tetapi mau tidak mau Kami harus menaiki tebing dan menuruninya untuk bisa sampai ke aliran sungai yang berada di bawah sana.

Kami semua mulai menaiki tebing lagi dan melewati hutan yang sangat alami itu, Kami terus mengarah ke arah yang lebih landai atau turun dengan berpegangan ranting dan dahan-dahan yang ada disana. Semakin lama Kami semakin terus mengarah turun Encampun masih menjadi orang yang membuka jalan Kami bertiga mengikuti di belakang nya tiba-tiba Encam berhenti ia bicara kepada Kami, "Kayaknya kita mau gak mau bagaimana caranya kita harus tetep ambil arah yang terus turun, karena gw gak mau kita masuk lebih dalem lagi ngejauhin aliran sungai!”

Di depan Kami jalurnya semakin agak curam Kami hanya bisa berpegangan kedahan-dahan agar tidak terjatuh, semakin Kami terus berjalan untuk melewati jalan yang semakin curam itu. Untuk melewatinya Kami sampai tak bisa lagi berdiri karena ranting atau dahan semakin kecil dan Kami harus duduk (posisi nongkrong) dan sangat pelan-pelan sekali merayap tiba - tiba Encam yang di depan Kami bertiga teriak.

"Tahan..,tahan.. Jangan ada yang bergerak lagi semua mundur...mundur....pelan - pelan"

Saya yang persis ada dibelakang Encam memang merasakan tanah yang Saya duduki atau alas di bawah Saya terasa bergerak pelan semakin amblas ke bawah seperti tidak kuat menahan beban Kami. Kami semua bergerak mundur dengan sangat pelan-pelan ternyata jalur yang Kami lewati, di depan Encam jurang yang sangat tinggi Kami semua tidak tahu didepan Kami jurang karena selama Kami duduk merangkak sekeliling Kami penuh ranting-ranting kecil beserta dedaunan dan akar-akar yang merambat yang sangat rimbun menutupi pandangan luas Kami.

Ternyata pada waktu Encam berteriak mundur dan ia bergerak mundur berlahan-lahan tanpa sadar, Encam saat melihat ke bawah dari celah-celah ia sudah menggantung melewati bibir tebing jurang itu ia melihat kebawah ternyata yang ia lihat pucuk-pucuk pepohonan yang berada dibawah sana, Encam merasa yang ia duduki semakin cepat bergerak kebawah (amblas), dan ternyata yang di bawahnya yang ia duduki hannya akar-akaran pepohonan yang merambat hingga terbentuk seolah-olah seperti tanah yang terbuat dari akar-akaran.

Ternyata tanpa Kami sadari berempat jarak antara Kami sangat berdekatan, Kami semua ternyata sudah berada tergantung sudah melewati bibir tebing jadi Kami semua hanya tertahan akar-akar pepohonan yang merambat yang dipenuhi daun-daun kering yang terbentuk dengan alami selayaknya tanah. 

Setelah Kami sudah ditempat yang agak aman dan benar-benar yang Kami duduki tanah, Encam mengatakan kepada Kami sambil mengelus-elus dadanya

"Astagfirullah Aladzim, di bawah gw tadi ternyata jurang dalem banget, ternyata kita semua ngegantung di akar ternyata itu akar, bukan tanah. Pokoknya kita semua mulai sekarang harus lebih hati-hati gw gak tahu apa jadinya klo akar itu patah?"

Setelah Kami berhenti sebentar sambil meminum air, Kamipun mulai melanjutkan perjalanan kembali sekitar satu jam perjalanan Kami menemukan aliran sungai kembali. Sungai itu lagi-lagi berada dibawah sana Kami melewati tebing kembali dan dengan cara yang sama seperti sebelumnya Kami melewatinya nyaris tergantung untuk menuruni tebing itu.

Setelah sampai lagi Kami kesungai Kami melewati sungai yang airnya mengalir pelan sangat jernih yang tidak terlalu dalam airnya seperti sungai sebelumnya kemudian Kami bertemu lagi air terjun yang tingginya kurang lebih setinggi tiang listrik. Dan yang uniknya tebing air terjun itu seperti perosotan yang ada di kolam renang atau

Waterboom, dengan ketinggian yang Kami kira-kira cukup mampu untuk menuruninya dengan memaksakan karena dibandingkan harus melewati hutan lagi yang tidak tahu ada apa di depan sana lebih baik Kami semua terus mengikuti jalur aliran sungai. Encam langsung meminta tali yang ada di carrier Saya. 

"Tis keluarin tali.”

Saya langsung melepas carrier yang ada di punggung Saya ternyata setelah Saya lihat tali itu tidak ada dicarrier Saya.

"Cam kok talinya gak ada yah, padahal lo tahukan tuh tali di taruh di balik bag cover persis di belakang kepala gw yah tapi ko gak ada yah?” Tanya Saya bingung.

"Yang bener Tis, Coba kita cari?” Jawab Encam penasaran.

Kami semua terus mencari sampai dengan rasa penasaran yang benar-benar Kami semua tahu sebelumnya tali itu di carrier Saya tidak pernah pindah dicarrier siapapun dari Kami berempat Kami sampai mencari kecarrier yang dibawa masing-masing hasilnyapun nihil tali Gunung yang Kami bawa hilang entah kemana. Kami semua benar-benar merasa aneh lagi-lagi apa yang Kami butuhkan lenyap entah kemana, akhirnya Kami semua berpikir sambil melihat keadaan tebing yang Kami akan turuni akhirnya Saya berkata kepada Encam dengan rasa yang tidak mungkin bisa Kami melewati air terjun itu.

"Cam kayaknya kita gak bisa turun mungkin satu - satunya cara merosot kaya di Waterboom!”

"Kayaknya mau ga mau kita pake cara lo Tis!!!” Sahut Encam.

"Sumpah tapi gw ngeri baget Cam resikonya gede baget di bawah ada batu gede terus ada air terjun lagi di bawah sanah gw takut kepental ke sana Cam?” Jawab Saya sambil panik.

"Ayo Tis kita coba dulu pasti bisa?” Seru Encam.

Encam mulai mencoba duduk persis seperti kita mau turun menaiki perosotan di Waterboom,

"Do'ain gw yah semoga bisa sampai kebawah”

"Liatin gw yah ?”

Akhirnya Encam meluncur cepat kebawah sana dan ia setelah mendekati batu besar yang dibawah ia menggerakkan tubuhnya ke kanan dan membenturkan carrielnya kebatu besar itu.

Sro..o.o..ott..Bugggggg!!.

Encampun sampai kebawah, ia terpental akibat terbentur batu besar itu, untungnya ia tidak kepental sampai air terjun yang ada lagi dibawah sana ia merasa kesakitan, Kami semua memanggilnya,

" Cam....Lo ga apa - apa?”

"Gw gak apa –apa, Ayo kita bisa turun Tis gw jagain dah lo di bawah lo ikutin cara gw aja!” Encam menjawab dari bawah sambil merasa kesakitan.

Lalu Peking mulai turun ke bawah sana dengan cara yang sama seperti Encam menuruninya, Encam menunggu Peking siap-siap dibawah sana menangkap Peking agar tidak terpental jauh, dan Naning mulai turun dan ia pun sampai ke bawah sana.

Entah kenapa Saya masih tidak berani untuk turun ke bawah sama mereka bertiga memanggil Saya,

"Tis ayo turun gak apa - apa lo pasti bisa!”

Saya tetap saja belum berani menuruni air terjun itu.

"Gini aja Tis lo turun, gw di bawah sama yang lain sompo - sompoan kan gak terlalu tinggi lo tabrak gw aja semua!” Kata Encam memutuskan.

Saya benar - benar salut dengan rasa kebersamaan Kami dalam menghadapi kondisi yang seperti itu, Saya melihat mereka di bawah sana seperti panjat pinang. Peking naik ke punggung Encam, dan si Naning naik di punggung peking. Akhirnya Saya meluncur ke bawah sana menabrak mereka. Kami semua terjatuh.

Saya sangat salut dengan mereka bertiga, walaupun mereka sakit tertimpah Saya, mereka masih bisa tersenyum dan mengatakan,

"Tuh kan pasti bisa lo Tis gak apa - apa kan!"

Kami semua sangat bersyukur tidak ada satupun dari Kami yang mengalami luka yang serius hanya daerah pinggul Encam mengalami memar akibat benturan batu besar tadi, Kami semua melanjutkan lagi melewati air terjun yang ada di depan Kami yang tidak terlalu tinggi Kami lebih mudah menuruninya dengan cara memegang celah-celah dinding tebing air terjun. Kami terus menelusuri aliran air terjun yang baru saja Kami lewati itu,lagi-lagi perjalanan Kami harus terhenti karena di depan Kami ada lagi air terjun yang agak tinggi mungkin sekitar sepuluh meter jaraknya sampai bawah sana, Kami semua merasa kesulitan untuk menuruninya karena cela-cela tebing agak sulit untuk Kami semua jadikan pijakkan atau pegangan Kami. Tebingnya pun belumut dan sangat licin karena aliran air yang membasahi tebing itu, mungkin apabila tali yang Kami bawa tidak hilang mungkin Kami bisa menuruninya, Kami berempat hanya bisa melihat dan memikirkan bagaimana caranya Kami bisa menuruni air terjun itu, tiba-tiba Encam menjauh dari Kami bertiga yang masih melihat-lihat mencari celah bagaimana caranya menuruninya. Encam mendekati tebing yang ada disekitar Kami semua ia berdiri menyender di tebing, Saya menoleh kearah Encam tangan kanan Encam seperti memegang-megang dinding tebing itu yang di penuhi tanaman merambat. Tiba - tiba tangan kanan Encam seperti menarik sesuatu dari tebing itu ternyata ia menarik akar yang besarnya kurang lebih tiga jari orang dewasa terus ia tarik terus memanjang Encam berkata

"Ini alam masih nyediain tali buat kita turun!”

Kami semua membantu menarik akar itu yang kurang lebih seperti dadung tetapi di akar itu ada daun-daun kecil yang menempel disekitar akar itu.

Alhamdulillah akar itu panjangnya sampai kebawah sana, Encam menyuruh Kami.

"Cepet turun duluan gw jagain tali ini dari atas!"

Ia langsung mengikat akar itu ke bebatuan yang ada di dekat bibir air terjun itu, Peking mengawali menuruni air terjun itu dengan pelan - pelan dengan cara salah satu tangannya memegang akar dan yang satunya memegang bebatuan di antara dinding tebing tersebut.

Akhirnya Peking dan Naning sampai ke bawah sana dengan selamat, tibalah giliran Saya menuruni tebing itu sebelum Saya turun Encam memperingati Saya,

"Hati - hati tis licin,"

"Ia Cam Bismillahirrahmanirrahim!" Jawab saya.

Saya mulai memegang akar itu untuk turun kebawah sana kurang lebih Saya baru turun sekitar dua meter tiba-tiba akar itu putus tangan Saya yang memegang cela batu di tebing air terjun itu pun terlepas Saya langsung jatuh kebawah kepala Saya menghantar batu yang ada di bawah sana.Yang Saya masih ingat saat kejadian itu Saya hanya berucap. 

"Ya Allah. Kepala gw pecah Cam?”

Tiba - tiba Saya membuka mata Encam sudah ada di atas Saya Encam menangis sedang menampari pipi Saya dengan kedua tangannya sambil berkata,

"Gw udah bilang sama Lo hati-hati tebingnya Licin bangun-bangun Tis?”

"Kepala gw pecah Cam?” Jawab saya.

Sambil memegang kepala Saya yang terasa sakit Saya melihat tangan yang memegang kearah yang sakit ternyata tangan Saya berdarah

"Cam kepala gw berdarah?"

Encam dan yang lainya membohongi Saya.

"Ga lo gak apa - apa ga ada yang berdarah lo gak apa - apa!”

Dengan pandangan mata Saya yang belum jelas Saya dibantu ketiga kawan Saya untuk bagun Saya langsung melihat tangan Saya ternyata benar - benar berdarah, darah itu untungnya hanya berasal dari daun telinga kanan Saya yang sobek terbentur batu tadi, tak lama kemudian Saya bisa berdiri lagi walaupun kondisi Saya pada saat itu benar-benar tubuh Saya merasa lemas dan sakit.

Kami melanjutkan kembali perjalanan hanya beberapa langkah dari tempat Saya terjatuh tiba - tiba hujan turun agak lebat. Kami berlindung di balik tebing yang ada di dekat Kami sambil merapatkan badan Kami ke dinding tebing untuk berlindung dari hujan, selama Kami berdiam di dinding tebing itu Encam dan Peking entah sedang membicarakan apa karena jujur Saya pada saat itu hanya berdiam menahan rasa sakit dari terjatuh tadi, anehnya Saya terasa mulai sangat lemas, dingin dan merasa sangat mengantuk yang terasa di tubuh Saya karena hujan yang agak deras turun setiap mata Saya mau menutup dan tertidur tiba - tiba Naning yang persis berdiri di sebelah Saya. Sikut Naning menghantam tulang rusuk Saya dan Sayapun terbagun Naning selalu mengatakan kepada Saya dengan terlihat sangat sedih terus memberi semangat kepada Saya

"Tis bangun..bangun..bangun jangan tidur kita pasti pulang!"

Karena pada saat itu kondisi Saya yang paling buruk dari Kami berempat, tetapi mereka bertigapun sudah mulai lemas karena Kami semua sudah dua malam tiga hari perut Kami tidak terisi apapun kecuali air dan pucuk-pucuk dedaunan yang Kami makan selama dalam perjalanan itu. Pada saat itu Saya sangat terlihat pucat sampai jari-jari tangan dan bibir Saya terlihat seperti tidak ada darah mengalir itulah alasan mengapa Naning menyikut Saya, karena itu ia takut Saya apabila memejamkan mata akan bablas terus tidak bisa melanjutkan perjalanan pulang lagi (meninggal) saat itu.

Hujanpun berlahan mulai mengecil dan berhenti sebelum Kami semua melanjutkan perjalanan lagi, ketiga kawan Saya semua mengkhawatirkan keadaan Saya Encam memberikan semangat kepada Saya

"Tis masih kuat kan kita lanjutin jalan lagi sebentar lagi juga kita pulang!"

Kami berempat mulai lagi melanjutkan perjalanan untungnya Kami setelah melewati air terjun yang Saya terjatuh Kami tidak lagi menemukan air terjun lagi, aliran air yang Kami lewati mulai lebih deras dari yang sebelum-sebelumnya selama Kami lalui.

Kami semua terus berjalan menyusuri aliran air sungai, Kami berempat mulai merasakan sekarang Kami sudah melewati lembah Gunung Ciremai itu karena Kami semua mulai melihat pepohonan yang hidup di dataran rendah. Kami semua berjalan masih seperti biasa membentuk barisan Saya melihat lidah sepatu yang mengambang melewati Kami berempat, Sayapun langsung berucap

"Woy mudah mudahan kita dah di dataran rendah tuh ada lidah sepatu yang kebawa air siapa tahu ada kehidupan?"

Itu yang terucap oleh Saya karena selama perjalanan sudah tiga hari Kami tidak menemukan makhluk hidup kecuali Kami berempat dan burung – burung penghuni lembah Ciremai.

Dan sebenarnya ungkapan ini Encam ucapkan setelah Kami dalam perjalanan pulang, Sebelum Saya melihat lidah sepatu yang mengambang ternyata Encam sebelumnya melihat jaket mengambang yang persis seperti ada orangnya (orang mati menggunakan jaket dalam posisi telungkup) karena Encam melihat jaket itu membentuk badan yang sedang telungkup Encam mengira Kami semuapun melihat jaket itu, jujur Saya terus terang tidak melihat jaket yang mengambang di dekat Kami Naning dan Peking sama ia tidak melihatnya. 

Tak lama berselang aliran air sungai membelok ke kanan di depan Kami sebelum Kami berbelok mengikuti arah aliran sungai, di antara Kami ada yang melihat pohon pisang

"Woy tuh ada pohon pisang ada pisangnya lagi, lumayan buat ganjel perut!"

Kami semua dengan cepat menuju kearah pohon pisang itu walaupun buah pisangnya masih mentah, salah satu dari Kami langsung memotong pohon pisang itu Kami semua sangat gembira menemukan buah pisang. Walaupun pisang itu mentah Kami berempat tidak menunggu lama pisang itu Kami langsung makan, ternyata pisang itu tidak seperti pisang biasa nya. Karena pisang itu waktu Kami telan terasa pahit dan seperti di dalam tenggorokan Kami terasa kering dan susah untuk menelannya. Tenggorokan Kami seperti tercekik salah satu dari Kami mulai ada yang berteriak

"Jangan dimakan lagi gw takut nih pisang bukan kaya pisang biasanya gw takutnya nih pisang racun?"

Akhirnya Kami membuang pisang itu. Encam langsung membelah buah pisang itu ternyata benar – benar baru Saya temukan jenis pisang seperti itu dalamnya seperti banyak biji – biji tetapi bukan seperti pisang batu tepatnya hampir mirip dengan ketimun. Buah pisang satu tandan yang dari pohonya kita ambil tadi yang tidak bisa di makan sambil Kami beristirahat sebentar di tempat itu Encam mencincang sisa buah pisang itu untuk dialirkan keair, tujuannya Kami berharap ada petani atau orang yang di ladang mengetahui ada kehidupan di atas karena Kami mengalirkan cincangan buah pisang itu sangat banyak.

Setelah selesai Encam mencincang pisang satu tandan itu lalu Kami melanjutkan perjalanan lagi, masih sama Kami menyusuri aliran sungai Saya mulai sering terjatuh setiap melangkah Naning yang berjalan di belakang Saya selalu membantu membangun kan Saya agar bisa melanjutkan perjalanan lagi. Naning bertanya kepada Saya

"Kenapa lo Tis, hati – hati, kok lo sering banget jatuh?"

"Gak tahu nih Ning gw kepeleset terus!"Jawab saya.

Sebenarnya penyebabnya bukan hanya karena batu – batu kali yang tajam menembus telapak kaki Saya yang terasa cukup perih tanpa alas sedikitpun tetapi karena tenaga Saya seperti sudah hampir habis tidak kuat lagi untuk melangkahkan kaki namun tetap Saya harus memaksakan untuk terus melangkahkan kaki semampuh mungkin.

 

Hutan Pinus Pemandu Jalan Kami Keluar

Dengan kondisi Kami yang semakin memburuk selama menyusuri aliran air sungai rasa lemas yang sangat luar biasa lambung Kami yang semakin sakit dan Saya berdua Encam sudah tidak menghiraukan luka-luka yang ada di seluruh tangan dan kaki Kami berdua. Rasa takut yang semakin terus bertambah, dengan sendirinya airmata Sayapun keluar dengan sendirinya disela perjalanan Saya mengucap sebuah janji (Nazar).

"Ya Allah kalau Saya bisa keluar dan selamat dari hutan ini Saya berjanji akan berpuasa senin Kamis, itu janji Saya Ya Allah tolong selamatkan Kami dan keluarkan Kami dari hutan ini?"

Setelah Saya mengucapkan Nazar Naning dan Pekingpun ikut mengucapkan janji yang sama, setahu Saya hanya Encam saja yang tidak mengucapkan janji itu. Mungkin kurang lebih 2-3 jam Kami berjalan menyusuri aliran sungai dari tempat Saya Nazar, mata Saya melihat kearah atas tebing yang ada di sebelah kanan dan kiri Kami. Tidak sengaja Saya melihat hutan pinus diatas sana Saya langsung berkata,

"Cam ada hutan pinus diatas tuh?”

"Mana Tis..Oh ia itu ada diatas sana!” Tanya mereka.

Kami semua berpikir pada saat melihat hutan pinus pasti Kami semua sudah berada didataran rendah. Karena pohon-pohon pinus tidak dapat hidup di dataran yang tinggi dan hutan pinus pasti ditanam, Kami semua sangat yakin pasti diatas sana ada kehidupan selain Kami (maksudnya kemungkinan besar Kami bisa bertemu manusia selain Kami berempat).

Akhirnya Kami berempat memikirkan bagaimana bisa melewati tebing yang curam dan sangat tinggi itu karena hutan pinus itu ada diatas sana, Kami semua membandingkan mau ambil jalur tebing yang ada di sebelah kiri Kami atau sebaliknya karena Kami harus benar-benar memilih jalur yang mampu Kami panjat,

Karena dalam kondisi yang sangat lemas itu, jangankan memanjat untuk berjalan kaki saja Saya sering terjatuh hampir-hampir tidak mampu lagi melanjutkan langkah.

Dan Kami semua mulai memutuskan Kami harus bisa sampai keatas sana karena dalam pikiran Kami pasti tidak jauh dari hutan pinus ada pemukiman penduduk dikaki Gunung itu, oleh karena itu Kami semua harus berusaha sekuat mungkin agar segera sampai ke atas tebing itu. Kami semua berdoa semoga Kami semua bisa selamat sampai ke atas sana dan juga semoga dugaan Kami semua benar bahwa diatas sana ada pemukiman penduduk. Naning dan Encam mulai memanjat tebing itu Saya dan Peking mengikuti di belakangnya, tebing yang sangat terjalpun Kami mulai panjat untuk bisa keatas sana Kami benar-benar merasa kesulitan ranting dan akar yang merambat ditebing sana tidak mampu menahan beban Kami karena dinding tebing agak lembab dan gembur. Selain tanah tebing yang mudah longsor apabila Kami pijak atau Kami pegang, ranting dan akar yang merambatpun mudah lepas dari tanah itu dan kondisi Kami semua betul-betul sudah sangat lemas.

Dengan sangat hati-hati Kami memanjat dan sangat lambat karena tubuh Kami yang sangat lemas lagi-lagi Kami menggantungkan nasib Kami kepada kesepuluh jari Kami karena untuk dapat bertahan mengelantung ditebing itu, Kami semua harus menusukan jari-jari Kami ketanah atau dinding tebing itu, Kami baru bisa menarik nafas Kami apabila Kami anggap Kami aman di antara dinding tebing, dan Kami sambil membagi air minum yang Kami miliki. Terus Kami lakukan seperti itu bahkan sering sekali salah satu dari Kami hampir terlepas dari pegangan atau pijakan Kami, dan ada juga sampai tergelincir, Naning dan Encam sampai ke atas tebing itu, Sayapun memaksa mempercepat untuk bisa naik ke atas sana. Tiba-tiba Encam berteriak,

"Ning ada orang tuh?”

Naning langsung berlari mendekati orang itu Saya dan Peking tidak bisa menahan rasa syukur tak terasa air mata Sayapun keluar dengan sendirinya saat Saya sudah berada diatas tebing itu. Naning langsung menagkap ke dua kaki orang itu dan iapun tak kuat menahan tangis syukur, Encam langsung mencabut belatinya langsung ia pukulkan ketangan kirinya dengan cukup keras,

Peletaaakkk...!!

"Aduh..ternyata beneran gw gak mimpi!"

Naning langsung meminta tolong kepada orang itu, "Bu, tolong Bu Kami baru saja tersesat dihutan sana di mana perkampungan yang terdekat disini Bu?"

Ibu - ibu setengah baya itu yang memakai caping (topi untuk ke ladang) yang berpakaian hitam semua dan sorot matanya yang sangat tajam melihat Kami. Ia tidak banyak berbicara ia hanya mengatakan,

"Saya tidak bisa bantu apa-apa Saya tidak punya makanan, arah perkampungan ada di sebelah sana?"

Sambil menunjukan jarinya kearah perkampungan itu, Kamipun langsung meninggalkan ibu setengah baya itu kearah perkampungan yang ibu itu tunjukkan. Dengan setengah berlari Kami kearah perkampungan itu Kami melewati kebun tomat dengan perut yang terasa sangat amat lapar Kamipun memetik tomat itu dan memakannya dengan sangat lahap, akhirnya Kami berhenti untuk memakan beberapa tomat itu setelah perut Kami terganjal oleh tomat. Saya baru menyadari hampir seluruh tubuh kecuali bagian muka, Saya dan Encam banyak sekali luka yang masih mengeluarkan darah, Kami lihat didekat Kami ada sungai kecil yang mengalir kearah pemukiman yang Kami tuju Kami semua menyempatkan membersih kan tubuh Kami yang sangat kotor dan dipenuhi luka. Setelah selesai Kami membersihkan tubuh Kami tiba-tiba naning membuang celana levisnya ke salah satu pohon di pinggir sungai itu, celana itupun tersangkut di salah satu pohon yang ada di sana Naning sambil mengucap

"Nih Celana gw jadiin kenang-kenangan di Gunung ini (membuang sial)!"

Lalu Kami semua bergerak menuju kampung itu akhirnya Kami menemukan sebuah warung lalu Kami bertanya,

"Bu ini desa apa?"

Ibu itu menjawab dengan wajah yang terlihat ketakutan melihat Kami berempat mungkin karena ada di antara Kami tubuh yang dipenuhi dengan luka-luka dan darah yang terus masih keluar dari tangan dan kaki Saya dan Encam, ibu itupun menjawab,

"Nama desa ini palutungan!”

Kamipun semua kaget mendengar nama desa tersebut dan merasa tidak percaya ternyata Kami masih di palutungan seharusnya selama Kami tersesat tiga hari dua malam menurut Kami semua sudah jauh dari desa awal Kami mendaki. Dengan perut yang kosong Kami semua tak menyia - nyiakan makanan yang ada di meja warung itu Kami terus menyantap makanan yang ada dimeja dengan sangat lahap sampai - sampai Kami tidak menghiraukan orang yang berada diwarung itu, mereka semua hanya bisa melihat Kami, tak ada salah satupun dari mereka yang menanyakan Kami mungkin di dalam hatinya orang-orang itu Kami semua di anggap seperti orang yang baru melihat makanan (kelaparan).

Akhirnya Kami memesan makan kepada ibu pemilik warung yang di bantu oleh anaknya, ibu itupun menaruh lauk-pauk yang ia jual diatas meja didepan Kami.

Kami semua bergiliran menyendok nasi yang ada di bakul dan mengambil lauk pauk yang ada di meja Kami semua makan benar-benar dengan sangat lahap (kelaparan) dan orang lain yang ada diwarung selain Kami berempat kebetulan warung itu cukup ramia sewaktu mereka melihat atau memperhatikan Kami sedang makan apabila Kami lirik mereka seakan-akan mereka membuang pandangannya. Nasi yang ada di mejapun ludes tidak tersisa, mungkin ibu pemilik warung melihat Kami kasihan sangat kelaparan ibu pemilik warung menawarkan lagi nasi

"Jang masih palay tambih sanguna?”

Naning bertanya kepada Saya karena mereka bertiga tidak terlalu mengerti bahasa sunda,

"Apa kata ibu itu Tis?"

Ibu itu bilang lo masih mau nambah nasinya lagi, Naning dan yang lainnyapun menjawab

"Muhun-muhu Bu, klo ada boleh!"

Ibu pemilik warung menyuruh anaknya mengambil nasi yang ada di dalam rumahnya mungkin nasi itu untuk makan keluarganya, sepertinya ibu itu sangat kasihan sekali kepada Kami karena benar–benar Kami terlihat sangat kelaparan. Lalu ibu itu memberikan lagi nasi yang diambil dari dalam rumahnya

"Ini nasinya silahkan dimakan!"

"Memang Ujang – ujang ini semua dari mana?" Tanya Ibu pemilik warung.

"Dari puncak Gunung Ciremai Bu!"

Ibu pemilik warung tidak menanyakan apa-apa lagi setelah Kami menjawab seperti itu, akhirnya nasi yang kedua kalinyapun ludes juga dan lauk-pauk yang di meja hampir tak tersisa Peking menghapiri ibu pemilik warung ia menanyakan,

"Bu berapa tambah rokok sebungkus?"

"Lima belas ribu aja jang!" Kata si Ibu.

"Ga salah bu kita makan banyak bu kue minum lauk pauk dan nasi dua bakul dan tambah roko sebungkus?” Jawab Peking heran.

"Ia bener lima belas ribu saja!" Kata si Ibu membalas.

Kami semua benar–benar merasa sangat heran dengan ibu sipemilik warung, dan tingkah orang–orang yang berada di warung itu.

Kenapa murah banget kita semua sudah hampir menghabisi jualanya, dan orang yang berada di warung itupun yang lumayan banyak karena warung itu tempat pemberhentian angkutan desa yang memakai mobil bak terbuka tidak ada satupun dari mereka yang menanyakan kami kecuali ibu sipemilik warung itu, Peking langsung membayarnya,

"Terima kasih banyak Bu, Oh ia Bu kalau mau ke terminal naik angkutan itu dulu yah bu?"

"Iya jang nanti setelah naik angkutan itu sampai mentok, Ujang trus naik angkot lagi yang jurusan terminal kuningan!" Jelas si Ibu pemilik warung.

"Oh begitu bu terima kasih yah bu Kami pamit yah Bu!" Kata Peking sambil pamit.

Kami semua menuju angkot bak yang terbuka itu kebetulan angkutan itu sudah mulai penuh, Kami berempat duduk ditepi bak belakang karena alasannya takut orang-orang yang ada di angkot itu tidak mau berdekatan dengan Kami, karena darah yang terus masih keluar dari luka-luka Saya dan Encam. Tidak lama kemudian angkutan umum itupun penuh, supir angkutanpun mulai menghidupan mesin Kami berempat mulai meninggalkan desa yang awal Kami singgahi keluar dari hutan itu.Ungkapan Penduduk Asli Kaki Gunung Ciremai di dalam perjalanan dalam angkutan umum Kami berempat melihat kearah puncak Gunung Ciremai terus terang dihati Saya pada saat itu, Saya dalam hati mengucap,

"Alhamdulillah ya Allah Saya sudah di keluar kan dari Gunung itu, Saya tidak akan ingin lagi ke puncak sana, terima kasih ya Allah atas semua pertolonganmu Kami semua berempat bisa selamat Amin..!"

Selama perjalanan diangkutan umum yang Kami naiki orang-orang yang ada diangkutan umum itu kebanyakan orang-orang sudah tua (Nenek dan Aki-aki) mungkin mereka mau belanja kekota atau mau menjual hasil kebunnya. Di dekat Kami ada seorang nenek-nenek yang membawa pisang satu tandan yang kuning-kuning sudah matang dari pohonnya, tiba-tiba Naning mencolek Saya.

"Tis tanyain sama nenek itu gih pisang nya mau di jual ke pasar apa gak klo boleh gw minta tuh pisang enak banget kayanya?"

Karena Naning tidak bisa berbahasa sunda akhirnya. Saya pun menanyakan kepada nenek itu.

"Ni punten cau na bade di ical kapasar nya ni?"

"Heunteu jang, ujang palay amun palay mangga!" Balas si Kenek Bus.

"Apaan katanya Tis?" Tanya Naning kebingungan.

"Gak Ning, pisang itu gak di jual ke pasar, klo lo mau, ambil aja kata nenek itu!" Jelas saya.

Naning langsung meminta izin kenenek itu,

"Nek Saya minta pisang nya yah Nek?" Kata Naning memohon.

"Mangga jang". Jawab si Nenek.

Naning langsung mengambil satu pisang itu dan memakan nya,

"Enak pisangnya Nek, terima kasih yah Nek, pisang nya!"

Kemudian disaat Naning sedang memakan pisang yang ia minta, ada seseorang laki-laki sudah tua yang berada didekat Kami mulai bertanya kepada Kami.

"Ujang - ujang tos timana?"

Karena lelaki tua itu menggunakan bahasa sunda akhirnya Saya yang menjawabnya karena ketiga kawan Saya tidak mengerti (terjemahan).

"Ade - ade sudah dari mana?" Kata si lelaki tua.

" Kami semua baru turun dari puncak sana Pak!" Jawab saya sambil menunjukan jari kearah puncak Ciremai yang masih terlihat.

"Untuk apa ade kesana dan ade semua dari kota mana?" Lelaki Tua itu bertanya kembali.

"Kami semua hanya ingin mendaki ke puncak saja Pak, untuk menikmati puncak Gunung karena memang itu hobi Kami pak, Kami semua dari Bekasi pak!"

"Tidak mungkin kalian semua tidak punya tujuan ke puncak sana, apalagi kalian jauh - jauh dari Bekasi hanya ingin ke puncak sana? Saya saja yang asli penduduk kaki Ciremai dari lahir sampai setua ini Saya di sini belum pernah sampai ke puncak Gunung Ciremai sana,sebenarnya kalian punya maksud apa, sampai badan kalian penuh dengan luka tidak mungkin hanya untuk mendaki saja?” Kata Si Lelaki Tua menjelaskan.

Saya bingung dengan pertanyaan lelaki tua itu dan orang-orang yang ada diangkot itupun termasuk ketiga kawan Saya hanya bisa mendengarkan walaupun kawan-kawan Saya hanya mengerti sedikit dari obrolan Saya dan lelaki tua itu.

"Benar pak Kami semua tidak memiliki maksud apa - apa ke puncak Ciremai sana Kami hanya pencinta alam, yang hobi Kami mendaki Gunung, badan Saya yang penuh luka ini karena Kami semua sudah tiga hari tersesat di Gunung itu pak, Alhamdulillah Kami semua bisa selamat!" Saya menjelaskan.

Seluruh penumpang yang ada di angkutan umum itupun terlihat terkejut setelah mendengar Kami tersesat selama tiga hari di Gunung itu karena Kami melihat dari mimik wajah mereka semua.

"Astagfirullahaladzim, oh begitu, kalian semua baru saja tersesat!" Kata Lelaki Tua terkejut.

"Ia Pak, kami sudah tiga hari tidak menemukan jalan keluar, dan Kami pun kehabisan perbekalan setelah tiga hari Kami baru bisa makan di warung tadi pak!"

"Astagfirullahalazim, untungnya kalian semua selamat karena setahu Saya dan warga sekitar kaki puncak Gunung Ciremai apabila tersesat di Gunung itu jarang sekali yang selamat, Saya kira sebelumnya kalian semua kepuncak Gunung itu untuk mencari ilmu".

"Oh begitu Pak!" Kata saya.

"Jujur Kami semua takut dan kaget ketika kalian semua datang ke warung dengan kondisi yang penuh luka - luka dan memakan makanan seperti orang kelaparan karena itu Kami semua pun yang ada disana sungkan untuk bertanya pada kalian”. Jelas si Bapak Tua.

Oh kalau begitu ibu warung tadi kenapa ia sangat murah menjual makanannya karena ia sama seperti pemikiran bapak tua itu pasti dia mengira Kami orang mencari ilmu (bertapa) dari puncak Gunung sana, terjawablah sudah mengapa penduduk asli sekitar kaki Gunung Ciremai memperlakukan Kami seperti itu. Karena Gunung tersebut bukan hanya Gunung tertinggi dijawa barat saja imagenya, akan tetapi banyak juga sebagian orang menjadikan untuk tempat (bertapa) dan mencari ilmu dan sebagainya, oleh karena itulah sebabnya mereka ketakutan oleh Kami tidak lama kemudian Kami sampai ke tempat pemberhentian angkutan umum desa itu, Kami semuapun yang tersisa di dalam angkutan umum itu turun semua melanjutkan tujuan masing-masing lelaki tua itu pun berucap,

"Hati-hati dijalan nya jang!"

Kami semuapun menjawab,

"Ia pak terima kasih!"

Lalu Kami menuju sebuah perempatan tempat angkot ngetem kearah terminal kuningan, uang yang tersisa di kantong Kami tidak cukup untuk ongkos pulang akhirnya Peking menyuruh Saya dan Encam menunggu didekat tukang gorengan karena Peking yang di temani Naning mau mencari mesin ATM untuk ongkos pulang, akhirnya Peking dan Naning mencari Mesin ATM terdekat. Saya dan Encam yang mengalami luka - luka yang masih mengeluarkan darah menunggunyadiperempatan itu yang dekat tukang gorengan, dan tempat ngetem angkutan umum yang salah satunya keterminal kuningan. Saya dan Encam sambil menunggu Peking dan Naning yang belum tahu dimana mesin ATM itu berada, Saya berdua membeli beberapa gorengan dan yang uniknya Entah mengapa perempatan tadi yang ditongkrongi calo - calo atau pemuda-pemuda yang berada dijalan yang berpenampilan seperti preman yang warna rambutnya ada yang pirang, hijau dan badannya bertato mereka semua hanya melirik Kami persis  seperti kejadian di warung tadi apabila mereka melirik Kami lalu Kami balasi melirik mereka semua cepat-cepat membuang pandangannya tiba-tiba satu persatu pergi dari tempatnya dan memilih menongkrong di sebrang jalan dari tempat Kami. Saya dan Encam saling bertanya,

" Kenapa yah orang - orang kok pada pergi yah, apa kita aneh yah cam?"

Kami berdua benar-benar merasa aneh dengan orang-orang yang ada dekat Kami sampai-sampai setiap orang yang melewati didekat Kami hampir tidak ada satupun yang tidak menoleh kearah Kami berdua.

Tidak lama kemudian Peking dan Naning datang ia sudah menemukan mesin ATM yang ia cari. Encam langsung mengatakan,

"King kayanya kita semua ke terminal gak bisa naik angkot dah, soalnya dari tadi pas gw nunggu lo berdua orang-orang kaya aneh ngeliatin gw berdua Utis, takutnya orang-orang gak mau naikin angkot yang kita naikin soalnya nih darah belum bisa berhenti, gimana kalo kita jalan aja sampai terminal?"

"Ayo kita lanjut jalan kalo begitu alasannya". Jawab Peking.

 

Pengakuan Naning Bertemu Dengan Nenek-nenek di Lembah Ciremai

Kami semuapun melanjutkan perjalanan mengikuti arah angkutan umum yang keterminal, tetapi tetap saja selama Kami berjalan apabila bertemu orang yang berpapasan atau orang-orang yang berjalan didepan atau di seberang jalan, orang-orang itu memperhatikan Kami entah apa yang membuat mereka memperhatikan Kami, menurut Saya mungkin karena luka-luka yang ada ditubuh Saya dan Encam yang masih mengeluarkan darah. Saya berdua Encam menjadi perhatian mereka, Encam memiliki ide untuk membalut semua lukanya dengan perban yang Kami bawa kurang lebih Encam seperti mumi yang dibalut perban, Kami bertiga menertawakan Encam,

"Ha..ha....ha.. Cam lo kaya Mummi!"

Tetap saja Encam membalut lukanya dengan harapan bisa menghentikan darah yang keluar dari kaki dan tangannya.

Perjalananpun terus Kami lanjutakan tidak lama kemudaian perban putih yang membalut luka Encampun berubah menjadi pink karena lukanya masih mengeluarkan darah akhirnya Encam melepaskan perbanya.

Kami semua binggung mengapa luka Saya berdua Encam sangat sulit berhenti mengeluarka darah padahal sudah cukup lama waktu Kami keluar dari Gunung tersebut sampai saat ini Kami berjalan kearah terminal Kuningan, tidak lama kemudian saat Kami masih melanjutkan perjalanan menuju arah terminal tiba-tiba Naning berbicara kepada Kami semua.

"Sebenernya lo tahu gak pas waktu kita semua nginep di goa walet, abis gw kencing sama Utis abis itu sebenernya gw gak bisa tidur, lo semua gw dengerin dah tidur pules gw ngedenger ada suara langkah orang yang masuk ke dalam goa walet gw jelas baget ngedenger langkahnya kayaknya dia pake sepatu suaranya bener - bener jelas ( Pelak...pelak...plakkk..). Gw bener - bener ketakutan waktu itu gw cuma bisa meremin mata gw gak mau degerin tuh langkah eh gak lama kemudian ada suara geraman kaya macan (Heeee..mmm... ). Sumpah gw bener - bener ketakutan saat itu gw terus baca surat pendek yang sebisa gw, gak tahu pokoknya gw dimalam itu di dalam goa gak bisa tidur pules eh pas gw tidur gw mimpi ketemu nenek - nenek dia bilang kita bakalan tersesat tiga hari di Gunung ini”. Naning menjelaskan. 

"Gak lama kita bangun semua karena dah pagi jadi sebenarnya kita tersesat sudah dikasih tahu lewat mimpi gw digoa walet, tapi sumpah gw gak berani nyeritain selama masih kita di Gunung Ciremai!". Lanjut Naning. 

Kami bertiga kaget mendengar cerita dari Naning, berarti benar waktu Peking seperti orang mengigau waktu ia baru bangun tidur digoa walet ia menyanyikan sebuah lagu yang Saya tidak tahu lagu siapa yang liriknya ada kata-kata,

"Aku tersesat di hutan Belantara ini!, kata - kata itu ada hubungannya dengan mimpi Naning di goa walet itu".

Naning mengungkapkan lagi kejadian waktu malam kedua Kami menginap didekat air terjun, terus malam kedua kita waktu diriin tenda di dekat air terjun kenapa gw teriak-teriak ketakutan gw suruh lo semua gak boleh tidur gw bener-bener takut, malam itu habis ada burung yang menemplok persis di atas tenda gw bener-bener jelas ngeliat Nenek-nenek pake baju seperti jubah kaya dari klaras pisang atau bisa dikatakan memakai baju cumpang-camping bahkan terlihat seperti sisik ular, rambutnya panjang, dia persis ada didepan pintu tenda seakan-akan nenek tersebut mengucapkan ku makan kalian semua,

"Nih gw cerita ke elo sekarang sumpah gw sekarang merinding?"

Salah satu hal inilah yang menjadi tanda tanya Saya, akan Saya ceritakan dan jelaskan nanti selanjutnya. Gara-gara itu gw sumpah gak kuat bener-bener ketakutan lo pada masih tidur makanya gw langsung teriak–teriak.

"Allahuakbar...Lailahaillallah....!"

Gak lama langsung hilang itu Nenek – nenek, baru lo semua pada bangun itu gara-garanya gw teriak-teriak, benar-benar gw ketakutan, nah abis itukan kita semua berdo'a kumpul sambil duduk sampe pagi, sebelum pagi gw ngalamin yang aneh lagi gw bener-bener ngerasa nyata liat Subur (Sepupu Naning yang dekat sama dia) tiba-tiba Subur datang nyamperin gw ditenda dia datang di pintu tenda ngomong sama Gw.

"Ngapain ning lo di sini?"

"Tolongin gw Bur gw gak tahu jalan pulang?" Jawab Naning sambil menangis.

"Lo bisa pulang, gw kesini nyamper lo pulang Ning! Katanya, tiba - tiba subur hilang, tapi benar - benar nyata Subur datang ke tenda gw benar ngerasa aneh banget sama kejadian malam itu?". Jelas Naning antusias.

Kami bertiga benar-benar kaget mendengar semua ungkapan dari Naning selama di Gunung Ciremai itu, sampai saat ini pun Kami tidak pernah mendengar ungkapan atau cerita dari Encam dan Peking apa yang ia alami selama Kami tersesat di Gunung itu, Saya sangat yakin dari Kami berempat memiliki kejadian yang dialami berbeda dengan yang lainnya. Karena pada waktu Encam memimpin perjalanan waktu Kami tersesat, Kami melihat Encam, apabila Kami menemukan jalan buntu, Encam selalu membenturkan kepalanya kepohon yang ada didepannya. Mungkin kalau Encam tidak menggunakan kupluk, pasti jidatnya juga terluka karena Encam membenturkan kepalanya ke pohon cukup keras dan ia baru berhenti membenturkan kepalanya apabila salah satu dari Kami menariknya untuk menjauhi pohon itu, entah apa yang di alami Encam sebenarnya pada waktu itu sampai saat ini ia tidak menceritakannya. Kami pun terus berjalan hingga Kami sampai ke terminal Kuningan, saat Kami baru sampai ke terminal Kami mencari bus jurusan Bekasi tiba-tiba lelaki lumayan sudah agak tua ia mendekati Kami dari mulut lelaki itu tercium bau alkohol yang menyengat lelaki itu berkata kepada Encam.

"Woy bajingan mau ke mana?"

Kami semua tidak ada yang menjawab Kami mencuekinya, lelaki itu tetap saja seperti mengajak ngobrol Kami.

"Jangan pura - pura gak ngerti kita sama - sama bajingan, gw tahu tuh lo banyak sobekan!" Teriak Lelaki Tua itu.

Akhirnya Encam dengan sangat marah menjawab,

"Bajingan bajingan lo yang bajingan! Luka gw ini karena kesasar! gw dah tiga hari gak ketemu orang! Lo dah tua banyak lagu lagi lo!"

Lelaki itu langsung berubah sikap, mungkin melihat Encam yang benar - benar marah kepadanya, dengan wajah memerah dan kedua bola matanya, saat itu Encam sambil memegang belati ditangannya, namun tidak di perlihatkan kepada lelaki tua itu, tiba - tiba lelaki itu berkata dengan agak sopan,

" Emang mau pada ke mana?"

"Gw mau pada balik ke Bekasi, memang kenapa?" Jawab Encam.

"Ya udah tunggu di sini aja nanti gw berentiin kalo ada bus jurusan ke Jakarta lewat, nanti gak usah bayar!".

Entah mengapa sikap lelaki itu berubah drastis padahal saat itu ada temannya tidak jauh dari Kami namun teman-temannya pun tidak ada yang merespon saat adu mulut dengan Encam, tidak lama kemudian bus jurusan Jakarta lewat dan lelaki itu menghentikannya, Kami semua naik kedalam bus lagi - lagi Kami menjadi pusat perhatian seluruh penumpang bus yang ada didalam. Kami berpencar karena kursi dibelakang yang kosong hanya dua Naning duduk didekat Saya Peking dan Encam mereka duduk terpisah didepan Kami, selama perjalanan orang yang didekat Kami hanya bisa melirik kepada Kami dan lagi - lagi apabila Kami menengoknya pasti mereka mengalihkan pandangannya bahkan Saya menawarkan cemilan yang Kami makan bapak-bapak yang persis disebelah Saya menolak langsung dan terlihat diwajahnya seperti ketakutan, dipertengahan jalan ada penumpang yang turun, entah bagaimana ceritanya seorang wanita (Embak-embak), yang persis duduknya disebelah Encam.

Ini sebuah ungkapan dari Encam. Embak itu selama diperjalanan melihat Encam dan Kami semua sangat tajam sorot matanya Encam pada awalnya tidak punya kecurigaan apa-apa kepada mbak - mbak itu, awalnya mbak itu tidak didekat Encam tetapi setelah penumpang banyak yang turun, kursi bus mulai banyak yang kosong. Encam merasa aneh jangankan seorang wanita lelaki saja enggan berdekatan dengan Kami karena keadaan Kami yang tidak wajar dengan penumpang lainnya penuh dengan luka dan masih ada beberapa luka yang mengeluarkan darah, apalagi mengajak ngobrol tetapi embak itu lain dari yang lain ia malah mengajak ngobrol menanyakan kepada Encam.

" Mas kalau mau turun di Karawang masih jauh ya mas?"

"Masih lumayan Mbak, nanti kalo sampe Cikampek mbak bisa turun disana karena mbak gak bisa turun di Karawang, bus ini lewat tol sampai ke Pulogadung!" Encam menjelaskan.

"Ia makasih yah mas, nah masnya sendiri mau turun dimana?"

" Saya mau turun di Bekasi mbak!" Jawab Encam.

Akhirnya bus yang Kami tumpangi sampai ke Cikampek. Anehnya, mbak itu tidak turun, padahal Encam sudah mengingatkan tetapi mbak itu malah menjawab,

"Saya mau turun di Cikarang Mas".

Entah apa yang terjadi dengan Encam ia semakin takut melihat tatapan mbak-mbak itu, Encam tidak menjawab, ia lebih banyak diam, karena sudah tidak masuk diakal ia mau turun dimana, sedangkan bus tidak akan bisa berhenti di Cikarang hanya melewatinya. Embak-embak itupun terus melirik dengan tajam kearah Encam dan Kami semua, padahal Kami semua berpencar seakan akan - akan mereka tau Kami berempat, tak lama kemudian bus sudah melewati Cikarang mbak-mbak itupun tetap tidak turun karena bus lewat tol, tetapi tatapannya semakin tajam melihat Kami.

Akhirnya bus sampai Bekasi, tetapi bus yang Kami naiki adalah jurusan Pulogadung ia tidak berhenti di Bekasi Kami memang sudah rencana turun di tol sebelum Jatibening karena rumah Kami di Cikunir agar Kami cepat sampai ke rumah masing - masing.

Kami semua meminta izin turun kepada kondektur tetapi konektur dan supir ketakutan menurunkan Kami, Kami tetap memaksa akhirnya bus itupun tidak mau berhenti hanya mengurangi kecepatannya Kami berempat saat itu memaksa kondektur untuk membuka pintu bus akhirnya Kami berempat meloncat turun setelah turun tiaba-tiba Encam berteriak

"Kita di ikutin cewek itu ceweknya masih di dalam bus, gw curiga dia bukan orang?"

Kami bertiga kaget yang sebelumnya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Saya hanya berpikir entah ada apa dengan Kami semua sepertinya Kami semua masih dalam keadaan mental yang benar - benar paranoid, sangat sensitif apabila melihat kejadian janggal.

 

Sesampainya Kami Semua di Rumah Masing-masing (Dampak dari lembah Ciremai)

Akhirnya Kami semua sampai kegang rumah daerah Kami dalam perjalanan orang-orang yang mengenali Kami ia menegur dan melihat Kami aneh dengan adanya luka-luka, sebelum Kami pulang kerumah masing - masing Kami selalu berkumpul dahulu kerumah Encam yang Kami anggap sebagai basecamp, ada beberapa teman Kami yang terus menanyakan kenapa dengan Kami semua, Kami tidak banyak menjawab terus terang Kami masih merasa percaya dan tidak percaya sudah sampai kerumah, setelah Kami sebentar berkumpul dirumah Encam Kami semua pulang kerumah masing - masing.

Saat Saya mengetuk pintu yang membuka pintu ternyata ibu Saya, Saya langsung memeluknya dan tak kuat menahan kebahagian yang benar-benar luar bisa ibu Saya menangis saat melihat keadaan Saya yang sangat kacau penuh dengan luka-luka, ibu Saya menyuruh Saya mandi, setelah Saya mandi Kami berkumpul ditengah rumah kedua orang tua Saya, kaka pertama Saya dan adik Saya semua berkumpul, ternyata keluarga Saya sudah punya rencan apabila hari minggu Saya belum sampai kerumah bapak dan kaka pertama Saya mau menjemput keGunung Ciremai bahkan Kaka pertama Saya sudah menghubungi teman-temannya yaitu salah satu organisasi pecinta alam dikampusnya, dalam pikiran keluarga Saya mereka akan hanya bisa membawa jasad Saya saja, karena Saya berkata pada waktu Kami meminta izin kepada kedua orang tua Saya paling lambat hari jum'at Kami sudah pulang. Bukan hanya karena itu saja mereka berpikir Saya sudah meninggal diGunung itu, karena banyak sekali kejadian janggal yang keluarga Saya alami selama Saya mendaki ke Gunung Ciremai, ibu Saya bermimpi di dalam mimpinya ada seorang anak lelaki seusia Saya datang kerumah meminta tolong ia berdiri di depan pagar rumah Saya,

"Bu tolong Bu?"

"Ia ada apa dek?"

"Saya hanya minta gula Bu!"

"Sebentar yah dek Ibu ambil dulu!"

Setelah ibu Saya mengambil gula dari dapur ingin memberikan kepada lelaki yang meminta gula itu ternyata lelaki itu sudah tidak ada, lalu adik Saya sama iapun bermimpi didalam mimpinya Saya meminta memotong rambut Saya dan dimandikan olehnya, tanda-tanda itulah yang membuat keluarga Saya sangat yakin pasti terjadi sesuatu dengan Saya, bukan hanya itu kaka ipar Saya pun mengalami kejanggalan Saya yang sering bernyanyi sambil bermain gitar di teras atas, kaka ipar Saya menanyakan kepada ibu Saya.

"Bu Utis dah pulang ya ?"

"Belum, tau nih sampai hari ini belum pulang padahal katanya jum'at paling lambat".

"Yang bener Bu, tadi Saya denger dia main gitar sama nyanyi di atas?"

Dan ada satu lagi kejadian yang sangat aneh tapi nyata ceu Isah yang saat itu bekerja dirumah Saya dan kebetulan rumahnya berdekatan dengan Saya ia melihat Saya berdua teman Saya yang ia tidak kenal lewat didepan rumahnya ia memanggil Saya tetapi Saya tidak menjawab hanya cuek saja berjalan didepan rumahnya, lalu ceu Isah pun datang kerumah Saya menanyakan kepada ibu Saya,

"Bu, Utis sudah pulang yah, tadi Saya melihat dia berdua temannya lewat di depan rumah Saya, tapi gak biasanya dia gak jawab apa - apa waktu Saya pangil dia lewat aja".

Itulah yang membuat keluaga Saya benar-benar takut terjadi sesuatu kepada Saya dalam pendakian.

Ternyata bukan hanya keluarga Saya saja yang diberikan tanda keluarga Naning pun mengalami kejadian janggal salah satu keluarganya di dalam mimpinya Naning meminta dibuat-kan rumah, menurut keluarga Naning setelah mendengar ada yang bermimpi seperti itu dan Naning sedang melakukan pendakian merekapun sama berfikir takut terjadi sesuatu kepada Naning.

Peking dan Encam Saya tidak mendengar ada kejadian apa di keluarganya selama ia pergi mendaki, hanya Saya mendengar langsung dari Encam keesokan harinya sekitar jam empat atau jam lima sore, ternyata setelah Kami pulang dari rumahnya kerumah masing-masing ia tidak berani tidur ia belum percaya 100% bahwa ia benar-benar sudah pulang ia takut kalau sampai tertidur ia tidak bisa bangun lagi untuk selamanya.

Sekitar satu bulan setelah pendakian Kami mendengar kabar Naning sakit sampai tidak bisa bangun dari tempat tidurnya sampai-sampai ia membuang air kecil dan air besar di tempat ia berbaring, anehnya ia sering berteriak kesakitan dan ia seperti orang yang kesurupan ia sering mengucapkan,

"Ki Sandang maya berada di lembah Gunung Ciremai?”

Obat dari dokterpun tidak bisa menyembuhkan Naning. Akhirnya, keluarganya meminta bantuan kepada para kiai (alim ulama) yang mengerti dunia selain alam kita ternyata para kiaipun yang dipanggil kerumahnya belum dapat menyembuhkannya, sampai ada salah satu orang pintar yang membacakan ayat suci Al-Qur'an. Anehnya orang itu belum selesai membacanya didepan Naning pada saat itu yang sedang sakit malah Naning sudah selesai mengulangi bacaan itu. Sudah beberapa orang pintar yang ingin menyembuhkan Naning hasilnya tetap sama, Naning sebelum teriak-teriak kesakitan ia selalu mendesis dahulu seperti ular lalu ia berteriak kesakitan, setelah beberapa bulan kemudian Naning sudah dapat bangun dari tempat tidurnya, Encam dan teman - teman yang lain menjenguk Naning dan yang anehnya dari beberapa orang yang menjenguk ada satu orang teman Saya yang di tampar hanya dengan kedua jari Naning langsung sobek mengeluarkan darah dari pipinya seperti di gores oleh silet.

Berapa bulan kemudian Kami bertiga Saya , Encam , Peking pun ingin sekali menjenguknya walaupun Ibunya Naning melarang Kami untuk menjenguknya, Kami bertiga tetap mendatangi rumah Naning, karena Kami mendengar kabar naning sudah agak membaik sudah tidak berteriak-teriak kesakitan, akhirnya Kami bertemu dengannya, pada saat Kami ke rumahnya naning ternyata sedang tertidur di sofa ruang tamu, mendengar suara Kami Naning langsung terbangun menyapa Kami fisiknya benar-benar terlihat seperti orang yang sehat, Kami sangat senang melihat Naning sudah sehat Naning langsung menyapa Kami,

"Oh lo kemana aja lo, Ayo seni kita ngopi bareng!"

Kami duduk didepan terasnya sambil mengobrol dan menanyakan keadaannya, Kami sangat dilarang oleh keluarganya apabila membahas tentang pendakian itu, Kami bertiga tidak sedikitpun membicarakan tentang pendakian, Kami sempat bertanya kepada Naning,

"Ning kenapa lo suka teriak kesakitan?"

"kaya ada golok yang menyayat-nyayat badan gw, makanya gw suka usir tuh golok seeeeeeeetttt....Ssssssssseettt. Itu gw lakuin buat ngusir tuh golok soalnya kalau golok itu kena badan gw rasanya sakit banget"

Tiba - tiba Naning berkata,

"Wah lo masih inget gak kita kemaren itu ngedaki Ciremai!"

Kami bertiga sangat takut apabila Naning membicarakan itu, ternyata Naning benar - benar sangat aneh ia berbicara tentang pendakian, anehnya Naning masih ingat nama tempat Kami menuju Palutungan hingga lengkap nomor angkot dan nama jurusannya pokoknya benar-benar lengkap dan sangat detail ia menceritakan tentang pendakian, tidak lama kemudian Naning yang sebenarnya tidak bisa berbahasa inggris, melanjutkan cerita pendakian dengan menggunakan bahasa inggris sangat fasih, Kami semua kaget tiba-tiba ibunya marah-marah kepada Kami, Kami semua disuruh pulang oleh ibunya Naning, karena ibunya Naning menyangka Kami yang memancing membicarakan tentang pendakian, Kami benar-benar merasa sedih melihat salah satu kawan Kami mengalami hal seperti itu.

Kurang lebih satu tahun Naning mengalami sakit yang Kami semua tidak mengerti sebenarnya Naning sakit apa, Kami bersyukur bisa bertemu dengan naning ia walaupun belum sembuh 100% Naning sudah bisa main ketongkongan Kami. Tetapi tetap saja masih ada saja sikap Naning yang agak aneh apabila Naning sudah tertawa ia seperti orang yang tidak bisa mengendalikan tertawanya atau sulit menghentikan tertawanya sampai ia mengelurkan air mata, Kami melihat sebenarnya diri Naning tidak mau tertawa seperti itu tetapi ia seperti ada yang mengendalikan, apa mungkin karena Naning tidak melakukan Nazarnya entah apa Kami pun tidak mengerti. Kami bersyukur beberapa lama kemudian Kami bertemu Naning sudah membaik akhirnya semua bisa kembali seperti semula, sebelum Saya pergi keluar kota Saya bertemu Naning terakhir kalinya ia mengatakan keinginannya kepada Saya,

"Tis kita bikin reuni berempat yo tapi sekarang mah gak usah ke Gunung mending ke pantai aja gimana?"

Sayapun menjawab,

"Boleh aja ning kita obrolin lagi aja sama yang lainya!"

Setelah dari itu sampai saat ini Saya sangat jarang bertemu Naning dan Peking yang masih sering bertemu hannya Encam, Saya hanya mendengar kabar Naning sekarang sudah bekerja, Encam sekarang sudah menikah dan Peking sekarang tinggal di Lombok dengan istrinya, Peking lah yang memegang dokumen Foto - foto Kami selama pendakian, semoga Peking membaca dan ia mengupload foto - foto kenangan Kami semua, salam buat ketiga sahabatku dimanapun kalian berada gw selalu merindukan kebersamaan kita yang tidak pernah menyerah untuk "KEMBALI DENGAN SELAMAT" karena bukan puncak Gunung tujuan kita, tujuan yang sesungguhnya ialah, "Kami semua dapat kembali dengan selamat kepadanya" Amin Ya Robbal Alamin!"

 

Terungkapnya Sebagian Dari Teka - teki Misteri dan Mitos - mitos Yang Kami Alami Selama 3 hari Tersesat di Gunung Ciremai

Selama empat tahun Saya tinggal dikota Semarang untuk menyelesaikan pendidikan Saya disana, Saya sangat jarang sekali mendengar kabar berita tentang Naning dan Peking, yang masih sering bertemu hanya Encam saja karena kebetulan tempat tinggal Encam tidak jauh dari rumah Saya itupun hanya waktu Saya libur semesteran saja, Saya tidak pernah lagi mendaki bareng dengan mereka. Selama Saya tinggal di Semarang Saya melakukan pendakian sesekali dengan teman - teman kost Saya, singkat cerita akhirnya Saya lulus menyelesaikan pendidikan Saya selama empat tahun persisnya ditahun 2010, Saya pulang ke Bekasi dan seperti pada umumnya Saya mencari pekerjaan setelah Saya memiliki ijazah, akhirnya Saya bekerja di salah satu perusahaan di Jakarta tepatnya di Menteng.

Di perusahan tersebut Saya bekerja hanya setahun, lalu Saya menganggur saat itulah untuk mengisi kesibukan Saya mulai menulis pengalaman Kami tersesat. Karena Saya tidak memiliki basic dan bakat menulis atau tidak pernah menulis buku sebelumnya, entah kenapa Saya menulis tentang pengalaman Saya itu mengalir begitu saja Saya menuliskan seakan-akan Saya sangat jelas mengingat kejadian itu seperti baru saja terjadi padahal kejadian itu sudah belasan tahun yang lalu, Saya iseng-iseng tulisan tersebut Saya unggah diblogspot dan Saya share di Facebook tepatnya di tahun 2011, terus terang Saya tidak PD sebenarnya tapi Alhamdulillah saat Saya share hanya beberapa paragraf ada salah satu teman Saya yang merespon ia meminta untuk melanjutkan cerita Saya hingga selesai ia semakin penasaran ingin mengetahui pengalaman itu, padahal tulisan Saya sangat berantakan akhirnya Sayapun melanjutkan menulis cerita sampai selesai, setelah cerita Saya selesai teman Saya itu memberi masukan apabila ada dokumentasinya pasti lebih realistis lagi cerita tersebut menurutnya.

Saat Saya mendengar masukan tersebut Saya berpikir bagaimana foto-foto dokumentasi pendakian tersebut bisa Saya dapat karena saat Saya bertanya ke Encam dokumentasi itu Peking yang memyimpannya dan ia saat itu tinggal di Lombok, Saya tidak terlalu memperdulikan lagi cerita pengalaman Kami yang Saya sudah upload diblog pribadi Saya, kebetulan saat itu Saya sedang bekerja disalah satu perusahaan yang bertempat di Kuningan Jakarta Selatan.

Di sekitar tahun 2013 kalau tidak salah Saya mendapat kabar bahwa Peking sudah tidak tinggal di Lombok lagi entah tepatnya ditahun berapa Peking sudah gak di Lombok, dengan seiringnya waktu Saya mulai sering bertemu dengan Naning dan Encam, lalu Saya mulai mendengar Peking sudah tinggal di Karawang dengan istrinya.

Sekitar ditahun 2014 kalau tidak salah Saya bertemu dengan Peking dan Saya menanyakan dokumentasi itu jawaban Peking dia tidak tahu jelasnya dokumentasi itu di simpan di mana, karena semenjak ia tidak tinggal di Bekasi kamar Peking sudah dirapikan jadi ia tidak yakin apakah masih ada atau tidak ia mau tanyakan kepada orang tuanya, lalu Peking bercerita tentang masalah di tulang punggungnya ternyata tulang punggung Peking ada masalah dan merasakan sakit ia bilang sampai hari ini gw masih terapi untuk proses penyembuhan nih Tis, ia bilang ini ada hubungannya saat pendakian Gunung Ciremai itu, saat mendengar hal itu Saya jujur agak kaget sedangkan sudah belasan tahun lalu pendakian itu Kami lakukan.

Seiring waktu Alhamdulillah dokumentasi pendakian Kami ditemukan Peking lalu Peking memberikan kepada Saya, ternyata dokumentasi itu masih ada dengan albumnya tapi memang beberapa foto Kami banyak yang hilang namun yang Saya salut dengan Peking di album tersebut ternyata Peking masih menyimpan dengan lengkap surat jalan, tiket bus, hingga tiket masuk pendaftaran pendakian jalur Palutungan Saya tidak menyangka dan tidak tahu bahwa Peking masih menyimpan dengan rapih berkas pendakian tersebut. Dari situlah Saya mulai semangat lagi untuk melanjutkan share pengalaman pendakian tersebut di Kaskus dan media sosial.

Saya, Saya mulai melihat jumlah pengunjung diblog dan di Kaskus Saya Alhamdulillah terus bertambah dan ada yang memberi komentar yang cukup baik dari situlah Saya mulai bersemangat untuk berbagi kepada teman-teman pembaca semoga pengalaman Kami bisa bermanfaat bagi yang membacanya yang kebetulan sebagian besar pembaca adalah mereka yang memiliki hoby yang sama atau para pendaki juga, Saya meminta kepada teman-teman pembaca agar berkenan saling berbagi pengalamannya tentang pendakian mereka di Gunung tersebut. Salah satunya dari sanalah Saya mulai banyak lagi mendengar tentang hal-hal yang terkait dengan Gunung Ciremai dari teman-teman pembaca.

Saat Saya bertemu dengan Encam Saya menceritakan kepada Encam Saya menulis tentang pengalaman Kami tersesat di Gunung Ciremai, Encam yang sebelumnya tidak pernah tahu sama sekali bahwa Saya menulis pengalaman Kami saat tersesat yang Saya unggah didunia maya, Saya bilang ke Encam mungkin nanti ada yang mencari kita Cam untuk menanyakan pengalaman kita selama tersesat di Ciremai, bukan tanpa alasan Saya berbicara seperti itu karena Saya sudah mengupload foto-foto dokumentasi tentang pendakian tersebut dan Saya mendapat email dan komentar dari salah satu pembaca ada yang menanyakan kontak Saya dan ingin bertemu untuk menanyakan langsung kepada Saya terkait pendakian tersebut. Akhir - akhir itu Saya sering ngopi bareng dengan Encam bila waktu Kami libur, Encam sempat menceritakan pengalamannya waktu baru pulang dari pendakian Gunung Ciremai kurang lebih baru sebulan ia sudah diajak oleh salah satu teman Saya untuk menemani karena yang mengajak Encam ternyata ia membawa orang-orang yang katanya baru hoby naik Gunung, padahal badan Encam masih ada sisa-sisa bekas luka dari pendakian Ciremai, singkat cerita akhirnya Encam ikut pendakian tersebut saat mereka ngecamp saat sedang kumpul-kumpul diapi unggun dengan pera pendaki lain ternyata salah seorang dari rombongan Encam ingin dikeroyok para pendaki lain, saat itu Encam yang sedang istirahat di dalam tenda mendengar keributan diluar akhirnya Encam keluar dari tenda ia langsung mendekati tempat kejadian, entah kenapa setelah Encam menghampiri temannya itu yang ingin dikeroyok tiba-tiba para pendaki yang sudah emosi kepada teman Encam setelah melihat Encam seakan akan mereka reda tidak marah lagi bahkan seperti orang yang sudah akrab atau benar-benar mengenal Encam, akhirnya Alhamdulillah tidak terjadi apa-apa pada waktu itu suasana menjadi normal kembali, Encam dan teman-temannya itupun heran kenapa kok bisa seperti itu padahal Encam saat kejadian itu tidak melakukan apa-apa bahkan belum sempat banyak bicara untuk melerai kejadian itu, bahkan dari para pendaki yang sempat emosi ingin mengeroyok melontarkan kata,

"Oh Lo kirain siapa, kalau gak ada Lo gak tahu dah gw abisin tuh anak"

Benar-benar Encam bingung dia tidak mengenal salah satupun dari mereka para pendaki yang sempat marah itu ke salah satu temanya, Encam saat ngobrol dengan Saya ia mengatakan apa ada hubungannya gak yah dengan Ciremai karena waktu itu benar-benar belum lama jaraknya dari pendakian Ciremai.

Lalu di tahun 2015 kalau tidak salah di bulan Agustus atau di awal September ada salah seorang pembaca menanyakan kontak Saya dan ia sampai menelpon Saya ingin mengangkat pengalam Kami untuk dijadikan film dokumenter tujuannya untuk tugas akhir, saat Saya mendengar hal itu Saya belum menjawab mengiyakan karena Saya harus bertanya kepada yang lain, Saya saat itu tidak dapat memutuskan sendiri mengenai pengalaman tersebut karena ada ketiga teman Saya yang terlibat dalam pendakian tersebut. Lalu Saya membicarakan hal tersebut kepada Encam saja, karena yang lain Naning dan Peking Saya sangat jarang bisa bertemu karena Peking tinggal di Karawang sedangkan Naning kalau tidak salah ia tinggal di pondok gede pada saat itu dengan istrinya, jadi yang cukup mudah ditemui hanya Encam saja, selang beberapa hari Saya berbicara dengan Encam team yang ingin membuat film dokumenter itu tiba-tiba memberi kabar kepada Saya bahwa ia ingin menemui Saya di rumah, dia menanyakan alamat rumah Saya, tepatnya di hari libur mereka memberi kabar kepada Saya mereka sudah digang arah rumah Saya.

Akhirnya Saya dan Encam menemui team tersebut ia berjumlah lima orang, mereka sempat bingung mereka sangka Kami sudah berusia 40 tahunan keatas padahal kenyataannya tidak dan mereka juga menyangka masih ada bekas luka-luka pada saat pendakian itu Alhamdulillah tidak ada juga bekas itu, Kami semua merasakan suasana yang cukup akrab dengan team tersebut cukup banyak pertanyaan yang mereka sampaikan sampai Saya memberitahu kepada mereka album foto dokumentasi pendakian itu, mereka cukup kaget saat melihat dokumentasi Kami karena cukup lengkap mereka tidak menyangka bahwa Kami masih menyimpan surat jalan, tiket-tiket pendakian itu, saat melihat dokumentasi Kami mereka semua terlihat sangat antusias sekali setelah melihat-lihat album foto pendakian itu, salah seorang dari mereka berkata,

 

"Sebelum Saya mengetahui pengalaman mas Utis, Encam dan kedua temanya, Saya sudah menemui beberapa pengalaman pendaki lain yang tersesat juga tapi kebanyakan dari mereka ada yang tidak selamat, setelah salah seorang dari teman Kami yang membaca blog mas Utis Kami sangat tertarik karena mas Utis dan temannya semua selamat itu alasan Kami benar-benar ingin membuat film dokumenter untuk pengalaman mas Utis dan teman-teman? 

Dan team tersebut itupun mulai meminta kepada Kami untuk menceritakan hal-hal apa saja yang terjadi selama pendakian tersebut Saya dan Encam mulai menceritakan hal-hal yang terkait menurut Kami janggal selama pendakian, mereka lebih banyak menanyakan keadaan saat Kami berada di goa walet karena salah satu dari team tersebut ternyata ia seorang pendaki juga mungkin ia sangat penasaran dengan apa yang Saya ungkapkan mengenai goa walet, kejanggalan tentang goa walet adalah setiap kali Saya bertanya kepada seseorang yang pernah ke goa walet dan Saya tanyakan juga kepada team itu kondisi goa walet pasti jawaban mereka berbeda pengakuannya mereka pasti menjawab goa walet tidak sedalam yang Kami alami, mereka pasti menjawab goa walet gak kaya yang Lo ceritain dia gak dalam dan gak seluas yang Lo ceritain bahkan dari mulut goapun sudah kelihatan keseluruhan bagian goa itu, bahkan Saya mengalami seseorang yang pernah sampai ke goa tersebut sampai mengotot tetap goa walet kondisinya tidak seperti yang Kami alami karena orang tersebut sudah dua kali kesana, bisa di katakan Saya hanya mengada-ada saja tentang goa tersebut, Saya dan Encam melihat dari salah seorang team itupun sepertinya meragukan apa yang Kami alami kondisi di goa tersebut, dan ada lagi hal yang sangat diragukan oleh mereka yang Kami ceritakan tentang adanya pohon edelweis yang besar bahkan sampai bisa dipanjat pasti orang Saya ceritakan hal tersebut mereka langsung menjawab dengan spontan.

"Gak ada lah kalau pohon edelweis sampai bisa dipanjat paling gede juga semana sih batang edelweis".

Terus terang selama Saya mendaki hanya pendakian Ciremai sajalah Kami berempat baru melihat pohon edelweis sebesar itu dan bisa dipanjat oleh Naning saat ingin mengambil bunga tersebut dan cukup banyak pohon tersebut yang besar oleh karena itu Saya menyebut Padang edelweis, semoga bukan hanya Kami yang menemukan pohon edelweis sebesar itu semua itu Saya kembalikan kepada diri masing-masing mau mempercayai atau sebaliknya semoga teman-teman lain bisa menemukan pohon tersebut yang besarnya seperti Kami lihat dan Naning panjat.

Selain itu Kami menceritakan bahwa ada salah seorang yang Kami tuakan didekat rumah Kami saat ia mengetahui Kami tersesat disana anehnya ia bertanya kepada Encam apakah dari Kami berempat ada yang masih keturunan dari Banten karena menurut ia untuk ke Gunung Ciremai tidak boleh seseorang yang masih memiliki keturunan dari Banten menurutnya apabila yang masih ada keturunan dari daerah tersebut cukup besar kemungkinan untuk tersesat di Gunung tersebut, dan Saya mendapatkan kabar dari keluarga Saya yang berada di Sumedang dari mamang Saya, saat ia menceritakan waktu Saya tersesat kepada seseorang, orang itu menjawab untung dari Kami berempat masih ada keturunan dari Sumedang akhirnya Kami bisa selamat mendengar kedua kabar tersebut Saya terus terang tidak mengerti untuk hal tersebut semua itu menurut Saya Wallahualam.

Karena semua kita kembalikan lagi kepadanya karena itu hanya keyakinan seseorang semata dan yang terpenting tidak ada salahnya kita mulai mau mempelajari tentang kekayaan sejarah dan budaya bangsa kita semoga kita semua mendapatkan penerangan hal tersebut.

  

Kejadian Yang Dialami Oleh Team Pembuatan Film Dokumenter Saat Berada di Gunung Ciremai

Akhirnya singkat cerita dari pertemuan itu team tersebut memutuskan pengalaman Kamilah yang ingin diangkat untuk dijadikan bahan tugas akhir mereka dari sekian pengalam para pendaki yang pernah ia temui atau diwawancarai, merekapun merencanakan waktu pendakian untuk mengambil footage-footage langsung keGunung Ciremai untuk bahan film dokumenter, Saya dan Encam menyarankan apabila team tersebut ingin berangkat kesana untuk mengambil footage Gunung tersebut usahakan kalau bisa memberi tahu kepada Kami sebelum melakukan pendakian kesana.

Ternyata Saya cukup kaget salah satu dari team tersebut memberi kabar melalui Whatsapp ia sudah berada di Palutungan ia mengirimkan foto ladang wortel yang pernah Kami lewati, team tersebut menceritakan kepada Kami mereka membagi dua kelompok satu kelompok melakukan pendakian untuk pengambilan footage dan satu kelompok lagi ditugaskan mencari info yang terkait dengan pendakian Kami di desa Palutungan, kalau tidak salah team yang mendaki kepuncak berjumlah tiga orang dan team yang mencari keterangan terkait pendakian Kami di desa Palutungan sama berjumlah tiga orang juga, dihari Jum'at pagi team yang melakukan pendakian ia mulai melakukan pendakian, lalu team yang berada di desa Palutungan salah satu dari mereka menelepon Saya memberi kabar bahwa team yang melakukan pendakian sudah berangkat, dan team yang dibawah juga sudah memulai tugasnya yaitu mencari narasumber yang terkait dengan pengalaman Kami ia mencari pak Sandi, ibu warung tempat Kami makan, dan orang yang dituakan di desa Palutungan (kuncen). Keesokkan harinya team yang berada di bawah ia mengatakan memberi kabar kepada Saya ia ingin mewawancarai pak Sandi orang yang menjaga pos pendaftaran di Palutungan pada saat pendakian Kami pada waktu itu, mereka sempat mengirimkan foto saat sedang ingin memulai wawancara dengan pak Sandi untuk memastikan apakah benar itu orangnya yang sama pada saat Kami mendaftar untuk pendakian pada waktu itu pak Sandi sama ternyata benar itulah orang, satu orang dari mereka sedang menelpon Saya ingin memberitahu bahwa mereka sudah akan melakukan wawancara mendadak team tersebut memutuskan obrolan di telpon, setelah beberapa saat team tersebut ia menelpon Saya memberi kabar wawancara di tunda dengan pak Sandi, Karena pak Sandi dan warga setempat harus melakukan evakuasi bahwa ada empat orang pendaki dari Indramayu yang meninggal tersambar petir tepatnya di Buper Palutungan, saat itu memang sedang turun hujan dan angin yang cukup kencang disekitar desa Palutungan, mendengar kabar itu Saya cukup kaget, Saya langsung teringat dengan team yang mendaki sedang berada diatas sana, Saya langsung bertanya kepada team yang di bawah apa mereka yang sedang muncak membawa HT agar segera bisa menghubungi mereka yang diatas ternyata mereka tidak membawa HT, padahal waktu itu Saya sudah menyarankan kepada mereka. Terdengar jelas seseorang dari team yang menelpon Saya sudah sangat mengkhawatirkan dengan teman - temannya yang masih berada diatas sana ia memohon agar Saya membantu berdoa untuk mereka semoga tidak terjadi apa-apa kepada seluruh team yang sedang berada disana. Saat itu kira - kira sebelum Ashar Saya mendapat kabar lagi team yang sedang turun belum memberikan kabar kepada team mereka yang dibawah, team yang berada di desa Palutungan mulai meminta pertolongan kepada ranger dan salah satu TNI disana. Kalau tidak salah TNI itu masih saudara dari salah seorang team tersebut apabila jam 20:00 WIB, Mereka belum juga turun mereka akan di jemput, sekitar habis Magrib Alhamdulillah Saya mendapat kabar dari mereka ternyata mereka sudah turun sudah sampai di Palutungan ternyata mereka waktu turun terkena badai jadi mereka harus menunggu sampai kondisi aman itu pengakuan dari mereka.

 

Ungkapan dan Penjelasan Kuncen Serta Narasumber Terkait Hal-hal Yang Terjadi Saat Kami Tersesat di Gunung Ciremai

Beberapa Minggu kemudian setelah pendakian yang mereka lakukan itu, salah seorang dari mereka menghubungi Saya untuk melanjutkan proses pembuatan film dokumenter tersebut, merekapun datang lagi kerumah Saya Alhamdulillah Kami masih bisa berkumpul lagi dengan mereka, saat itu yang menemui mereka masih Saya dan Encam saja. Mereka mulai menceritakan selama mereka berada disana, salah satu dari mereka bercerita mengenai pendakian yang dilakukan team yang bertugas mengambil footage-footage diGunung Ciremai, saat itu Jum'at pagi ia mulai mendaki di tengah-tengah pendakian mereka bertemu dengan tiga orang bapak-bapak yang sedang turun dari atas namun yang janggal menurut mereka ketiga orang tersebut berpakaian lengkap seperti orang yang mau berangkat kemasjid lengkap dengan sarung, kopiah, dan baju koko, merekapun bertanya kepada ketiga orang itu,

"Bapak hanya bertiga saja dan dari mana Pak?"

"Dari puncak sana dek, Kami tidak hanya bertiga ada teman satu lagi di belakang nanti menyusul". Jawab Si Bapak.

Team tersebutpun melanjutkan lagi perjalanannya sampai pada waktunya mereka beristirahat salah seorang dari team saat ia istirahat merasa ada yang mengikutinya seakan-akan seperti ada yang mengintip saat mereka istirahat dari balik pohon dekat mereka istirahat tapi saat ia melihat kearah yang mengintip tidak ada apa-apa mereka anggap itu hanya perasaannya saja, lalu merekapun melanjutkan lagi pendakiannya hingga sampailah kepuncak Gunung Ciremai, mereka teringat dengan perkataan bapak-bapak tadi yang bertemu di jalan katanya ada satu lagi temannya yang akan menyusul mereka bertiga turun, tetapi team tersebut tidak menemukan siapa-siapa lagi saat mereka sampai di puncak itulah salah satu kejanggalan yang mereka alami saat proses pendakian. Lalu team tersebut menunjukan video hasil rekaman mereka di goa walet, ternyata benar hasil rekaman video mereka sangat berbeda dengan kondisi saat Saya dan ketiga teman Saya waktu menginap di goa walet pada saat itu, Saya dan Encampun sempat terdiam sebentar saat melihat video hasil rekaman mereka, di video tersebut goa walet tidak sebesar dan seluas apa yang Saya alami waktu itu, bahkan team tersebut dapat menjangkau keseluruhan bagian goa tanpa bantuan penerangan bisa dikatakan goa tersebut cukup kecil intinya tidak seperti apa yang Saya alami, persis ungkapan para pendaki yang pernah Saya tanya sebelumnya yang pernah kegoa walet ukuran goa sama dengan hasil video rekaman mereka itu.

Lalu seorang dari team mereka yang mewawancarai salah satu kuncen di desa Palutungan mulai menceritakan pernyataan dari kuncen tersebut mengenai goa walet ternyata di goa walet tersebut ia mengatakan ada pesantren goib dan goa itu bisa terlihat seperti apa yang Saya lihat dengan ketiga teman Saya menurutnya benar itu bisa terjadi atau bisa saja seperti itu adanya kondisi goa walet namun apabila seseorang itu memiliki Indra keenam atau kemampuan melihat alam lain. Saat Saya mendengar pernyataan itu yang disampaikan mereka Saya hanya bisa terdiam, dan cukup menjawab rasa penasaran Saya tentang situasi dan keadaan goa walet saat Kami berada disana pada waktu itu.

Untuk pernyataan pesantren goib yang disampaikan kuncen itu yang berada di goa walet entah ada hubungannya dengan team yang melakukan pendakian saat mereka bertemu dengan ketiga orang bapak-bapak yang sedang menuju turun dari puncak Ciremai yang berpakaian seperti orang yang mau berangkat kemasjid dan kebetulan saat itu team yang melakukan pendakian tepat di hari Jum'at apakah hal itu ada kaitannya dengan pesantren goib yang berada disana Wallahualam. Ada hal juga yang disampaikan dari team ia mendapat informasi seseorang yang pernah menginap digoa walet selama tiga bulan nama beliau Krisna, ia menanyakan kepada Kami apakah Kami pernah tahu orang tersebut Saya dan Encam menjawab Kami tidak tahu sedikitpun tentang orang tersebut bahkan Kami baru mendengar dari mereka, jadi masih banyak lagi hal-hal terkait tentang goa walet biarlah hal itu kita jadikan untuk menambah keimanan kita, semua itu kembali lagi kita serahkan kepada sang pencipta karena itu termasuk salah satu bukti kebesarannya,

"Walaupun air laut dijadikan tinta untuk menuliskan kebesarannya bahkan air laut itupun ia tambahkan lagi tetap saja tak akan mampu untuk menuliskan kebesarannya".

Lalu mereka menyampaikan kembali hasil wawancara dari kuncen tersebut mengenai apa yang pernah Kami lihat saat tersesat dimalam pertama, tentang perkampungan yang berada di lembah Gunung Ciremai yang saat itu Kami lihat dengan jelas hingga terlihat genting-genting pemukiman saat Kami disana, ungkapan dari kuncen tersebut mengenai kampung di lembah Gunung Ciremai konon katanya memang benar keberadaanya ada sebuah perkampungan di lembah Gunung Ciremai yang diberi nama atau sebutan kampung mati kampung itu entah kemana saat ini keberadaanya tidak diketahui dengan persis bisa dikatakan kampung tersebut menghilang begitu saja atau lenyap keberadaannya, kemungkinan Kami saat tersesat waktu itu ditunjukan keberadaannya itulah ungkapan dari kuncen tersebut.

Ada satu hal lagi yang sangat cukup menarik mengenai kesaksikan dari keluarga ibu warung tempat Kami makan setelah Kami selamat, team tersebut mencari dimana warung itu berada dari penjelasan Saya waktu sebelum mereka berangkat, mereka menanyakan dan mencari informasi dari warga sekitar Palutungan karena kondisi disana sangat berbeda dengan kondisi di tahun 2002 waktu Kami melakukan pendakian, singkat cerita mereka akhirnya menemukan rumah keluarga ibu warung yang sudah tidak berjualan lagi dan ternyata ibu pemilik warung itupun ternyata sudah meninggal dunia,

"Mari kita mendoakan untuk ibu warung itu semoga amal ibadahnya diterima Allah SWT, amin ya robbal alamin".

Saat itu team hanya bertemu dengan keluarganya dan anaknya yang membantu berjualan pada waktu itu,teampun melakukan wawancara dengan anaknya team tidak begitu yakin akan mendapatkan informasi yang terkait tentang Kami karena hanya bisa mewawancarai anaknya saja mengapa seperti itu karena sebelumnya team sudah mewawancarai pak Sandi saja orang yang menjaga pos Palutungan waktu Kami mendaki yang sempat beberapa menit bertatapan langsung dengan Kami saja, saat team menunjukan album foto dokumentasi Kami yang mereka bawa itu pak Sandi tidak ingat satupun dari Kami berempat dan bahkan data pendaki waktu itu tidak ada nama-nama Kami didaftar pendakian, dari pengakuan pak sandi sejak Gunung Ciremai berubah status dari hutan lindung menjadi kawasan taman Nasional tepatnya 19 Oktober 2014 diresmikannya, data pendakian ditahun sebelumnya tidak tercatat dengan rapih karena pencatatan waktu itu masih manual atau ala kadarnya, yang Saya pernah ungkapkan pada waktu Kami mendaftar pendakian pos pendakian memang terlihat sudah tidak layak atau sudah jarang berfungsi itu mungkin salah satu alasan data Kami tidak ditemukan. Tetapi yang sangat membuat kaget team tersebut saat mewawancarai anak ibu warung ternyata di luar dugaan mereka saat ditunjukan foto-foto Kami, anak ibu warung saat melihat-lihat album dokumentasi Kami, ternyata ia masih mengenali salah satu dari Kami berempat anak ibu warung mengenali Naning saja dari Kami berempat saat melihat foto-foto dokumentasi Kami, Ia berkata,

"Kalau yang ini Saya tahu Saya masih ingat dia malah di kasih sarung sama alm.ibu Saya, ibu memberikan sarung keorang ini, yang di maksud orang ini itu Naning, tapi kalau yang ketiga lainnya Saya tidak tahu".

Saat itu juga salah seorang team yang mewawancarai saat mendengar pernyataan itu ia langsung menelpon Saya untuk menanyakan pengakuan anak ibu warung yang masih mengenali Naning saja dari Kami berempat, Sayapun langsung menjawab Saya masih sangat ingat persisi kejadian itu tidak ada salah satu dari Kami yang diberikan sarung oleh ibu warung saat itu, team yang sedang menelpon Saya menjawab beneran mas anak ibu itu sangat yakin dan ingat bang Naning dikasih sarung saat kewarung katanya bang Naning kondisinya kedinginan makanya ia dikasih sarung kata anak ibu itu. 

Akhirnya setelah team menjelaskan hal itu dan sudah tahu jawaban langsung dari Saya merekapun melanjutkan mewawancarai anak ibu warung itu dan akhirnya anak ibu warung itu mengirimkan salam kepada Kami berempat agar Kami bisa main kerumahnya untuk bersilaturahmi, saat mendengar hal itu jujur Saya sangat ingin bersilaturahmi dengan keluarga ibu warung semoga Kami secepatnya bisa bersilaturahmi ke sana.

Itulah penjelasan orang - orang yang terlibat dari pengalaman Kami waktu itu.

Singkat cerita Setelah itu team tersebut memberi kabar kepada Saya film dokumenter sudah ditahap kurang lebih 70% di saat itu mereka terlihat kurang terbuka kepada Kami mengenai film tersebut, disuatu hari waktu mereka ke rumah masih dalam proses pengerjaan film tersebut tiba-tiba salah seorang dari mereka mendapat telepon entah dari siap mereka memenangi festival film dokumenter kebetulan ia juara 1, tanpa mereka sadari mereka spontan saat mendengar kabar itu histeris mengungkapkan kegembiraannya didepan Kami berdua, Sayapun dan Encam langsung bertanya.

" Menang apa Lo sampe seneng banget?”

"Ia Kang, Kami menang festival film dokumenter tentang pengalaman akang dan teman - teman malah film Kami juara 1 Kang!"

Saya saat mendengar itu sudah mulai tidak mengerti apa maksudnya dari team tersebut, awal Kami mau membantu atau bekerja sama dengan mereka karena mereka memohon pembuatan film dokumenter pengalaman Kami untuk tugas akhir, namun kenyataanya mereka tidak sesuai dengan apa yang ia katakan sebelumnya, saat ia mengikutkan festival film dokumenter pengalaman Kami, ia tidak pernah membicarakan sedikitpun kepada Kami, bahkan beliau sudah mendapatkan produser untuk film dokumenter Kami, jangankan membicarakan tentang materi, Kami berempat sedikitpun tidak mengharapkan apapun dari mereka bahkan saat Kami semua diwawancarai untuk menceritakan pengalaman Kami Masing-masing, saat itu rumah Peking yang paling jauh dari rumah Saya dia rela dari Karawang ke rumah Saya untuk membantu team tersebut pada saat itu, ia berangkat malam agar bisa melakukan wawancara yang sudah ditentukan besok pagi sampai ia membawa anaknya yang masih kecil dan istrinya menggunakan motor. Ia sangat ikhlas tak mengharap imbalan apapun karena itu semua bertujuan hanya untuk bisa membantu orang yang membutuhkannya dia sangat senang dirinya apabila bisa membantu seseorang atau Kami bisa bermanfaat untuk orang lain, namun apa yang terjadi team tersebut saat Saya meminta hasil film dokumenter yang mereka buat malah Saya ditanya balik oleh salah satu team mereka ia bilang,

"Memang Mas Utis mau jual kemana filmnya?”

Saat mendengar hal itu Saya spontan emosi ternyata seperti itukah mereka, sebenarnya Kami berempat memiliki hak untuk mengetahui hasil film tersebut namun kenyataanya malah mereka bersikap seperti itu kepada Kami.

Kami tidak pernah diberitahu film tersebut bahkan salah satu dari mereka memaksa Kami berempat untuk menandatangani tanda tangan sebuah surat terkait film dokumenter itu, Sayapun langsung menolak Saya tidak akan pernah menandatangani film tersebut dan ke tiga teman Sayapun sama, mereka tidak ingin menandatanganinya, bahkan team tersebut berusaha menghubungi satu persatu dari Kami namun tetap saja Kami tidak ada yang mau untuk melakukan itu.

Akhirnya salah satu dari team mereka mengirimkan film dokumenternya namun tidak sesuai dengan apa yang ada bisa dikatakan mereka ingin membodohi Kami ia mengaku itu hasil filmnya yang mereka buat, dan mengirimkan trailernya sudah sangat berbeda kualitasnya sampai hari ini, Kami tidak mengetahui karya mereka yang sudah menjuarai salah satu festival film dokumenter, saat trailer di berikan kepada Saya, salah seorang dari mereka menghubungi Saya ia bilang apabila Saya ingin meng-upload trailer tersebut minimal harus menunggu satu tahun dari sekarang.

Dari situlah Kami dan mereka tidak ada kabar lagi bahkan nomor telepon dan akun Facebook mereka dan emailnya sudah tak aktif lagi saat Saya coba cek, itulah salah satu pengalaman Kami bertemu dengan team pertama pembuatan film dokumenter, setelah itu ada lagi salah satu team stasiun TV swasta yang menemui Saya beliaupun sama ingin membuat film dokumenter pengalam Kami untuk salah satu acara baru di stasiun TV nya yang mengangkat genre horor ia meminta izin agar Saya mau diwawancarai namun Saya jawab Saya tidak bisa memutuskan sendiri untuk hal itu dengan kata lain Saya menolak karena ketidak jelasan mereka, lalu ternyata stasiun TV tersebut menayangkan film dengan benang merah bercerita pengalaman Kami namun pemerannya atau tokohnya diubah menjadi ada satu wanitanya, entah apa yang ada di kepala mereka.

Dan yang terbaru beberapa bulan yang lalu Saya kedatangan lagi seorang jurnalis dari salah satu stasiun TV swasta yang ingin mengundang Saya ke studionya untuk mengangkat pengalaman Kami di acara barunya bergenre horor dengan versi podcast. Kami bertemu dengannya jurnalis tersebut sekitar jam 11 malam ia sampai di rumah Saya saat itu Kami membicarakan hal yang direncanakan untuk pembuatan podcas terkait dengan pengalaman tersesat Kami. Saat itu Kami berempat Saya, Encam, salah satu teman SD Saya, dan jurnalis tersebut. Seperti biasa Kami semua langsung merasa akrab begitu saja, obrolanpun mulai seru karena ada kesamaan cara berpikir Kami atau memiliki cara pandang yang sama dengan Kami hingga tak sadar adzan subuh pun berkumandang lalu kita bubar, berapa hari kemudian karena jurnalis itu tidak ada kabar lagi Saya coba mengabarinya ternyata beliau setelah pulang dari rumah Saya pada hari itu ia langsung masuk IGD.

Katanya setelah pulang dari rumah Saya setelah Kami membicarakan podcast yang ingin ia buat terkait pengalaman Kami badan ia terasa lemas hingga ia harus ke IGD, setelah beberapa hari kemudian Sayapun menanyakan keadaan dia ia menjawab sudah sehat dan sudah kembali lagi beraktifitas namun entah ada apa yang awalnya ia sangat ingin mengangkat pengalaman Kami seakan-akan seperti tidak pernah ada rencana untuk pembuatan podcas yang mengangkat pengalaman Kami itu, sampai hari ini ia tidak sama sekali memberi kabar. Semoga untuk semua yang pernah ingin mengangkat pengalaman Kami selama tersesat 3 hari di Gunung Ciremai, apapun niat dan maksudnya semoga mereka semua selalu sehat dan dilindungi Allah SWT,

Sebuah pepatah mungkin rambut kita sama hitam namun dalam hati seseorang tak pernah dapat kita ketahui, Wassalam.

 

 

 

Next Post
271 Comments
  • Utis Sutrisna
    Utis Sutrisna January 31, 2012 at 4:56 PM

    yo......!

    • tryhandoco
      tryhandoco December 17, 2014 at 6:15 AM

      Merinding sy bang bacanya.. Tapi bener lo, dati awal sampe akhir kagak bisa berenti.. :D

    • Unknown
      Unknown March 31, 2016 at 10:32 PM

      Seru bang utis cerita nya. Tapi serem bgt dah sampe merinding mana pas mlm jum'at baca nya 😂

  • Unknown
    Unknown February 24, 2012 at 7:23 PM

    siip aa... terus lanjutkan..

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna February 28, 2012 at 11:29 PM

      ia tanks ya........!!

    • Unknown
      Unknown February 5, 2016 at 11:25 PM

      Cerita yg sgt seram n ambil pengalaman nya

  • Unknown
    Unknown October 2, 2012 at 11:24 PM

    Salam dari Msia...saya amat tertarik dengan cerita kamu...best!saya juga punya minat yg sama seperti kamu..congratz! Jika ada lg cerita mengenai panjat gunung,cerita lg ya...

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna April 25, 2013 at 11:49 AM

      Oke Tanks , sip semoga niat nya cepat di jalani amin...! Slm kenal juga

  • Unknown
    Unknown December 16, 2012 at 7:33 AM

    Ciremai memang penuh dengan misteri alamnya yang asri..awalnya saya tidak tertarik untuk membaca tulisan mas Utis, tapi stelah membaca sedikit saya menjadi tertarik untuk membacanya sampai habis..kisah yang mungkin terlihat seperti skenario pembuatan cerita, sungguh saya merinding membacanya.Saran mas Utis, mungkin tulisan anda ini bisa dirapikan kembali dan dibukukan dengan apik, selain untuk arsip sendiri, juga bisa untuk d share ke semua orang yang tertarik, karna di dalamnya menceritakan pengalaman yang bisa jadi pembelajaran bagi orang2.

  • Utis Sutrisna
    Utis Sutrisna April 25, 2013 at 11:46 AM

    Tanks ya gan ,sudah mau baca & saran nya.. Salam Stabil sllu!!

  • kahya blog
    kahya blog May 5, 2013 at 10:39 PM

    wah gila ceritanya seru hahahha
    ane ampe merinding bacanya haha
    overall keren
    cuman misterinya aja belum terpecahkan knpa kalian ampe tersesat 3 hari ahahhaa

    tulisannya bagus

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna May 10, 2013 at 11:07 AM

      Tanks Ya gan berbagi juga ya penglaman nya , slm kenal.

  • Utis Sutrisna
    Utis Sutrisna May 10, 2013 at 11:06 AM

    Tanks ya agan2 yang udah mw sempetin wkt buat ngebaca coretan - coretan pengalaman saya melalui hidup ini , Tanks & slm Stabil sllu.

  • Unknown
    Unknown May 16, 2013 at 10:39 AM

    hi Othies, nice story :)

    Ceremai memang aneh thies, jngankan gunungnya, di Kuningan nya sndiri pun msh bnyk hal2 yg berbau "aneh" >.<

    trs Naning nya gmna skr?
    udh bnr2 sht atau msh ada hal aneh didirinya?

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna May 20, 2013 at 11:58 AM

      Salam kenal Anggini , tanks sebelumnya udah sempetin baca ya !
      Sekarang alhamdullilah naning sudah sehat kembali.

      oh ia maaf anggini asli orang kuningan ya?

  • ep1cflyer
    ep1cflyer June 11, 2013 at 7:20 PM

    WOW..........o.o
    ikutan share ya gan.
    sy jg hampir tersesat di jalur yang sama hanya saja sy berangkat dari jalur sebaliknya.
    sy mendaki hanya ber 2 dengan karib sy yng bernama wanto, rencana awalnya sih ber 3 tapi 1 orang batal berangkat di menit2 terakhir. sy naik dari jalur linggarjati dan rencananya turun dari palutungan, awalnya perjalanan lancar2 saja sampai ketika sy sampai di puncak ciremai wkt itu sktr jam3 sore, tiba2 lutut sy terasa sakit sekali. untuk bergerak sedikit saja rasanya susah. seperti engsel pintu yang sdh berkarat tanpa pelumas samasekali, mungkin karena terlalu diporsir dan dipaksakan waktu perjalanan naik. mual rasanya membayangkan harus bejalan turun dengan rasa sakit seperti itu.
    ahkirnya kami memutuskan untuk mengistirahatkan kaki saya sejenak lalu memaksakan diri untuk turun lewat palutungan dengan pertimbangan jalur palutungan lebih landai dan bersahabat dengan kondisi kaki saya. sekitar jam4 sore kami memutuskan memulai perjalanan turun dan rencananya mem…

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna June 12, 2013 at 3:23 PM

      Monggo gan , Ini mungkin salah satu tempat silaturahmi gan jadi silahkan aja bagi agan - agan yang lain yang ingin share Semoga bermanfaat bagi agan2 yang sama Hobinya , salam kenal & Stabil sll.

  • ep1cflyer
    ep1cflyer June 11, 2013 at 7:22 PM

    sampai di pengasinan nuansa mulai berubah mencekam bulu kuduk sy selalu berdiri tp sy berusaha mengabaikannya, ditambah lagi kondisi medan yang sangat curam kontan sy tidak lagi bisa berdiri untuk berjalan turun krn kedua lutut sudah sulit untuk ditekuk. ingin rasanya untuk membuka tenda dan beristirahat di pengasinan tapi entah kenapa perasaan sy tidak enak di tempat tsb dan naluri saya mengatakan untuk berusaha sejauh2 nya dari tempat itu baru buka tenda (parno kali yah). sy berdiskusi dengan wanto tp dia bilang melihat keadaan sy yang cidera sebaiknya kami buka tenda, tp sy lihat ada yang lain pada wajahnya. lalu sy tanya kenapa, apa kamu ngerasa ngga enak disini? wanto sedikit terkejut krn sy bisa membaca apa yang dia rasakan, lalu sy bilang sy jg merasa sama, akhirnya kami memutuskan untuk memaksakan diri untuk turun ke sangga buana2, seumur hidup sy tidak akan pernah lupa bahwa sy pernah "ngesot" secara harfiah selama ber jam2 dari pengasinan sampai sangga buana 2.
    teng…

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna June 12, 2013 at 3:25 PM

      Sukses ya gan ,di tunggu ceritanya?

  • Unknown
    Unknown July 30, 2013 at 8:44 PM

    Saya juga sama, mendaki dari Palutungan, turun ke Linggarjati.

    Pendakian kami non-stop 24 jam lebih, karena rombongan dibagi dua dan saya termasuk rombongan belakang yang membawa orang sakit (ber-4 saja), sialnya logistik tertinggal di rombongan depan. Sehingga kami kekurangan logistik, walhasil kami setiap bertemu pendaki lain meminta makanan dan minuman, bahkan menumpang api unggun. Karen tenda dll, dibawa rombongan didepan untuk persiapan awal, nyatanya kami tertinggal jauh karena teman yang sakit (2 orang) tidak sanggup berjalan cepat. Sampai puncak setelah terbit matahari, kami bertemu rombongan lain. Kami tidak camp di goa Walet, karena dingin sekali, rombongan memasang tenda di samping jalur pendakian, sekedar berteduh saja. Memang sedikit memutar ke sebelah kanan puncak untuk turun ke arah Linggarjati.

    Saat turun juga kami sempat bingung, jalannya semacam tertutup. Tapi teman masih ada yang hapal dan 'nekat' mengikuti intuisinya, kalau tidak salah karena itu malam hari …

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna August 21, 2013 at 4:17 PM

      Tanks Bang Ahmad atas saran dan petuahnya bagi kami pendaki pemula, Salam stabil sllu dari kami!

  • Ahsan
    Ahsan August 19, 2013 at 11:57 PM

    kalo dibikin film kayaknya bagus nih. hehe

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna August 21, 2013 at 4:18 PM

      Amin Pinginnya sih he....! Tanks Ya dah Mau sempetin baca!

  • Unknown
    Unknown August 20, 2013 at 9:55 AM

    emang gunung ciremai menyimpan sejuta misteri, saya sendiri baru tahu setelah pulang dari pendakian gunung ciremai kemarin. Pendakian ini serba mendadak, sekitar jam 5 jumat sore saya mendapat telfon dari teman pendakian puncak pangrango. Dia mengajak untuk mendaki gunung Ciremai besok pagi, pas 17 Agustus. awalnya saya menolak, tapi setelah di rayu - rayu akhirnya saya berangkat dengan catatan saya hanya membawa baju ganti dari Cikarang. dan untuk tenda, matras dan SB teman saya yang persiapkan. Maklum anak kost, gear nya pada berpencar untuk ngurangin space di kamar :).
    Jujur aja, saya sendiri masih awam dengan jalur pendakian gunung Ciremai begitupun dengan teman saya. Tidak ada kekhawatiran selama pendakian, kami semua bertujuh 2 cewek dan sisanya cowok dan membawa 2 tenda. Pendakian dimulai start dari base camp Linggarjati jam 7 pagi, dan sampai di pos bayangan sebelum pos Batu Lingga jam 8 malam. Selama pendakian ini tidak ada yang janggal hingga tiba kami muncak pagi harinya den…

  • Unknown
    Unknown August 20, 2013 at 9:58 AM

    Setelah itu tiba kami di pos Pangalap. Lalu lanjut lagi ke pos kuburan Kuda. perasaan saya biasa saja waktu tidak ada yang dikhawatirkan karena saya pun selalu berpikiran positif dengan niat yang baik pula, hingga tiba kami di jalur yang terjal dengan menuruni akar- akar pohon. Ditengah jalur tersebut tiba-tiba teman saya berbisik kepada saya "Tri, hati-hati jangan sampai kosong pikirannya dibelakang lo banyak !!!" spontan saya langsung menjawab "iye-iye santai aja" tapi di dalem hati sya berkata "nah lohhh??" tadinya persaan biasa-biasa aja mulai jadi agak tegang. sempat kesal juga sieh dengan teman saya itu, kenapa harus berkata seperti itu ditempat yang gak seharusnya. Seharusnya bagi mereka yang bisa merasakan bisa bijak menggunakan kelebihannya itu supaya tidak menimbulkan pkiran negatif dan kepanikan di dalam team. Apalgi teman saya itu mulai terlihat mimik muka yang Gugup dan Panik hingga dia berkali-kali menyerukan "ayo donkk jalannya di per…

  • Unknown
    Unknown August 20, 2013 at 10:01 AM

    tapi pada intinya ada dan tidak ada, percaya dan tidak percaya dengan makhluk dari dunia selain dunia kita intinya terletak dari diri kita sendiri. tergantung dari kita menyikapinya, bila kita berngkat dengan niat yang dan tentunya diiringi dengan perbuatan yang baik pula insyaallah semua akan baik-baik saja.Tidak akan ada asap jika tidak ada api, jadi coba lah hargai alam. Kita mendaki hanya untuk menikmati pesona puncak dari masing-masing gunung, dan mendapat pelajran yang bisa kita ambil dari perjalanan menuju puncak nya. Saya pernah membaca moto seperti ini "Jangan ambil apa pun selain gambar, jangan tinggalkan apa pun selain jejak, dan jangan bunuh apapun selain waktu". sekira nya moto itu cocok bagi yang mempunyai hobi di alam luar seperti saya ini. Tapi sekali lagi kejadian yang diatas semat-mata hanya pengalaman saya saja selama mendaki gunung Ciremai, dan untuk kejadian-kejadian yang janggal seperti apa yang sudah alami hanya merupakan bumbu-bumbu penyedap dalam set…

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna August 21, 2013 at 4:25 PM

      Tanks Ya bang tri udah sempetin baca & share Pengalamannya juga , Salam Kenal & Stabil sll dari kami !

    • Unknown
      Unknown March 31, 2016 at 10:57 PM

      Seru bang utis cerita nya sampe merinding 😂

  • Unknown
    Unknown August 29, 2013 at 10:40 PM

    aku baca ceritamu dari awal sampe akhir, serasa ikut mendaki gunung ciremai :) banyak sekali misteri gunung ciremai, cerita anda mewakilinya. Dijadiin novel bagus nih hehe. Bener2 nice story, trimakasih udh mau ngeshare ^_^ salam lestari !!!

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna September 10, 2013 at 9:09 AM

      Tanks Ya Letari (jaya Jiyi ) , udah mau baca & tanks juga buat pendapat nya !! Salam Stabil slL.

  • Unknown
    Unknown March 28, 2014 at 6:25 PM

    Keren banget salut sumpah deh sama petualangannya di gunung ciremai. Suatu anugerah masih diberi hidup sama allah. Lain kali kalau ke gunung ciremai tanya dulu apa pantangan ke juru kuncinya ya.

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna October 16, 2014 at 3:25 PM

      siap Mba Maharani !

  • Unknown
    Unknown March 28, 2014 at 6:29 PM

    Biar tidak terjadi apa-apa sama kita. Pas kalian berdarah-darah gitu aku ngerasain banget gimana penderitaannya kalian selama tersesat disana. Percaya ga percaya bisa selamat.

  • my blog bae
    my blog bae May 15, 2014 at 12:48 AM

    Keren mas, pngalamannya. sy sendiri orang kuningan asli. Dan tinggal di kuningan. saya baru sekitar 8 kali "muncak" di sana dan hanya sekali pernah tidak tersesat. itu hanya pada pendakian pertama kali. aneh ya. haha...

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna October 16, 2014 at 3:24 PM

      tanks Gan , Wah bener - bener unik ya gan , Share dong gan pengalamanya pasti lebih keren .

  • Yahdi
    Yahdi May 30, 2014 at 2:48 PM

    1987, saya kelas 2 SMA, saya naik gunung ciremai bersama2 teman2 PA SMA 4 cirebon. Pendakian yg melelahkan, melalui jalur Linggajati. Tidak ada hal2 aneh yg ditemui, kecuali burung coklat penunjuk jalan di Pengasinan. Barulah setelahnya, dan sampai saat ini, saya sering mendengar hal2 misterius di ciremai. Sebelumnya pada tahun 80-an, pernah juga 2 pendaki wanita dari jakarta hilang 10 hari di ciremai, dan ditemukan selamat. Mereka bisa selamat karena telah diajari survival di alam bebas, krn mereka adalah pencinta alam dari kampus. Selamat buat mas Oethis dkk krn dapat bertahan setelah tersesat di ciremai. Mudah2an banyak jikmah yg didapat dari peristiwa ini.

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna October 16, 2014 at 3:22 PM

      Tanks Om M.Yahdi .
      Share juga pengalamanya ya Om ?...

      Salam Stabil sllu !!!

  • Unknown
    Unknown October 28, 2014 at 8:13 PM

    mungkin karena naning meninggalkan celana levisnya disana makanya berdampak begitu setelah pulang...
    sekian, salam stabil!! (ngemeng2 maksudnya salam stabil itu apa ya om?)

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna November 3, 2014 at 11:46 AM

      Om lonty tanks udah sempetin waktunya ,
      Buat saya pribadi om saya harus sllu stabil Horizontal dan Vertikal untuk menjalani kehidupan Amin...! heheh..... Salam kenal deh ya om !!

  • Unknown
    Unknown October 29, 2014 at 2:35 PM

    Kereen banget experience nyahh.
    Gmna klo pada kumpul lagi ya. Trs di bahas

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna October 9, 2015 at 5:41 PM

      Gan Alhamdulillah sekarang kami sudah bisa berkumpul lagi minggu kemarin hanya peking yang belum bisa kumpul, betul gan saat kumpul ternyata masih ada hal yg belum saya ceritakan di atas karena apa yg saya tuliskan garis besarnya saja.

    • Asep
      Asep November 25, 2015 at 8:58 PM

      coba ceritakan lagi donk gan, apa yang belum diceritakan di atas.. seru ceritanya gan, horor, haru, plus penuh inspirasi.. ceritain ya gan

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna November 25, 2015 at 9:17 PM

      Kang asep doain ya kang sekarang team sedang proses pembuatan documenternya insaallah klo jdi lbih detail lg penjelasan dri kami ber4, klo sudah jdi insaallah saya kabari dan linknya sya share, nuhun pisannya kang tos nyempetkeun ngabaca?

    • Unknown
      Unknown June 17, 2016 at 11:34 PM

      Aku ajuin ke sutradara barangkali bisa di jadikan sebuah cerita filem layar lebar

  • Unknown
    Unknown October 31, 2014 at 4:04 PM

    nenek nenek itu Nini Pelet

  • sanchan
    sanchan November 10, 2014 at 9:53 AM

    Kak, boleh ya saya taruh ceritanya ke blog saya dan ditulis ulang ke dalam bahasa inggris? Nanti sumber tulisannya saya sertakan juga di blog saya. Bagus banget soalnyaa :D

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna November 25, 2014 at 5:04 PM

      Silahkan saja selama tujuannya positif kenapa ga , kan tujuan saya untuk berbagi !

  • Unknown
    Unknown November 19, 2014 at 3:30 AM

    Keren sumpah pengalamannya Kang, bikin merinding bacanya (bkan karena yg gaibnya Kang, tapi perjuangan Kang Entis Dkk berusaha pantang menyerah, semoga Kang Entis dan teman2nya selalau dalam lindungan Alloh SWT

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna November 13, 2015 at 7:49 AM

      Amin. . . !

  • Utis Sutrisna
    Utis Sutrisna November 25, 2014 at 5:07 PM

    Amin nuhun tapi punten bukan Entis nami abdi Oethis !!

    • Unknown
      Unknown December 2, 2014 at 4:43 PM

      Hahahah...Punten Kang, Semangat teuing....

  • Doal 88 Riot
    Doal 88 Riot November 28, 2014 at 2:31 PM

    SUBHANALLAH, pengalaman yg sngat menarik.
    terimakasih bung otis akan kisahnya.

  • Unknown
    Unknown December 1, 2014 at 8:35 PM

    Trimakasih pengalamannya yg tak terlupakan kang otis,seakan sy berada di sana dan merasakan penderitaan yg kalian alami

  • marlita
    marlita December 13, 2014 at 9:04 PM

    salam kenal akang oethis! saya mau mendaki ke ciremai besok untuk yg kedua kali makanya baca2 misteri ciremai. btw cerita akang ini bagus sekali! gmn keadaan akang naning? misteri akang naning kyk nya blm terpecahkan ya knp akang naning bisa seperti itu... btw #salamlestari kang:)

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna December 17, 2014 at 5:22 PM

      sami salam kenal juga teh ! Sukses ya pendakiannya hati - hati lagi musim penghujan , Untuk Nanig alhamdulillah sudah sembuh teh dan sudah bisa beraktifitas lagi.
      Nuhun nya teh tos nyempetkeun waktuna .

  • Unknown
    Unknown December 16, 2014 at 1:18 AM

    Semoga bisa dijadikan pembelajaran buat kita semua...nice story gan...greget

  • Sugar Molly
    Sugar Molly December 30, 2014 at 11:02 PM

    Salam kenal bang Oethis. Ceritanya beneran mengharukan, menegangkan dan menginspirasi. Salut dgn perjuangan dan sikap positif nya. Berharap cerita ini bisa dibukukan atau bahkan difilmkan. Semoga kang oethis, keluarga dan teman2 slalu dilindungi Allah SWT. Amin..

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna October 9, 2015 at 5:56 PM

      Amin,terima kasih ya mba molly.Alhamdulillah saat ini ada satu team yang tertarik dengan pengalaman kami mereka ingin membutkan film documenter untuk tugasnya semoga pengalaman kami bisa bermanfaat untuk orang banyak,dan team meraka berencana di bulan November akan ke lokasi langsung di gunung Ciremai, Mohon doanya ya mba agar semua proses dapat berjalan lancar dan tidak ada halangan.Semoga tujuan kami tersampaikan karena pengalaman kami bukan sebuah kebanggaan akan tetapi semoga apa yang pernah kami lewati menjadi sebuah pelajaran terutama bagi kami sendiri dan orang yang mw menyimaknya.

  • Unknown
    Unknown December 31, 2014 at 7:00 PM

    Sebuah Cerita yang keren yang pernah saya baca di tahun 2014 tentang "makna kawan" :D
    trimakasih atas ceritanya Oethis :D
    Salam lestari!

  • Unknown
    Unknown January 1, 2015 at 1:23 PM

    gan oethis, saya izin sedot and share yak. Dengan tujuan mengangkat cerita ini agar kelak beguna dan bermanfaat. terimakasi sebelumnya gan

  • Unknown
    Unknown January 4, 2015 at 7:38 PM

    Kereeennn kangg..alhamdulillah msh dksh slmt o/ Allah SWT...sama2 org bks 'n pemula jg..sangat s7 kl bs d film kan

  • Unknown
    Unknown January 7, 2015 at 9:38 AM

    Alhamdullilah udah bisa hidup normal....dulu waktu saya msh sekolah di slta juga pernah ada orang yang habis pulang Dari mendaki gunung ceremai beberapa hari kemudian .tuh orang suka ngomong sendiri seperti sedang berbicara dgn beberapa orang...kadang ketawa2sendiri...kadang menangis....seperti ada yg ngikutin.

  • Unknown
    Unknown January 9, 2015 at 1:34 AM

    Salut banget bang , sama pengalaman nye . Semoga ada hikmah nye di balik cerita itu

  • Unknown
    Unknown February 2, 2015 at 8:03 PM

    ceritanya bagus mas, pengalaman luar biasa !!!
    sya sendiri yang membacanya sampe sedih, menyentuh banget, dari waktu asar - isya baru selesai bacanya. bagus banget
    alhamdulillah semuanya bisa kembali normal :)

    sya yg asli dari kota cirebon, blm pernah mendaki gunung ciremai mas
    padahal deket loh,
    Semoga pengalaman ini bisa jadi pelajaran buat kita semuanya :D

  • Figi
    Figi February 14, 2015 at 2:40 PM

    Mantaaap... tidur di dalem goa walet? Ane sih terlalu pengecut buat ngelakuin nya. Sepenuh2 nya twmpat di pos goa walet pasti milih tmpat lain dr pada ngecamp di dalem goa :p ga kebayang pokok nya. Kalau sekarang2 sekitaran goa walet udah bnyak kok edelweis nya. Malahan kata tmen tahun baru kemarin sebagian ladang edelweis kebakar. Punya niat naik ciremai lagi ngga kang? Rasa2 ane jg tau aliran air yang di lalui nya deh :D

  • Unknown
    Unknown February 18, 2015 at 3:10 PM

    subhanallah,,keren banget pengalamannya kang,,

    aku pengen banget ke gunung ciremai, tapi ko jadi takut ya,,
    tapi sumpah pengen banget nikmatin keindahan alamnya..

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna November 13, 2015 at 7:55 AM

      Makasih ya teh wulan,knp teh ko jadi takut insaallah klo kita ingin menikmati sebagian kecil dri ciptaanya semoga kita semakin mengetahui kebesaranya teh, semoga te2h terrealisasi untuk kesana.

  • Fadil
    Fadil April 4, 2015 at 2:02 AM

    Good story gan..
    Smpe merinding denger ceritanya.

  • Fadil
    Fadil April 4, 2015 at 2:04 AM

    This comment has been removed by a blog administrator.

  • Unknown
    Unknown April 9, 2015 at 12:01 PM

    Keren gan... Merinding gw bacanya selaku warga kuningan...

  • dee
    dee April 9, 2015 at 3:37 PM

    Salut bang dan kawan-kawan, saya jg dari Bekasi. bulan oktober lalu sempet saya mnghabiskan waktu sndirian di kaki Ciremai, tepatnya di pos Cibunar. Saya jauh-jauh dari Bekasi, demi mencari ketenangan saya niatnya mau sndiri muncak. Tapi karena peralatan summit dan hiking saya terbatas, saya "ngebolang" apaadanya.
    Dari Bekasi ke Cirebon, trus ke kuningan,ke Pos Linggarjati (karena saya memang tidak akan muncak jadi saya tidak laporan) saya hanya membeli minum, stelah dari pos Linggarjati lanjut perjalanan k Pos 2 (Cibunar), tapi dari beberapa meter Pos Linggarjati dtengah jalan saya di hadang ular kebon cukup besar (tadinya udah ciut nyali saya) *saya hanya berdiam mematung, gak lama ular itu pergi.
    Hari itu jam 11 siang, lagi panas-panasnya jadi lumayan berkeringat dan buat dehidrasi. Melewati tanjakan penyesalan *sumpah ini kemiringan hampir 70drajat, dan melewati kebon ladang pisang dan singkong, walaupun itu siang bolong dan panas terik, tapi aura mistis kaki ciremai sudah…

  • Unknown
    Unknown April 9, 2015 at 5:26 PM

    salut bang utis,,,
    sayah sampe merinding baca ceritanya bang utis
    bulu sayah ampe pada bangun,,,
    itu nenek2 ngapah jahat emen seh ya sama bang utis dkk.
    saya jadi ora berani ke sonoh bang utis
    salam kenal bang utis dari saya bocah tambun juga
    tepatnya cibuntu setu .

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna May 15, 2015 at 3:46 PM

      Tanks Bang Dicky dah mau luwangin waktunya buat baca , salam kenal juga ya bang salam buat anak2 (PA) Tambun Salam stabil selalu !!

  • mugi
    mugi April 17, 2015 at 3:42 PM

    gokil keren abis..
    abis baca kira2 dari 50% sampai selesai bikin mata berlinang2 , gakuat ngebayangin solidnya tim kalian..
    sukses buat mang utis dkk

  • andhika sunjoyo putro
    andhika sunjoyo putro April 30, 2015 at 11:42 PM

    gokil, keren ceritanya... merinding bang gua bacanya apa lg pas naning liat nenek,
    gua jg baru turun dari ciremei lewat palutungan, alhamdulillah selamat smpe turun walaupun ada beberapa kejadian mistis disana, tp Allah masih menjaga,

  • Unknown
    Unknown May 5, 2015 at 4:46 PM

    Mantap ceritanya

  • Unknown
    Unknown May 12, 2015 at 2:28 PM

    E ya Alloh, ini kisah nyata?
    Serem gilaa... di kantor jadi mringis-mringis sendiri karna ngeri.
    dan Besok saya mau ke sana.... Maksud hati cari artikel buat info transportasi ke Ciremai jalur Palutungan, eh malah nyangkut ke sini.
    Do'akan saya ya teman-teman. T__T

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna May 15, 2015 at 3:54 PM

      Ia ini semua yang kami alami dan Alhamdulillah kami sudah menemukan beberapa foto - foto kami selama pendakian dan bukti lainya , insyaallah akan saya Upload dalam waktu dekat ini , tanks sudah mau luangkan waktunya dan kami selalu mendoakan pendakianya lancar dan sukses selalau. hati - hati ya teh cuaca sekarang - sekarang ini susah di perkirakan !!!

  • Unknown
    Unknown May 17, 2015 at 12:53 AM

    Pengalaman yg seru,sumpah q smpai takut dan sampai nangis baca kisah agan,karena q jg pernah ngalaminya,q asli dari indrmayu jawa barat.....salam kenal gan

  • GMT TRANS WISATA
    GMT TRANS WISATA June 9, 2015 at 5:26 AM

    Wah keren bgt gan utis.. Mengingatkan saya saat tersesat juga di jalur yang sama kira2 tahun 2005 an. Saya nganter temen dari Sumatera, cuma saat itu kami tersesat saat naik. Ternyatra jalur yang kami ambil adalah jalur petani mencari kayubakar mungkin karena lama-lama jalan semakin kabur, namun kami memaksakan. Akhirnya keburu malam, dan kami sudah jauh nyasar. Temen saya yang dari sumatra Jepri namanya, saat itu sedikit panik, dia maksa ingin terus keatas, tapi setelah saya nasehatin keatas itu masih 8-10 jam perjalanan kalo maksa nembus tanpa jalan malah akan makin tersesat. Saya sarankan untuk turun lagi kebawah sekalipun nembus semak-semak belukar dan pohon besar, karena logikanya kalo turun pasti ada pemukiman warga, dari situ kita kembali ke jalur yang benar. Dan Alhamdulillah paginya setelah turun lagi kami menemukan ladang-ladang petani dan ada sempat bertemu petani, kami nyerita kalo kami nyasar, akhirnya oleh petani ditunjukan jalur yang benar. Pada saat itu persedian air t…

  • GMT TRANS WISATA
    GMT TRANS WISATA June 9, 2015 at 5:46 AM

    Oh ya gan.. Just for laugh
    https://www.youtube.com/watch?v=yn_ABu8dIl8

    setidaknya bisa menghilangkan sedikit mindset negatif tentang Ciremai. hehe.. Itu yang bulan Agustus kemarin. hehehe

  • Unknown
    Unknown June 11, 2015 at 7:02 AM

    Keren pengalaman nya kang,jadi inget saya 2 kali naik ke ceremai waktu sma, dua dua nya tgl 16 agustus,pengalaman pertama begitu penuh dengan aura mistis kita naik dari maja atau palutungan saya lupa di bawah pas waktu kita isi air minum masing2 jerigen 5 ltr kita di ketawain sama salah satu pendaki yg lain,kita naik berlima,saat perjalanan naik salah satu temen ngomong ini naik gunung kayak mau ke pasar,memang kondisi waktu itu banyak pendaki yang ngejar 17 san di puncak,udah gitu temen saya itu ngomong lagi ini gunung kok gak ada binatang nya,tiba2 ada burung coklat itu kang persis seperti yg akang bilang burung itu jalan di depan kita,kita sampai puncak sekitar azhar istirahat sebentar lalu turun,nah pas turun ini kita ketemu sama pendaki yg ngetawain kita di bawah dia kepayahan,dia mau beli air minum kita 20 ribu / 600 ml (waktu itu belum moneter),temen saya bilang 1 juta juga gak akan saya jual,hari mulai malam saya baru sadar ternyata tidak ada rombongan pendaki lain yg turun,k…

    • Isma
      Isma November 4, 2015 at 12:26 PM

      trus endingnya gimana?

  • Unknown
    Unknown June 30, 2015 at 4:47 AM

    Bang, mau nanya,, saat pendakian abang ama temen" sholat kaga??
    Saran saya bang, sebaiknya bang Utis ama temen" sering"lah mengaji, baca Al Qur'an, ama sholat biar tmbah keimanan jg dpt perlindungan dri Allah

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna September 18, 2015 at 9:17 AM

      Insaallah Kami semua menjadi hamba yang selalu mendirikan Sholat ,
      terima kasih sudah mengingatkan ya bang. Salam stabil selalu dari kami !!

  • dw
    dw July 8, 2015 at 1:59 AM

    Asellee..sya salut banget buat tim kalian solid..pengalaman yg seru haru dan sedih...salam stabil

  • Andreasargatya
    Andreasargatya July 24, 2015 at 3:44 PM

    Pengalaman yang sangat luar biasa bang Oethis

  • Unknown
    Unknown August 8, 2015 at 4:29 AM

    Bang otis luar biasa beruntung .. Gu kesana sekitar akhir juli 2014 berangkat Linggajati turun palutungan dan saat turun digeber trs tanpa ngecamp dan gue rasa dibawa setan keder berasa gu ngelewatin jln itu berkali-kali , untung bg Firman ttep yakin itu jalur yg bener dan disana pun hp gue ilang beserta foto didalemnya !

  • Unknown
    Unknown August 14, 2015 at 11:16 AM

    luar biasa bang... pengalamannya... tapi itulah Gunung Ciremai dengan segala misterinya.. sy juga ada pengalaman pernah tersesat waktu naik lewat jalur cibunar sekitar tahun 1997.. ini fakta yang ada di gn. Ciremai.. https://www.youtube.com/watch?v=WE0Y6XJT5CU

  • Unknown
    Unknown August 29, 2015 at 11:06 AM

    Nice Story bang.
    Menarik banget ceritanya . niatnya tanggal 11 september 2015 mau kesana nih. Semoga lancar ...

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna September 18, 2015 at 9:08 AM

      Amin , bagaimana ceritanya bang pendakian kemarin ?

  • Unknown
    Unknown September 4, 2015 at 7:08 AM

    bang keren bang cerita pengalaman pribadinyaaaaa!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! ga kebayang kalo saya diposisi kalian bangggg !!!!!

    • Unknown
      Unknown September 4, 2015 at 7:12 AM

      btw bang minta izin share pengalamannya bolehhh gak bang????

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna September 18, 2015 at 9:07 AM

      silahkan bang fajar tujuan nya saya tulis ini kan untuk berbagi penglaman, yang terutama semoga apa yang kita share dapat bermanfaat, silahkan ga usah izin bang untuk hal yang baik heheee !! , salam dari kami semua.

  • Unknown
    Unknown September 28, 2015 at 10:00 PM

    Halo, malam. Boleh minta kontaknya untuk tanya tanya lebih lanjut tentang cerita ini nggak? Sya sepertinya tertarik untuk mebuat dokumenter cerita ini kalau boleh :) kebetulan saya dan tim sedang mencari info seperti ini. Kalau boleh bisa hubungi saya di574557D6. Terimakasih

  • Unknown
    Unknown September 28, 2015 at 10:00 PM

    Halo, malam. Boleh minta kontaknya untuk tanya tanya lebih lanjut tentang cerita ini nggak? Sya sepertinya tertarik untuk mebuat dokumenter cerita ini kalau boleh :) kebetulan saya dan tim sedang mencari info seperti ini. Kalau boleh bisa hubungi saya di574557D6. Terimakasih

  • Unknown
    Unknown October 7, 2015 at 11:24 PM

    Bagus bro sy suka cerita pengalamannya. Sy jg perna naik ke gunung ciremai pertama th 2001 pas 17 agustusan pas itu ramai sekali orang naik ke ciremay, tp alhamdulillah dalam perjalan pendakian tidak ada hambatan( aman ) terakhir km naik ke ciremai th 2005 setelah itu sampai sekarang sy blum perna lg... Hehhe jd ke pingin kesana lh uy...salam rimba

  • Unknown
    Unknown October 13, 2015 at 11:41 PM

    Duh gue mau naik nih gunung jadi serem bang wkwkwkw, baca malem malem denger bunyi sendiri jadi kagetan biasanya engga

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna November 3, 2015 at 9:48 AM

      brother maaf sebelumnya, tujuan kami bukan untuk menakut-nakuti atau membuat emage ciremai menjadi negatif tetapi kami hanya ingin berbagi agar terutama saya peribadi dapat mengambil pelajaran positif dari apa yang pernah kita jalani, Tanks ya udah mampir dan semoga next gusty bisa berbagi pengalamanya saat ke ciremai.

  • misteri gunung ciremai
    misteri gunung ciremai October 16, 2015 at 10:42 PM

    bener skali gan, selain menantang rute pendakian di gunung ciremai memang terkenal dengan misterinya entah itu siluman macan kek kuntilanak kek mayoritas para pendaki ngalamin kejadian yang serupa dengan lainnya. hati2 aja deh kalo naik ciremai dan jgn lupa taati tatib yg berlaku

  • Unknown
    Unknown October 23, 2015 at 5:57 PM

    keren dan menghrukan penuh perjuangan dan doa nti insyaallah ke ciremai kmren baru dri gunung guntur sukses slalu oethis

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna November 3, 2015 at 9:50 AM

      thanks ya bro eqi dah sempetin mampir, kami doakan dan kami tunggu pengealamanya ke ciremai.

  • Anonymous
    Anonymous November 3, 2015 at 12:58 AM

    Kereeennn.. merinding bacanya..

  • Unknown
    Unknown November 3, 2015 at 7:58 PM

    waaaa kereeeennnn cerita nya..... bulan kemarin aku dari kaki gunung ciremai,,, nyampe sana pas bgt adzan magrib,, mana saya bawa anak bayi... pas sampe sana,, ada ibu2 BILANG "ADUUUHH MAGRIB2 BAWA ANAK BAYII KESINIII,,, KALO BISA PULANG LAGI AJAAA..." aku g terlalu dengerin ucapan ibu2 tadi... setelah set jam disana saya lgsg melanjutkan perjalanan pulang.. pas di jalan,, anak akuuu main2 ketawa ketiwii,,, keliatan seneng bgt,, ga lama dari situ anaka ku lgsg nangis sekuat2 nya,,, sampe susah di berentiin, akhirnya kita berniat buat berenti dulu,,, diem duluu,, kali ajaa anak aku takut gelap... akhirnya berenti nangisnya... kita lanjutin perjalanannya,, dijalan nangis lagiiii,, sampe2 suami aku ga konsen nyetir,,, berenti lg deh,, d sebuah alfamart... ga lama kita lanjutin lagii,, setelah sampai di rmh,, aku lgsg ke org bisa buat minta air takutnya kenapa2.. ternyata kata org bisa itu,, ada yg suka sama anak aku,, trus dy ngikutin sampe rumah,, tp alhamdulillah skrg uda bal…

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna November 4, 2015 at 12:05 AM

      Tanks ya mba udah mampir,salam dari kami untuk anaknya dan sekeluarga ya mba semoga sllu sehat, oh ia nama anaknya siap mba?

    • Unknown
      Unknown November 7, 2015 at 5:04 PM

      nma nya queena kk, hehehe

  • iwan s.
    iwan s. November 3, 2015 at 10:17 PM

    Pengalamannya sungguh luar biasa kang, tersesat selama 3 hari dan bisa keluar dengan selamat... serta bisa berbagi pengalaman, seperti kisah2 dalam film tapi dalam bentuk yg nyata,, mudah2an kisah pengalaman bang entis bisa di angkat ke layar lebar amiin ,,, saya tunggu film nya ya bang... salam lestari dari seroja bekasi utara bang..

  • Pecinta Nabi dan ahlulbait serta sahabat
    Pecinta Nabi dan ahlulbait serta sahabat November 3, 2015 at 10:32 PM

    Pengalamannya sungguh luar biasa kang, tersesat selama 3 hari dan bisa keluar dengan selamat... serta bisa berbagi pengalaman, seperti kisah2 dalam film tapi dalam bentuk yg nyata,, mudah2an kisah pengalaman bang entis bisa di angkat ke layar lebar amiin ,,, saya tunggu film nya ya bang... salam lestari dari seroja bekasi utara bang..

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna November 3, 2015 at 11:29 PM

      Amiin, tanks ya bang sebelumnya udah sempetin waktunya untuk mampir , doain ya bang saat ini sudah ada yg minat untuk buat documenter pengalaman kami dan team mereka mempunyai rencana mw ke lokasi di awal bulan ini doain aja ya bang semoga apa yg ingin kami smpaikan dari pengalaman kami bisa tersampaikan dengan baik lwat media apapun mohon doanya ya bang salam dri kami untuk bekasi utara ya bang.
      Salam setabil selalu !!!!

  • Unknown
    Unknown November 3, 2015 at 11:09 PM

    Keren banget ceritanya bang. gue yang baca serasa gue yang pergi mendaki bareng kalian, salut bgt sama ketenangannya.. alhamdulillah bisa pulang yah bang.
    oh iya, bg naning gimana skrg? trus mba mba diatas bis itu gimana kelanjutannya bg?

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna November 3, 2015 at 11:52 PM

      Tanks ya valen sudah sempetin waktunya untuk merasakan pengalaman kami,saat ini naning alhamdulillah dia sehat dan dia cukup semangat untuk membantu team yg sedang membuat documenter pengalaman kami walaupun naning sebenarnya blm ketemu sampai hari ini dgn team tersebut,oh ia untuk mba2 yg berada di bus kami tdk pernah tau lgi setelah kami turun dri bus itu hanya mba2 itu saat kami mw turun dia terus menatap kami,sampai hari ini apabila kami berkumpul ber4 kami jg blm mengerti sebenarnya siapa dan apa maksudnya mba2 itu,
      oh ia tank sebelumnya untuk team yg ingin membuat documenter dgn adanya tugas kalian bulan lalu kami bisa kumpul kembali ber4 dan sampai hari ini kami ber4 jd lebih mudah berkomukasi dan lbih sering bertemu walaupun tidak lengkap tanks dan kami tunggu infonya dan foto2 document pendakian kami yg masih kalian pinjam.

    • Unknown
      Unknown November 4, 2015 at 12:56 AM

      Iya samasama bg. terimakasih juga telah membagi pengalaman berharga kalian kepada kami para pembaca.
      saya setuju jika cerita ini dibuat documenternya. saya pribadi akan mendoakan kesuksesannya..
      salam buat kawan2 yg lain bg, khususnya bang naning..
      Kalau saya smpt berfikir kalau mba mba diatas bis itu yg jadi awal buat penyakit aneh bang naning, semoga saja tidak..
      membaca saja butuh wktu stngh jam, haha
      hingga saat berkomentarpun saya masih agak merinding.. jujur stlh membaca cerita ini sktr jam 1 malam, saya habis itu tidur tidak tenang hehe..
      pokoknya Good job buat kaliang bang..

  • Utis Sutrisna
    Utis Sutrisna November 4, 2015 at 11:46 AM

    Dear All Brother,
    Tadi pagi saya mendapat kabar dari salah satu anggota Team yang akan membuat Documenter pengalaman kami ini, ia mengabarkan bahwa besok malam insaallah teamnya mulai berangkat ke gunung Ciremai untuk mendocumentasikan lokasi-lokasi yang mereka butuhkan untuk pembuatan film documenternya.Mohon doanya All brother agar semua proses diberikan kelancaran,kemudahan,team selalu di berikan kesehatan dan kekompakan Amiiin ,
    Salam setabil selalu dari kami semua untuk Team kalin sukses selalu!!!!

  • Unknown
    Unknown November 5, 2015 at 2:08 PM

    Bank, share foto-fotonya donks bank. Q penasaran sama kalian berempat. tanks.

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna November 5, 2015 at 4:11 PM

      Brother silahkan bacanya yang versiweb ada foto2 kami di Header.Tanks ya sudah sempatin waktunya dan mohon doanya ya?

  • Unknown
    Unknown November 7, 2015 at 9:20 PM

    Keren.. Kalo ane pas turun dari linggajati,magrib pas sampe mau cibunar ane nga kuat jalan lagi.sampe ane bilang ke temen ane yg brdua trun ma ane'dah ge mau disini,disini tenang nyaman' ge juga heran bisa ngomong gitu.ane langsung ditarik trus digendong turun.pas digendong ane liat dijaln stepk sebelah kiri ada rumah kerjaan tapi ngebayang..ane bilang ketemen' samping da rumah jaman dulu,masuk yuk sapa tau da makanan.temen ane diem langsung nurunin ane,ane ditarik tangan ane sampe digeret gitu..mungkin biar ne gerak kali.sampe cibunar,herannya ane jadi sehat bugar lagi..nga terlupakan

  • Utis Sutrisna
    Utis Sutrisna November 7, 2015 at 9:59 PM

    Tanks all brother atas doannya tadi jam 8.12PM sya di infokan oleh team yg saat ini msh di jalur palutungan melakukan pendakian alhamdulillah dgn selamat mereka sudah turun sudah berkumpul kembali dgn all teamnya sampai di palutungan, dan turut berduka tadi sore yg berkemah di palutungan 4 orang dari indramayu minggal dunia tersambar petir semoga amal ibadahnya korban di terima di sisi tuhan yg maha esa dan keluarga ya di tinggal kan semoga di beri kesabaran amin !!

  • Erik
    Erik November 14, 2015 at 2:54 PM

    Pengalamannya keren dan menakutkan, ada foto2nya gak ?

    btw, apa yg terjadi sama naning sekarang ?

  • Anonymous
    Anonymous November 16, 2015 at 9:46 PM

    om, kayaknya turunnya di daerah cilengkrang. kebun pinusnya ada di sebelah mana om? sebelah atas kanan bukan? (posisi tubuh menghadap matahari terbit) kalo iya berarti daerah itu, soalnya kebun pinus palutungan ada diatas cilengkrang (kalo hutan pinusnya ada di atas kanan dan kiri jalur air berarti kita ada di aliran air curug putri buper palutungan). memang di daerah cilengkrang banyak sekali air terdapat terjun. ada curug sawer, sabuk, curug kembar dan curug tapa (yang sudah diketahui namanya dengan arah aliran airnya yang bebeda namun muaranya sama dan tebing-tebingnya pun nyaris tegak lurus) dan selain itu ada lagi aliran airnya yang menuju arah palutungan yaitu daerah ipukan disitu juga ada air terjun. tidak banyak yang mengetahui sebenarnya aliran-aliran air itu berasal dari sumber mata air yan paling tinggi di gunung ciremai, mungkin ketinggiannya diatas 2500 m dan dekat daerah kawah (maksudnya dekat dengan daerah terbuka/daerah batas vegetasi) namun ya itu tadi letaknya berada…

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna December 2, 2015 at 11:13 PM

      Ia kang mungkin betul. Krn kami tdk tau nama daerahnya dri tempat kebun pinus itu langsung ketemu ladang kang, untuk air terjun memang benar banyak kang, nuhun pisannya kang infona.

  • Unknown
    Unknown November 17, 2015 at 7:55 AM

    Saya asli kuningan, ALhamdulillah tahun 2009 lalu saya dan 7 orang lainnya sunggug bangga bisa menuruni kawah ciremai yang waktu tempuh nya mencapai 1,5 jam. Saya naik dari desa saya yang berada di sebelah utara gunung ciremai, desa padabeunghar perbatasan majalengka. Jalur buat sendiri dan tergolong ilegal karena tidak ada surat ijin mendaki. Sebenarnya berbahaya, namun bapa juru lah yang seringkali naik turun ciremai jadi rasa takut akan tersesat pun hilang seketika, dan semakin semangatlah saya untuk ikut bergabung bersama bapa2 itu. Kenapa saya bilang bapa2 karena saya yang paling muda di antara mereka yang sudah berumur 35 ke ats sedangkan saya masih berumur 18 tahun. dan kata beliau sang jurukunci pun berkata kalian patut berbangga karena tak ada yang bisa seperti kita berada di dalam kawah ciremai sambil solawatan dan menjalankan shalat duhan di dalam kawah,

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna November 25, 2015 at 8:05 AM

      Kang klo boleh tau itu acara apa ya kang,melakuakan solawat dan shalat duha di kawah?
      Abdi hoyong terang punten nya kang

  • Unknown
    Unknown November 19, 2015 at 11:42 PM

    Yaampun. Saya merinding bacanya. Ikut seneng masnya bisa kembali dengan selamat. Saya bacanya sampe berkaca-kaca, seriously.
    Kalau boleh saya tau, kabar terakhir dari naning gimana mas? Sudah sembuh kah? Semoga sudah. Amin. :')

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna November 20, 2015 at 7:56 AM

      Terimakasih ya mas, untuk naning alhamdulillah sudah kembali sehat seperti semula dan sabtu kemarin kita berempat bru saja wawancara dengan team yg ingin membuatkan document pendakian kita mas doakan semoga documenter tersebut bisa bermanfaat untk orang banyak amin!!!

  • Unknown
    Unknown November 22, 2015 at 8:22 AM

    Luaarrr biasaaaaaaaa kang! Pengalaman luar biasa, yang gak akan terlupakan..

  • Unknown
    Unknown November 23, 2015 at 9:56 PM

    Waoo keren pengalamannya bro... Gue pernah ke puncak ciremai terakhir naik ke ciremay 2005...wah jd pingin kesana lg ni...

  • uu
    uu December 7, 2015 at 1:57 PM

    ka utis bagus bgt nulis cerita nya, sy sampai terlena emosi liat tulisan ka utis. thx udh share pengalamannya ka utis. ada keputusan yang salah yg di buat kelompok ka utis yaitu 'menyusuri sungai'. tp sy maklum krna ka utis dkk awam dlm hal ini. terlebih dr itu saya bener2 terlena sm tulisan ka utis yg di buat secara uruh. lanjutkan kak (y).

  • Utis Sutrisna
    Utis Sutrisna December 7, 2015 at 5:01 PM

    Tanks ya dah mw baca,oh ia brother seharusnya yg benar itu bgaimana apabila kita tersesat atau ga dpt jln keluar dri hutan,tolong share ya pasti sgt bermanfaat untuk gw dan tdk menutup kemungkunan untuk orang banyak?

  • uu
    uu December 8, 2015 at 2:01 AM

    gini ka, sebelum nya sy pengen memuji sosok 'encam' yg udh mau manjat pohon untuk cari jalan keluar..heheh. salut buat kelompok kakak.

    knp sy bilang keputusan salah menyusuri sungai? krna resiko nya bisa naik 50%.sebab kalo menyusuri sungai kemungkinan besar kk berhadapan dgn jurang, air terjun dan belom lagi klo ad banjir bandang.terlebih di gunung pohon di sekitar sungai relatif kecil2 dan rapat(semak) susah untuk di lewatin,jarak pandang pun terbatas sm semak rapat/tebing.dengan kata lain ka utis cmn bs liat kedepan. kalo alasan kaka takut kekurangan air,baik nya ka utis stok air di sungai sebisa yg kalian bawa untuk jaga2. tetep observasi / cari jalan keluar di tanah bukan di sungai. tetep melalui punggungan gunung,krna bukan cmn sungai yg mengarah ke bawah. punggungan pun gitu(meskipun kebawah nya ga sampai kaki gunung).punggungan bisa aja putus/patah/tertutup semak,tp ka utis bs dengan mudah menemukan punggungan lagi yg ke arah bawah. poin plus nya lg ka utis msh bs mengi…

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna December 10, 2015 at 9:02 AM

      Tanks untuk share pengetahuanya, semoga bermanfaat untuk orang banayak!!

  • Unknown
    Unknown December 8, 2015 at 9:17 PM

    Kerennn!! Merinding bacanya suwerrr...btw saya waktu itu mendaki gunung ciremai jalur linggasana w/ tapi gagal muncak karena saya tiba2 kedingingan serasa hypotermia&udah susah napas jadi dibantu ranger untuk turun&ktanya lebih baik jgn dilanjutin, tp dibilang mistis iya..soalnya awal saya&10 tmn saya waktu smpe dipos kuburan kuda ada mas2 mendaki sendirian agak aneh sih tp kita tetep positif thinking&tbtb dia ngasih aiminum...anehnya itu air seger bgttt eh pas kita mau bilang makasih doi udh ngilang masss. Terus saya&tmn2 ngecamp di pos selanjutnya, waktu tidur denger suara kuda lagi jalan;( terus disitu wktu saya jd kedinginan&sesak napas sampe akhirnya 3 teman saya turun kebawah buat manggil ranger karna panik takut saya knpa2, dan ternyata rangernya org pinter gitu...dia nanya nama saya siapa eh gataunya ada yg nempelin badan saya...terus yg bikin aneh ternyata nama nisan pendaki yg meninggal disana itu namanya sama dg nama saya, tinggal di bekasi juga&…

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna December 10, 2015 at 8:59 AM

      brother tanks sebelumnya sudah mw share pengalamanya, saya mau tanya tahun berapa agan mendakinya dan maaf banget klo boleh tau siapa nama agan dan tinggal di mana bekasinya?
      karena nama pendaki yang di buatkan nisan di puncak sana apakah sama dengan yang kami tau dan batu nisan itu sekarang dari teman2 yang kesana sudah tidak ada lagi !

  • Diary Lilik Triwahyuningsih
    Diary Lilik Triwahyuningsih December 12, 2015 at 1:15 PM

    WAAHH merinding bacanya... aku asli orang kuningan dan belum pernah mendaki dan gak mau mendaki sepertinya :D
    meski banyak teman2 saya yg sudah hampir 2kali mendaki kesana.. mungkin perjalanan mendaki sekarang berbeda dengan pendakian yg kak utis jalani dulu yaa...
    kalo bisa share foto2 saat mendaki nya. :)

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna December 14, 2015 at 2:01 PM

      Tanks ya sebelumnya sudah sempetin mampir, di sini bisa lihat sebagian foto2 kami yang saya buat sebagai banner http://bukuharianoethis.blogspot.co.id/

    • Diary Lilik Triwahyuningsih
      Diary Lilik Triwahyuningsih December 19, 2015 at 1:31 PM

      Terima Kasih..

  • Unknown
    Unknown December 16, 2015 at 11:35 PM

    Cerita kerenn,

  • Anonymous
    Anonymous December 20, 2015 at 11:21 PM

    Bener bener luar biasa bang ceritanya serasa terbawa alur cerita bang utis.

  • Anonymous
    Anonymous December 20, 2015 at 11:23 PM

    This comment has been removed by a blog administrator.

  • Unknown
    Unknown December 26, 2015 at 7:46 AM

    Bro, gw baru tau detail ceritanya..
    Dasyat memang, baca cerita ini gw kebawa kesuasana yg lu alamin..
    Alhamdulilah kita masih bisa ketemu sampe sekarang,,,

    Mari ngopi dulu...!!!

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna December 28, 2015 at 4:21 PM

      tanks can, ia can alhamdulillah masih di beri kesempatan untuk menjalani yang lebih baik.

  • Cari chord
    Cari chord January 6, 2016 at 8:49 AM

    Wah.. Hebat perjuangannya bang, saya baca dari jam 1 sampai jam 4 pagi :) , ohiya, klau film dokumentarnya sudah selesai dibuat mohon di informasikan ya mas, pengen nonton soalnya :D

  • Unknown
    Unknown January 13, 2016 at 4:01 AM

    Sae pisan kang pengalaman sareng tulisanna.. Sukses selalu..salam ka sadayana kang.. #Salamransel

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna January 13, 2016 at 11:58 AM

      Siap kang Anggi nuhunnya tos mampir, salam stabil oge nya kang !!!

  • indri noor lativah
    indri noor lativah January 13, 2016 at 8:42 PM

    saya pernah kecikurai tapi alhamdulilah tidak diizinkan untuk mengalami hal yang angker-angker.

  • Unknown
    Unknown January 14, 2016 at 8:58 AM

    saya hari minggu kmren jg abis dr ciremai a..
    berdua aja,sma pacar..
    lewat jalur apuy..
    jalan di trek yg bener, berdua aja jg uwdh takut,smpe bertanya" dlm hati,"ini bner gk ya jalannya? kok berasa gk ngelewatin jlan ini pas naik?"
    gk ada yg naik/turun..
    apa lagi klo smpe kesasar gtu ih,naudzubillah..
    tp alhamdulillah sampai ke rumah dgn selamat..
    semangat terus a....

  • Unknown
    Unknown January 15, 2016 at 11:20 PM

    Alhamdulilah saya tgl 17 desember kmarin berhasil muncak ke ciremai seorang diri n ga nemuin kjanggalan

  • Unknown
    Unknown January 16, 2016 at 12:02 AM

    Pokonya ciremai mantap

  • Ar
    Ar January 16, 2016 at 3:57 PM

    Izin copy bolh gk untuk blog saya

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna January 16, 2016 at 8:44 PM

      Gan boleh saja slama bertujuan baik tp tolong sertakan suber tulisan, maaf sblmnya krn saat ini kami mash ada urusan untuk pembuatan film dokumenter mohon pengertiannya gan?

  • Unknown
    Unknown January 20, 2016 at 12:39 AM

    salut bang ama pengalaman ane.....sampe merinding aku baca'anya ,,,,, pengalaman yang tak pernah telupakan oleh waktu bang....tetap semangat bang perjalanan masih panjang #salam _stabil bang...

  • Cari chord
    Cari chord January 21, 2016 at 10:32 AM

    Assalamu alaikum
    kepada bang utis
    saya rencananya ingin buat komik dan gabung di Line Webtoon, yang ada di TV itu loh, dan saya ingin mengangkat kisah bang utis sebagai komik pertama saya, tapi tentunya saya ingin meminta persetujuan abang terlebih dahulu, bagaimana bang ? boleh tidak ?
    kalau misalkan abang setuju, mohon kirimkan foto bang utis dan kawan kawan ke email saya di -muhadlinaris@gmail.com- agar saya dapat membuat gambar yang setidaknya sedikit mirip dengan wajah abang dkk, atau apabila abang setuju tapi tidak berkenan memberikan saya foto abang dkk, izinkan saya membuat gambar sendiri.
    dan kalau abang beneran setuju,saya mohon doanya bang :D
    Wassalamu alaikum

  • saturn
    saturn January 27, 2016 at 10:44 AM

    ceritanya seruuu, kondisinya kerasa banget pas bacaaa :') untung mas utis bisa pulang dan bisa nyeritain pengalaman ekstrimnya ini ke kitaaa :') januari kmrn juga aku baru dari ciremaiii, pulang pergi dari jalur apuy, cari aman aja soalnya dadakan. aku hampir tersesat gara gara turun dari puncak mau ke goa walet sendiriann, udah di bibir jurang, untungnya aku kepeleset, kalo aku ga kepeleset, mungkin aku jatuh ke jurang wkwk

  • pecinta movie
    pecinta movie January 31, 2016 at 11:49 PM

    Kang utis, tolong diperkenalkan dari foto2 yg ada yg mana yang nama encam, naning sama peking??

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna February 27, 2016 at 11:24 PM

      Udah sya perkenalkan ya kang,slm kenal ya kang dri kami?

  • nugrahadrive
    nugrahadrive February 2, 2016 at 5:30 PM

    alur crita bikin pmbaca ngalamin suasananya,
    smoga slalu stabil kang, encam, naning, peking.
    mention dong klo ada update documentr atau apapun, thanx

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna February 27, 2016 at 11:29 PM

      Tanks ya gan,oh ia docimentasi kami sudah di upload ya!!!

  • eko
    eko February 2, 2016 at 7:09 PM

    salut dan terharu... iya mas sultan semoga foto2nya ad di upload :D

  • Unknown
    Unknown February 3, 2016 at 1:53 PM

    hebat...,saya bukan pendaki ataupun PA
    tapi begitu baca kisahnya kang utis dkk langsung merinding saya...
    salut kang saya bisa kebawa dan bisa ngrasain kayak gmn perjuangnnya pada saat itu.
    sehat terus kang utis dkk aamiin..

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna February 27, 2016 at 11:19 PM

      Amiin...! Tanks ya kang, slm knal dri kami.

  • Unknown
    Unknown February 5, 2016 at 2:10 AM

    Sudah jadi kah pembuatan film dokumenter nya kang? Saya membaca nya sangat merasakan kondisi Dan suasananya! Terharu atas nama persahabatan! Salam Rimba kang! Sangat di harapkan kabar film dokumenter nya kang saya sàngat menunggu!

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna February 27, 2016 at 9:33 PM

      Nuhun nya kang dah mw nyimak dan supportnya,punten kang film documenternya batal kang ada hal2 yg unik jg kang yg membuat documenter batal dan yg utama mungkin blm jodoh kang mungkin nti indah pada waktunya ya kang.
      Slam stabil sllu ya kang!!!

  • Utis Sutrisna
    Utis Sutrisna February 9, 2016 at 4:53 PM

    Dear All Brother,
    Mohon maaf sebelumnya untuk Film documenter yang kemarin sedang kami kerjakan dibatalkan karena mungkin kami dan team yang membuat film documenter belum Jodoh untuk mengangkat pengalaman kami, semoga kami menemukan orang yang tepat untuk membuat film documenter pengalaman kami dan sesuai dengan apa yang pernah kami alami yang terutama dapat menyampaikan pesan yang baik untuk orang banyak Amin !!!!
    Tanks untuk semua support dan yang sudah melauangkan waktunya untuk mampir melihat pengalaman kami sekalai lagi terima kasih.

  • Unknown
    Unknown February 9, 2016 at 9:08 PM

    Ajiib bangt sumpah...moga jd pembelajaran buat kita smua.. sy asli kuningan n udah bbrpa x muncak ciremai & alhamdulillah sy msh dilindungi tiap muncak ciremai.. cm kmrin taon baru 2016 bareng istri kita berlima lewat palutungan blm jodoh puncak bnyk crita tp sy ga bs merangkai kata...salam kenal buat bang utis.. ditunggu pengalaman slnjutnya

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna February 15, 2016 at 10:51 PM

      Tanks ya kang yayat dah luwangin wktunya untuk membaca pengalaman kami,oh ia kang sbnernya sya jg g bisa nulis ini smua alhamdulillah ngalir bgtu aja krn ini smua yg kami rasakan pd saat itu coba aja kang share pngalamannya pasti ngalir aja ko klo bner2 dri hati kita.
      Salam stabil sllu ya kang!!

  • Unknown
    Unknown February 13, 2016 at 9:52 PM

    Cara mas utis mengemas cerita ini menarik sekali mas. detail dan alurnya berkembang. Pembaca jadi merasakan hal yang sama. Salut !!!

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna February 27, 2016 at 11:16 PM

      Tanks ya mas bagus,itu mungkin krn kejadian itu entah knp kami berempat msh ingat jd bukan saya mengemas ko mas mlh msh banyk kesalahan dri tanda baca dan kata2nya!
      Maklumin ya mas krn sya bukan seorang penulis!!!

  • Unknown
    Unknown February 19, 2016 at 9:31 AM

    Salut buat mas utis dan teman-teman.
    Cerita pengalaman yg sangat hebat.
    bila dijadikan film dokumenter saya yakin bakal menjadi karya besar.
    Saya juga pernah tersesat di gunung jadi saya tau bagaimana keadaan mas dkk sewaktu tersesat.
    Bertemu burung di gunung bertanda tidak baik,

    Ada gak rencana mae utis dan teman2 kembali mendaki gunung tersebut?

    thanks !!

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna February 21, 2016 at 8:34 PM

      Tanks sdh mampir ya gan,amin mudah2an pengalan kami dpt berguna utk orang banyak.untuk mendaki ke sana lg mungkin kami rasa sudah cukup insaallah kami ingin mengenal dan menikmati kebesaran tuhan yg lainnya amin....!!!

  • Unknown
    Unknown February 19, 2016 at 4:10 PM

    mantap cerita nya bng.... salut buat abng2 ber 4.... saya dari SEKBER PA SUMBAR... kapan-kapan muncak di sumatra barat ya bng.... salam kenal....!!!

  • Unknown
    Unknown February 19, 2016 at 4:11 PM

    mantap bng... lanjut kan... kapan kapan muncak di sumatra barat bng... saya dari SEKBER PA SUMBAR... salam kenal bng

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna February 21, 2016 at 8:41 PM

      Tanks ya bang yunus, insaallah bang kami si ijinkan kesana,salam kenal jg dri kami ya bang!

  • Aya
    Aya February 21, 2016 at 3:16 PM

    Gak sengaja nemu catetan ini pas gue browsing misteri Gunung Ciremai, pas banget hari ini baru mount trail sampai pos 2 ciremai via Palutungan. Iseng browsing karena sepanjang jalan turun sendiri dilolongin suara anjing, semoga nanjak ciremai atau gunung manapun ga nyasar. Memang benar gunung ciremai wingit, saya sendiri orang kuningan baru nanjak 2x.


    Hebat mentalnua mas utis sama dkk, kondisi susah dan tersesat harus keep positive saya kalo diposisi dan kejadian timnya mas utis belum tentu fight kayaknya. Semoga gak kapok nanjak ya, cuma iya Ciremai itu cantik dan berbahaya, feeling bisa lebih kebuka dan keasah sih kalo saya, isntingnya jadi kuat.

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna February 27, 2016 at 9:23 PM

      Tanks ya mba aya dah mw nyimak,oh ia mba buakan krn kekuatan kami atau apa yg ada di diri kami pd saat itu saya pribadi sbenarnya sudah ga kuat mba,kami berempat di waktu itu benar2 di berikan bukti nyata kekuatan & kasih syang Allah kepada setiap hambanya kami seperti di berikan kesempatan kedua untk melanjutkan langkah untk lbh baik amin...!,krn mba pada saat itu anehnya saat kami semua mulai bertaqbir slma mencari jln keluar di situlah hal2 yg tak pernah ada di benak kami mengalir bgtu saja !!

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna February 27, 2016 at 9:26 PM

      Oh ia teh klo berkenan share dong documentasinya pasti sudah banyak yg berubah kondisi saat ini di sana?

  • Fataya Corner
    Fataya Corner February 22, 2016 at 11:02 PM

    Pertama naek Gunung Cirmai via Palutungan dulu sekitar taun 2002/2003 ane lupa. Sampe palutungan dah Isya, sholat berjamaah di Masjid eh imamnya baca ayat yg ada bunyi "Innalillahi wa inna ilaihi rojiuun..."
    rada ngeri juga padahal, karena sebelumnya, buat ane gunung Ciremai itu penuh mistis.
    Abis isya langsung naek, karena ga tau medannya, malem pertama camp sekitar 100 meter sebelum Cigowong. (ga tau kalo Cigowong ada di depan)
    karena dah pada cape, ada tempat lega dikit dibawah pohon gede kalo ga salah banyak pohon pisang juga ya, nah disitu ane ngecam.
    Sempet denger suara gamelan juga, tapi karena posisi dalem tenda n dah lelah, maka tidur adalah solusi terbaik.
    Keren n mantap deh petualangan si agan ini. Salut...

  • Unknown
    Unknown February 26, 2016 at 2:31 AM

    Alhamdulillah, sampe saya baca selese akang dkk selamat,semoga sampe hari ini kang utis dkk diberi perlindungan dan diberi kesehatan oleh allah. Setelah saya baca cerita akang, saya sangat bersyukur sampai hari ini saya masih diberi perlindungan allah. Saya mw sedikit cerita juga kang, baca cerita akang saya jadi inget kejadian yg pernah saya alami juga saat mendaki gn ceremai th 2011 silam. Pendakian Gn ceremai adalah pendakian perdana saya dalam kegiatan pendakian. Saya naik&turun lewat jalur linggarjati. Sepanjang perjalanan naik sampe puncak, alhamdulillah dengan selamat. Tapi saat turun saya pos setelah pengasinan sebelum sampe pos bapa tere, sepanjang jalan saya mendengar suara musik gamelan seperti di acara nikahan/hajatan sunatan. Suaranya terdengar jelas, waktu itu saya masih awam, saya pikir unik "ko bisa ya suara yg hajatan kedengeran sampe sini", terus saya cerita aja ke temen yg udah biasa mendaki " bank ko suara yg gamelan yg hajatan bisa sampe sini ya…

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna February 27, 2016 at 8:58 PM

      Amin teh nuhun,terima kasih ya teh tari udh sempetin mampir & mw share pengalamannya semoga apa yg kita share di sini dpt nermanfaat ya teh, oh ia teh klo berkenan te2h share jg documentasinya link di atas teh di sana jg udh ada kwan2 yg lain share documentasinya di sana biar kita bisa sllu bersilahturahmi.

  • Zergey
    Zergey March 3, 2016 at 12:55 AM

    Super sekali bang.. Aku baca ceritanya dari awal sampe akhir non stop, bahkan sampe komen-kumenya juga aku baca. Film dokumenter kok gk jadi dibuat bang? Padahal pasti seru banget tuh kalo jadi dibuat. Oya bang, share foto waktu reuni bet 4 di Pantai dong.. Makasih, Salam Lestari!

    -farq

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna March 3, 2016 at 10:09 PM

      Tanks ya sudh berkenan menyimak pengalaman kami,untk film documenternya batal mungkin blm jodoh atau myngkin blm waktunya mhon doakan smoga ada yg berkenan mengangkat pengalaman kmi dan bisa trwujud niat kmi ingin menyampaikan apa yg pernh kami lwti,untk reuni kami blm sempat jln breng lg insaallah kita bisa jln breng lg + keluarga masing2 amin . .!
      Tanks smoga kita smua stabil sllu !!!

  • Ketzunouka
    Ketzunouka March 3, 2016 at 9:47 PM

    Keren ceritanya jd ngerasa kita yg tersesat :v

  • Aziz
    Aziz March 4, 2016 at 1:25 PM

    Gila keren, amazing. Story teller nya nyangkut banget sama para pembaca. Salut. Keren dah pokoknya. Terharu dan perfecto 😘

  • Aziz
    Aziz March 4, 2016 at 1:26 PM

    Pecah!

  • Rovsyl
    Rovsyl March 5, 2016 at 11:18 AM

    Salam Rimba!
    Salut untuk kebersamaannya! Tahun 1995 saya muncak berlima & 1996 muncak berenam. Saya tidak akan cerita tentang hal mistis - karena sudah banyak menceritakannya diatas (atau mungkin kami tidak mengalaminya, hehe), tapi saya pribadi ingin mengulang menekankan lagi bahwa naik gunung atau muncak bukan soal gaya, prestasi. Selain menikmati & mensyukuri indahnya alam dari Yang Maha Pencipta, saya(kita) juga belajar merendahkan hati untuk tahu siapa saya dimata teman-teman & siapa mereka dihadapan saya. Selama ini saya hanya tahu kapasitas saya berdasarkan strata dan eksistensi saya di kota di mata sesama di kota. Siapa aslinya saya & mereka, saya serahkan kepada alam untuk menjadi jurinya. Nilai yang alam berikan kepada saya tidak mutlak untuk selamanya, nilai minus untuk diperbaiki lagi, nilai plus untuk diamalkan. Mengasah mental untuk bisa bertahan hidup ditengah komunitas (dikota atau dimanapun) lebih diutamakan daripada sekedar sebagai penakluk.
    Maaf, tidak…

  • Unknown
    Unknown March 16, 2016 at 1:04 PM

    Kang oetis ini di angkat di kick andy gak sih ceritanya??
    Terus dokumenternya kenapa gak dibuat padahal aku nungguin bangeeetttttt.

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna March 16, 2016 at 4:50 PM

      Tanks ya sebelumya teh dah mw nyimak,Alhamdulillah belum teh dan blm pernah juga dapat kabar bahwa pengalaman kami mw di angkat di acara ntu teh,untuk Dokumenternya kami mohon maaf kami membatalkan dengan ada alasan2 tertentu teh,Mohon doanya teh semoga kami menemukan orang yang tepat untuk mengangkat pengalaman kami untuk tujuan yang lebih baik dan dpat bermanfaat untuk orang banyak !!

  • Unknown
    Unknown March 20, 2016 at 12:06 PM

    assalamu'alaikum
    pengalaman yang susah untuk di lupakan untuk kalian semua gan
    alhamdulillah semua selamat.
    saya kemarin juga baru pertama kali naik gunung ciremai lewat jalur palutungan tapi alahamdulillah semua lancar dari naik sampai turun
    jangan kapok gan untuk naiik gunung lagi gan
    salam semangat

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna March 21, 2016 at 5:06 PM

      terima kasih mas darul, klo boleh share mas dokumentasi pendakian kemarin mas di sini http://www.kaskus.co.id/thread/56c9c5c8de2cf2364b8b4574/3-hari-tersesat-di-gunung-ciremai
      Biar bermanfaat untuk orang banyak dan di sana ada teman2 pendaki jg yang sudah share dokumentasinya!!
      Salam stabil jg dari kami.

  • Unknown
    Unknown March 23, 2016 at 5:08 PM

    sampe pusing baca nya gan

    tpi seru kerenkern

  • Unknown
    Unknown May 9, 2016 at 1:47 AM

    Ajib gan.sekarang masih suka naik fan?

  • Anonymous
    Anonymous May 13, 2016 at 11:38 PM

    merinding bacanya, Alhamdulillah bisa selamat sampai rumah lagi.

  • Unknown
    Unknown May 23, 2016 at 11:15 PM

    This comment has been removed by the author.

  • Unknown
    Unknown May 24, 2016 at 9:21 AM

    Mantab kang ceritanya, saat baca ceritanya bener2 merasakan apa yang kang oethis dan tim rasakan.. saya bner2 penasaran sma yg dialamai kang encam dan kang nining... boleh kang cerita dri masing2 dishare kang, bsa jadi film dokumenter bgt ini kang...

  • Unknown
    Unknown May 27, 2016 at 6:09 PM

    Kerennn... berasa ikut ngalamin. Alhamdulillah selamat semua.

  • Unknown
    Unknown August 5, 2016 at 2:23 PM

    Ini keren bray.... LEbih keren dari Film2 gunung yang ada...Seandainya gw punya modal buat memfilmkan cerita ini.. Pasti keren nih Film....

  • Unknown
    Unknown August 13, 2016 at 10:04 PM

    This comment has been removed by a blog administrator.

  • Unknown
    Unknown August 19, 2016 at 8:06 PM

    Enter your comment...mantap tis ceritanya ente msih di cikunir

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna August 21, 2016 at 10:27 PM

      Ia om ajis ane dah di cikunir lg sekarang,nah ente tinggal dmn?

  • Utis Sutrisna
    Utis Sutrisna August 21, 2016 at 10:29 PM

    Sorry bgt mba komenya ke hapus tp lucunya sya g ngapus ko mba,dan notif di email jg dah ke hapus jd g bisa blikin komenya,sorry slm kenal dri kami ya mba,tanks bgt sebelumnya dah luangin waktunya & bersilaturahmi !!!!

  • Anonymous
    Anonymous August 23, 2016 at 10:50 PM

    Luar biasa pengalamannya gan utis,, campur aduk perasaan ane baca cerita gan utis. Ane pribadi pernah sekali naik ke puncak ciremai pas tahun 2005, Ane nyasar sndirian pas turun dr puncak gan,, waktu itu dah gelap,dan ane ga bawa penerangan apapun,ane dah ga inget detail kejadiannya gimana ane bisa terspisah sndirian dr rombongan,yang jelas ane selamat,ane pngn cerita gimana ane bisa selamat dan nyampe ke pos condang amis,tapi ane msih aja merinding gan tiap inget kejadian itu. Eh ko malah curhat yaa,,hehee. Salam stabill!

    • Utis Sutrisna
      Utis Sutrisna August 24, 2016 at 11:00 AM

      Terima kasih ya gan dah nyimak,oh gtu gan share dong pengalamanya dan documentasi pendakianya insaallah bermanfaat untuk orang banyak,agan bisa share di tread saya gan di sana ada temen2 yg lain yg sudah share pengalamanya setidaknya kita semua bisa bersilaturahmi gan.
      Semoga kita semua stabil sllu gan di sisi vertical & Horizontal.

Add Comment
comment url
Related Post
Cerita horor pendakian